Hari Jumat, Pekan Biasa IV
Peringatan Wajib St. Agata
Sir. 47:2-11
Mzm. 18:31,47,50,51
Mrk. 6:14-29
Berani berkata benar!
Pada suatu kesempatan saya mengunjungi sebuah keluarga. Salah seorang anak di dalam keluarga ini memiliki masalah pribadi, dan perlu diselesaikan bersama orang tuanya. Saya duduk dan mendengar perkataan orang tua kepada anak mereka. Ibunya berkata kepada saya, “Kita semua sedang duduk bersama Romo dan kami sebagai orang tua berharap supaya anak kami ini bisa berani berkata benar.” Anak mereka tertunduk diam. Ketika mengangkat kepalanya, ia berjanji untuk berkata yang benar tentang masalah pribadinya kepada kami semua dengan benar. Suasana siang itu sangat indah karena pertemuan keluarga itu diakhiri dengan rekonsiliasi yang bagus. Saya selalu mengenang kesempatan rekonsiliasi keluarga itu. Relasi orang tua dan anak menjadi cair karena mereka berani berkata benar. Kini relasi mereka semakin bagus. Komunikasi yang baik dan benar bisa menguatkan relasi di dalam keluarga.
Pada hari ini kita berjumpa dengan tokoh-tokoh inspiratif bagi kehidupan rohani untuk berkata benar. Mereka dikatakan inspiratif karena dari kisah kehidupan mereka, kita pun terpanggil untuk berani berkata benar di dalam hidup kita. Siapakah tokoh-tokoh ini?
Pertama, St. Agatha. Orang kudus ini lahir pada pertengahan abad ke-III. Dia adalah putri seorang bangsawan di Italia. Ia menderita hingga wafat sebagai martir pada masa pemerintahan Kaisar Decius (249-251). Agatha adalah seorang gadis cantik. Seorang pemuda bernama Quintianus jatuh cinta dan ingin memilikinya namun Agatha menolaknya. Alasan penolakannya adalah ia sudah berjanji kepada Tuhan untuk hidup suci. Karena itu Agatha ditangkap dan dipenjarakan. Ini juga merupakan usaha untuk mencemarkannya namun ia tetap bertahan dan menjaga kemurniannya. Karena sikapnya ini maka ia disiksa hingga wafat sebagai martir. Agatha menginspirasikan kita semua untuk berkata benar dan jujur tentang iman kepada Tuhan. Sebenarnya tidak ada ketakutan apa pun di dalam hidup kita karena Tuhan sendiri menyertai kita semua. Apakah kita bisa berani berkata benar seperti Agatha?
Kedua, Yohanes Pembaptis. Ia merupakan Elia baru, utusan Tuhan untuk menyiapkan jalan bagi Yesus Kristus, sang Mesias. Ia menyerukan tobat kepada banyak orang dengan berkata benar tentang Tuhan. Yohanes adalah “Suara orang yang berseru di padang gurun: Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Mat 3:3). Perikop kita hari ini mengisahkan tentang teguran Yohanes Pembaptis kepada Herodes. Ia berkata benar ketika mengoreksi Herodes karena mengambil istri saudaranya Filipus menjadi istrinya sendiri. Inilah perkataan Yohanes Pembaptis kepada Herodes: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” (Mrk 6:18). Reaksi negatif datang dari Herodias yang sudah tinggal bersama Herodes. Ia dendam terhadap Yohanes Pembaptis dan mau membunuhnya namun belum sempat. Pada saat yang sama, Raja Herodes mengalami dilemma dalam hatinya. Ia segan terhadap Yohanes Pembatis karena banyak orang mengakui keberadaannya sebagai orang yang benar dan suci. Namun karena janji manusiawinya maka ia pun memenggal Yohanes pembaptis. Herodias merasa puas karena dendamnya berhasil. Ini adalah tipe orang yang tidak berkata benar. Orang yang berkata benar akan selalu salah di mata sesamanya yang tidak berkata benar. Orang yang berkata benar akan mendapat banyak musuh dibandingkan dengan para penipu.
Ketiga, Tuhan Yesus Kristus. Ia mengajar dengan kuasa dan wibawa. Ia berkata benar dan banyak orang berdatangan untuk mendengar-Nya dan memohon kesembuhan. Herodes pun mendengar tentang Yesus, hanya ia berpikir bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis. Ia berkata: “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi.” (Mrk 6:16). Kehadiran Yesus telah menggoncang kehidupan rohani pengusa yang jahat. Orang baik bisa mengubah kehidupan orang jahat dengan kehidupannya sendiri.
Keempat, Daud. Kitab Putra Sirak kembali membuka kenangan indah tentang kehidupan raja Daud. Ia memiliki masa gelap dan terang dalam seluruh hidupnya. Namun Tuhan tetap mengasihinya karena Ia mau menyesal dan bertobat dari segala perbuatannya. Inilah gambaran penulis Kitab Putra Sirakh tentang Daud: “Dalam segala tindakannya Daud menghormati Tuhan, dan dengan kata yang luhur menghormati Yang Kudus, Yang Mahatinggi. la bernyanyi-nyanyi dengan segenap hati, dan mengasihi Penciptanya.” (Sir 47:8).
Masing-masing tokoh di atas membantu kita dengan cara hidup mereka masing-masing untuk berkata benar. Orang yang setia kepada Tuhan tidak akan ragu untuk berkata benar. Ia bisa menyerahkan seluruh hidupnya demi kebenaran dan menunjukkan dirinya sebagai pelaku kebenaran. Ia bisa mengatakan tentang kebenaran yang dihayatinya meskipun ia pernah hidup dalam kegelapan. Hanya Kebenaran yang bisa memerdekakan kita (Yoh 8:32). Orang yang berkata benar adalah orang yang hidup dalam Kebenaran. Bagaimana dengan anda?
PJSDB