Kamu adalah sahabat-Ku
Banyak di antara kita mengenal kata-kata yang diucapkan Tuhan Yesus pada malam perjamuan terakhir kepada para murid-Nya: “Kamu adalah sahabat-Ku” (Yoh 15:14). Bagi Yesus sahabat yang baik adalah dia yang bisa melakukan perintah-perintah-Nya. Nah, kaum Farisi pernah mengatakan kepada Yesus bahwa para murid Yohanes dan kaum Farisi berpuasa, sedangkan para murid-Nya tidak berpuasa. Yesus menaggapinya: “Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (Luk 5:34-35). Yesus mengatakan diri-Nya sebagai mempelai, sedangkan para murid-Nya adalah para sahabat mempelai.
Buah-buah persahabatan dengan Yesus harus nampak jelas dalam hidup setiap hari. Melalui doa, meditasi, adorasi dan kehidupan devosional, kita membangun persahabatan mendalam dengan-Nya. Artinya Yesus harus hidup di dalam diri kita. Persahabatan dengan-Nya membuat kita semakin serupa dengan-Nya dalam kata dan tindakan kita setiap hari. Yesus adalah mempelai dan kita semua adalah sahabat-sahabat mempelai. Para sahabat mempelai harus hidup dalam suasana membahagiakan, ibarat sebuah pesta perkawinan. Pesta yang membahagiakan, penuh dengan sukacita. Ada dukacita laksana sebuah puasa dalam hidup namun sukacita akan memenangkan segalanya.
Para sahabat Yesus harus hidup dalam damai. Ia adalah raja damai yang memberikan damai-Nya kepada manusia. St. Paulus berkata: “Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.” (Kol 1:19-20). Yesus memperdamaikan segala sesuatu.
PJSDB