Hari Minggu Prapaskah II/C
Kej. 15:5-12,17-18
Mzm. 27:1,7-8,9abc,13-14
Flp. 3:17-4:1
Luk. 9:28b-36
Ingin melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya
Kita semua barusan melewati pekan Prapaskah pertama. Saya hendak mengingatkan kembali bahwa pada pekan Prapaskah pertama, kita bersahabat dengan suasana padang gurun. Padang gurun sendiri menjadi simbol aneka pergumulan serta pencobaan bagi manusia. Umat Israel mengalami pergumulan dalam peziarahan mereka selama empat puluh tahun ke tanah Kanaan. Tuhan Yesus, Putra Allah sempat mendapatkan pencobaan dari Iblis di pdang gurun. Sebagaimana kita ketahui bahwa iblis menggoda Yesus di padang gurun dengan memberi tiga jenis pencobaan menyangkut harta, kuasa dan popularitas, namun Yesus berhasil memenangkannya. Iblis mengakui kekalahannya namun ia mengatakan masih terus mencari kesempatan lain untuk mencobai Yesus, dalam hal ini Gereja-Nya. Gereja adalah umat beriman, kita semua yang dibaptis dalam nama Tritunggal Mahakudus. Apakah selama pekan pertama yang sudah kita lewati bersama ini, anda sudah berhasil mengatasi ketiga macam pencobaan Yesus dalam hidupmu? Atau mungkin anda memilih untuk tetap melekat pada harta karena hatimu ada di sana, pada kekuasaan karena motovasimu yang keliru dan popularitas untuk tujuan tertentu.
Bapa Suci, Paus Fransiskus barusan mengunjungi negara Meksiko. Selama berada di sana, Bapa Suci secara diplomatis menyinggung rencana Donald Trump, salah seorang kandidat Presiden Amerika Serikat untuk membangun tembok pembatas antara Amerika dan Meksiko supaya bisa membendung masuknya orang-orang Meksiko ke Amerika Serikat. Bagi Trump, Meksiko bermasalah karena mengirim para pemerkosa dan kriminal ke Amerika Serikat. Paus Fransiskus mengatakan bahwa seorang yang hanya berpikir untuk membangun tembok, di mana pun itu dan tidak membangun jembatan, bukanlah seorang Kristen. Trump kelihatan tergoda untuk memiliki harta, kuasa dan popularitas dengan mengabaikan sesama manusia. Kita seharusnya membangun jembatan yang bisa menghubungkan semua orang, supaya menjadi sahabat dan saudara.
Pada pekan Prapaskah kedua ini, kita beralih dari padang gurun ke sebuah gunung yang tinggi. Tradisi mengatakan gunung Tabor di daerah Galilea. Suasana geografisnya berbeda. Padang gurun simbol pergumulan hidup manusia, gunung adalah simbol shekinah, tempat Allah bersemayam. Di gunung tanpa nama ini, Tuhan Yesus berdoa dan berubah rupa di hadapan ketiga murid inti-Nya yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes. Boleh dikatakan terjadi peralihan dari suasana padang gurun yang lebih rendah, penuh pencobaan ke gunung, tempat kekudusan atau kesempurnaan hidup bisa dicapai. Kita semua yang mendengar Sabda hari ini juga tentu dibantu oleh Tuhan untuk beralih dari padang gurun ke gunung, dari tempat penuh cobaan dan pergumulan, ke tempat yang tenang untuk berdoa dan bersatu dengan Tuhan Yesus seorang diri saja.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Prapaskah kedua ini sangat indah untuk kita renungkan bersama. Dari Kitab Kejadian, kita mendengar kisah Tuhan Allah mengadakan perjanjian dengan Abram. Abram juga masih berada dalam dunianya sendiri, kegelapan masih menguasainya, meskipun Tuhan sudah membawanya keluar dari negerinya yakni di Ur-Kasdim. Tuhan membuka wawasannya dan kiranya bisa mengubah seluruh hidup Abraham ketika Tuhan berkata: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya. Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” (Kej 15:5). Tuhan nantinya mengubah Abram menjadi Abraham karena ia percaya kepada Tuhan. Kita membaca: “Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kej 15:6).
