Kuduskanlah hari Tuhan
Kesetiaan pada hari Sabat merupakan tanda yang menunjukkan bahwa kita ingin menjadi kudus dan bahwa Tuhan menghendaki kekudusan kita. Tuhan sendiri berpesan kepada Musa: “Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu.” (Kel 31:14). Kesetiaan pada hari Sabat juga merupakan suatu perjanjian kekal antara Allah dan manusia. Ini berarti harus dirayakan turun temurun (Kel 31:16). Dengan demikian, berdasarkan hukum Musa, setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat akan dilenyapkan dari antara bangsanya. (Kel 31:14).
Dengan berdasar pada hukum Taurat Musa tentang kesetiaan untuk memelihara hari Sabat ini maka kaum Farisi menjadikannya sebagai dasar untuk mengkritik para murid Yesus yang memetik bulir gandum dan memakannya pada hari Sabat. Tetapi lebih dari itu, orang-orang Farisi lebih terpukul dan kesal dengan Yesus yang mengakui diri-Nya sebagai “Tuan atas hari Sabat” (Luk 6:5). Tuhan Yesus adalah Tuan atas hari Sabat, Ia tidak menghapus hari Sabat melainkan menggenapi, menyempurnakannya (Mat 5:17).
Sejak abad pertama Gereja percaya bahwa Tuhan Yesus mengubah hari Sabath dari hari terakhir menjadi hari pertama dalam seminggu (Why 1:10). Kita juga percaya bahwa Tuhan Yesus menjadikan hari Minggu sebagai hari Paskah, memperingati kebangkitan-Nya. Ini menjadi hari istirahat bagi kita semua. Hari Minggu menjadi kesempatan bagi kita untuk berkumpul bersama, memuji dan memuliakan Tuhan, membaca dan merenungkan Kitab Suci serta berdoa. Kita dipanggil untuk menguduskan hari Tuhan, sekarang dan selamanya.
Dalam perintah-perintah Gereja, kita semua diajak untuk merayakan hari raya yang disamakan dengan hari Minggu. Kita juga diajak untuk merayakan Ekaristi pada hari Minggu dan pada hari raya yang diwajibkan dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari Minggu.
Apakah kita sudah setia melakukannya?
PJSDB