Peringatan Kematian Yohanes Pembaptis
Yer. 1:17-19
Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17
Mrk. 6:17-29
Sebab Aku menyertai engkau!
Di dalam tradisi Gereja Katolik, hanya ada tiga orang yang kita kenang kelahiran dan kematiannya secara liturgis. Mereka adalah, Tuhan Yesus kita kenang kelahirannya setiap tanggal 25 Desember dan kematian-Nya pada hari Jumat Agung. Bunda Maria kita kenang kelahirannya pada tanggal 8 September dan diangkat ke Surga setiap tanggal 15 Agustus. Yohanes Pembaptis kita kenang kelahirannya pada tanggal 24 Juni dan kematiannya pada tanggal 29 Agustus. Khusus kematian Yohanes Pembaptis kiranya cocok dengan perkataan Yesus: “Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” (Mat 5:10). Ia memang dianiaya karena memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Apa yang terjadi dalam akhir hidup Yohanes Pembaptis? Dia adalah suara yang berseru di padang gurun: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Luk 3:4). Ia menyerukan pertobatan dan membaptis banyak orang dengan air di sungai Yordan supaya bisa layak menerima kedatangan Yesus, sang Mesias. Ia juga memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Salah satunya adalah mengoreksi cara hidup pribadi para pemimpin saat itu karena krisis moralitas pribadinya. Misalnya dalam kasus Ἡρῴδης Ἀντίπατρος (Herodes Antipatros). Raja wilayah Galilea ini merebut Herodias yang saat itu masih berstatus sebagai istri sah Herodes Filipus, saudaranya Herodes Antipas. Dalam kasus perkawinan ini, Yohanes Pembaptis menilai Herodes Antipas sebagai public figur sehingga tidak baik mengambil istri Herodes Filipus saudaranya yaitu Herodias sebagai istrinya. Ini adalah hal yang jahat dan tidak layak untuk dicontohi masyarakat. Yohanes berkata: “Tidak halal engkau mengambil istri saudaramu!” (Mrk 6:18). Herodes sendiri masih segan dengan Yohanes karena banyak orang menganggapnya sebagai nabi. Setiap kali mendengar nama Yohanes hatinya selalu terombang-ambing, namun ia juga senang mendengar namanya. Karena tegurannya ini juga maka ia dipenjarakan. Sementara Herodias sendiri tetap merasa sakit hati berkepanjangan. Orang berdosa memang tidak suka ditegur!
Apa yang terjadi pada hari ulang tahun Herodes Antipas? Ketika itu ada banyak tamu dan undangan hadir dalam perayaan ulang tahun Raja Herodes Antipas. Salah satu acara yang memukau banyak orang adalah putri Herodias menari dan menyukakan hati Herodes Antipas dan para tamunya. Maka Herodes pun memberi janji kepada anak perempuan Herodias bahwa ia akan memberi apa saja yang dimintanya. Ini adalah janji yang harus ditepati oleh raja Herodes di hadapan para tamu undangannya juga. Anak perempuan itu meminta pendapat ibunya. Ibunya meminta kepala Yohanes Pembaptis dalam sebuah talam. Herodes memang menyesal tetapi karena janjinya maka ia pun menyuruh orang untuk memenggal kepala Yohanes. Sisah tubuhnya dikuburkan oleh para murid-nya. Kematiannya diperingati di dalam Gereja hingga saat ini.
Krisis kepemimpinan! Yohanes Pembaptis menegur Herodes Antipas karena tindakannya itu dianggap tidak bermoral. Ia merebut istri saudaranya menjadi istri sendiri. Pemimpin seperti ini tidak layak untuk diikuti karena menunjukkan hidup pribadi yang tidak benar. Sebenarnya teguran Yohanes memang baik dan benar. Yohanes sendiri mau memperjuangkan harga diri kaum wanita. Namun tanggapan keluarga Herodes itu berbeda. Hati mereka lebih dikuasai oleh hawa nafsu. Akibatnya, Yohanes yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan dipenjarakan hingga dibunuh secara tragis! Pada saat ini banyak pengikut Kristus yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan juga mengalami perlakuan tidak adil seperti Yohanes Pembaptis. Sungguh berbahagialah Yohanes yang dianiaya karena kebenaran. Apakah kita juga bisa siap dianiaya karena memperjuangkan kebenaran dan keadilan?
Nabi Yeremia dalam bacaan pertama memberi peneguhan yang indah berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri. Tuhan berkata kepada Yeremia: “Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!” (Yer 1:17). Pengalaman Yeremia adalah pengalaman Yohanes Pembaptis. Ia tidak gentar memperjuangkan kebenaran dan keadilan di hadapan Herodes sang penguasa saat itu. Yohanes percaya bahwa Tuhan tentu akan memihaknya. Ketika kita berjuang atas nama diri kita maka yang ada adalah ketakutan dan kegagalan. Sebaliknya, ketika kita berjuang bersama Tuhan maka tidak ada kata takut dan gentar di hadapan musuh dan lawan. Kebaikan akan mengalahkan kejahatan.
Tuhan berjanji kepada Yeremia bahwa Ia akan menjadikannya sebagai kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga untuk melawan seluruh negeri dan melawan para pemimpin. Musuh dan lawan akan bertambah banyak untuk memeranginya namun tidak ada yang bisa mengalahkannya karena penyertaan Tuhan. Dialah yang menyertai dan melepaskan Yeremia dari pengalaman hidup yang keras. Janji Tuhan ini terpenuhi. Yeremia mengalami banyak kesulitan yang mirip dengan apa yang dialami Yohanes Pembaptis namun kesulitan-kesulita itu berlalu karena ada Tuhan.
Pengalaman Yohanes Pembaptis dan nabi Yeremia adalah pengalaman kita setiap hari. Masing-masing kita juga memiliki kesulitan, usaha untuk menegahkan kebenaran dan keadilan sering kali dihalangi oleh para penguasa. Apakah kita harus berhenti? Tidak! Kita harus menyerupai Yohanes yang dengan suara kenabiannya mengubah hidup banyak orang. Suara kenabian itu masih dibutuhkan di dalam Gereja dan dunia. Tuhan tetap menyertai orang-orang dengan suara kenabian yang mengubah hidup banyak orang.
PJSDB