Hari Jumat, Pekan Biasa XVIII
Ul. 4:32-40
Mzm. 77:12-13,14-15,16,21
Mat. 16:24-28
Yesus Kristus adalah segalanya!
Pada hari Jumat pertama ini, banyak umat katolik berkumpul di Gereja atau di tempat tertentu untuk merayakan misa hari Jumat Pertama dalam bulan. Hari Jumat Pertama, menjadi kesempatan di mana kita semua merenungkan kembali kasih Tuhan Yesus yang tiada berkesudahan. Ia telah menyerahkan diri bagi kita, ketika ia ditinggikan di atas kayu salib. Lambungnya ditikam dengan tombak sehingga mengalirlah darah dan air yang melambangkan sakramen-sakramen di dalam Gereja. Hati Yesus terbuka dan menarik semua orang kepada-Nya dan semua orang juga diundang untuk menimba kegembiraan dari pada-Nya sebagai sumber keselamatan. Tuhan Yesus mengasihi semua orang. Ia menunjukkannya melalui pengorbanan diri-Nya di salib.
Pengorbanan Yesus di kayu salib ini menjadikan Dia menjadi segala-galanya bagi semua orang. Berkaitan dengan hal ini St. Paulus pernah berkata, “Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:10-11). Nah, supaya Yesus Kristus menjadi segala-galanya bagi kita maka kita harus berusaha untuk menyerupai Dia dalam segala hal.
Apa yang harus kita lakukan untuk menyerupai Yesus? Bacaan Injil hari ini memberi syarat mutlak untuk mengikuti Yesus dari dekat. Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mat 16:24). Kita semua sudah dibaptis dan setiap kali membaharui janji baptis, kita mengatakan komitmen kita untuk mengikuti Yesus dari dekat. Komitmen untuk mengikuti Yesus dari dekat adalah menyangkal diri dan memikul salib. Apakah kita berani melakukan komitmen kita ini dengan baik?
Menyangkal diri berarti mengambil keputusan dalam batin untuk mengontrol diri dengan baik, menguasai panca indra dari berbagai keinginan duniawi. Segala kenikmatan duniawi itu bisa dikalahkan karena Tuhan hadir di dalam diri kita. Tubuh kita adalah tempat tinggal Roh Kudus. Tuhan Yesus sendiri mengatakan kepada para murid-Nya bahwa di mana hartamu berada, di sana hatimu juga berada (Mat 6:21). Kalau kita bisa mengontrol hati dari semua kekayaan duniawi maka kita akan menjadi dekat dan akrab dengan Tuhan. Kita akan lebih leluasa mengasihi Tuhan.
Memikul salib berarti menjadi serupa dengan Yesus yang memikul salib untuk menyelamatkan manusia. Salib adalah pengalaman-pengalaman keras, penolakan, penderitaan, pergumulan hidup yang bertujuan untuk membahagiakan sesama. Seorang ibu mengetahui anaknya memiliki kasus tertentu yang menjadi aib bagi keluarga. Ini adalah salib baginya ketika pengurbanan dirinya itu membuahkan hasil yang membahagiakan anaknya. Anaknya berubah, merasa bahagia dan menerima diri karena pengorbanan ibunya. Kita mengingat kisah hidup St. Monika dan St. Agustinus. Salib bagi Monika adalah pengorbanan dirinya membuahkan pertobatan Agustinus dan Patrisius suaminya. Menyangkal diri dan memikul salib akan mengubah totalitas hidup kita untuk menjadi serupa dengan-Nya.
Mengapa kita butuh penyangkalan diri dan memikul salib? Tuhan Yesus dalam Injil mengatakan bahwa barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Pengorbanan diri yang kita lakukan akan membawa perubahan diri yang radikal dalam diri kita. Kita mengurbankan diri karena mengasihi Kristus. Para martir kristiani telah memberikan contoh hidup saleh karena kasih kepada Kristus. St. Polikarpus ketika menghadapi kematian sebagai martir berkata: “Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja yang telah menyelamatkanku?” Ia juga pernah menghardik algojunya dengan berkata, “Jika kamu… berpura-pura tidak mengenal saya, dengarlah baik-baik: Saya adalah seorang Kristen. Jika Anda ingin mengetahui ajaran Kristen, luangkanlah satu hari khusus untuk mendengarkan saya.” Orang seperti Polikarpus memperoleh nyawanya karena mengasihi Kristus sampai tuntas.
Orang yang mengurbankan dirinya karena mengasihi Kristus, akan menyaksikan kemuliaan-Nya. Ia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Yesus berkata, “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Dan sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.” (Mat 14:27-28). Ini adalah upah besar yang Tuhan janjikan kepada para pengikut Kristus yang setia.
Bacaan Injil pada hari ini mengajak kita untuk kembali kepada komitmen untuk menjadi pengikut Kristus. Mengikuti Kristus berarti menjadi serupa dengan Dia dalam segala hal. Apakah kita sudah serupa dengan Tuhan Yesus Kristus dalam segala hal? Kalau belum menjadi serupa maka kita harus merasa malu dengan identitas dan jati diri kita sebagai orang Kristen.
Lalu apa kata bacaan pertama bagi kita hari ini? Selama beberapa minggu terakhir, kita membaca kisah-kisah perjalanan Bangsa Israel di padang gurun. Kita perlahan-lahan mengenal sosok Allah sebagai kasih di dalam Kitab Suci. Orang-orang Ibrani mengalami pengalaman jatuh dan bangun bersama Tuhan. Misalnya mereka menggerutu melawan-Nya, mereka menyembah berhala, mereka ingin kembali ke Mesir lagi. Namun Tuhan tetap menaruh belas kasih kepada mereka. Ia tidak memperhitungkan dosa-dosa mereka tetapi mengingatkan mereka untuk merasakan belas kasihan-Nya yang tidak berkesudahan. Dia tetaplah Bapa yang kekal.
Bacaan dari Kitab Ulangan hari ini berisi nasihat dari Musa kepada umat Israel untuk tetap mengingat kasih dan kebaikan Tuhan Allah. Musa mengingatkan kembali kisah penciptaan bumi dan isinya serta pertolongan Tuhan yang tiada habis-habisnya bagi umat Israel. Musa merasakan sendiri dan membagikannya kepada mereka pengalamannya akan Allah. Tuhan adalah Allah penuh kasih dan tidak ada Allah lain seperti Dia. Dialah yang berbicara, mengajari dan memperlihatkan diri-Nya dalam rupa api. Dialah yang memelihara nenek moyang mereka dan memilih keturunan mereka serta membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dialah yang menghalau bangsa-bangsa yang lebih besar dan mengantar mereka masuk ke tanah Kanaan.
Akhirnya Musa berkata: “Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain. Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu untuk selamanya.” (Ul 4:39-40).
Kita patut bersyukur kepada Tuhan atas kasih karunia-Nya kepada kita. Ia mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan kita semua. Salib adalah tanda keselamatan. Salib adalah tanda kasih Allah bagi kita. Dia adalah kasih. Terima kasih Tuhan.
PJSDB