Untuk lebih menguatkan hati Abram, maka Tuhan mengingatkannya kembali segala perbuatan baik yang telah dilakukan-Nya kepada diri Abram. Abram mengalami exodus dari Ur-Kasdim ke negeri baru yaitu tanah Kanaan yang memiliki susu dan madu. Negeri itu akan menjadi milik Abraham dan keturunannya. Untuk itu Tuhan meminta Abraham supaya mempersembahkan kurban bakaran-kepada-Nya berupa lembu betina berumur tiga tahun, kambing betina berumur tiga tahun, domba jantan berumur tiga tahun, burung tekukur dan burung merpati. Tuhan berjanji untuk memberikan negeri yang luas dari sungai Nil di Mesir sampai sungai Efrat. Kisah ini menunjukkan bahwa Abraham sebagai Bapa segala bangsa kelak mengalami transformasi hatinya menjadi baru karena diikat oleh Tuhan melalui perjanjian. Abraham juga mengalami Transfigurasi dengan melakukan eksodus, keluar secara geografis, keluar dari diri sendiri untuk menjadi baru.
Pengalaman Abram menjadi sebuah pengalaman akan Allah di dalam hidupnya. Ini merupakan sebuah pengalaman pribadinya. Selanjutnya, St. Paulus dalam tulisannya kepada jemaat di Filipi mengajak kita untuk belajar dan mengikuti teladannya dan teladan para rekan kerjanya. Paulus melihat bahwa di dalam komunitas Gereja perdana terdapat banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Terhadap orang yang tidak bisa bertransfigurasi, Paulus berkata: “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.” (Flp 3:19). Paulus juga menyinggung bahwa kita semua adalah saudara dalam menantikan kedatang Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
Apa yang Tuhan Yesus mau lakukan kepada kita? Paulus mengatakan bahwa Tuhan Yesus akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. Paulus mau menekankan bahwa Tuhan Yesus menguduskan tubuh kita yang fana ini. Tubuh penuh kehinaan dikuduskan oleh Tuhan dan bagi Tuhan. Tuhan Yesus mentransfigurasi tubuh kita yang fana ini. Mari kita berjalan menunju kepada kekudusan.
Penginjil Lukas dalam Injil mengisahkan tentang peristiwa Tuhan Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di gunung tinggi. Hal ini terjadi delapan hari setelah Ia mengarahkan pandangan-Nya ke Yerusalem. Ia membawa ketiga murid inti-Nya ke atas gunung untuk berdoa yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes. Tuhan Yesus berubah rupa ketika sedang berdoa di mana rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Pada saat yang sama Musa dan Elia berbicara dengan-Nya. Kedua tokoh yang berbicara dengan Yesus adalah Musa mewakili seluruh Kitab Taurat, dan Elia mewakili para nabi. Di dalam Kitab Taurat dan para nabi sudah dikatakan bahwa Anak Manusia akan pergi ke Yerusalem, mengalami penolakan dan dibunuh dan pada hari ketiga akan bangkit dengan mulia.
Apa yang terjadi dengan ketiga murid ini? Mereka begitu terpesona dengan kemuliaan Tuhan dan tidak mampu memadang-Nya bersama Musa dan Elia. Dengan sukacita Petrus berkata kepada Yesus: “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” (Luk 9:33). Petrus sendiri tidak tahu apa yang dikatakannya itu karena begitu terpesona. Awan pun menaungi mereka dan mereka ikut masuk dalam awan, simbol kemuliaan Tuhan. Disaat itulah mereka mendengar suara: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” (Luk 9;35). Mata mereka tertuju kepada Yesus seorang diri saja.
Apa yang harus kita lakukan selama pekan kedua Prapaskah ini?
Pertama, Mari kita berhijrah atau ber-exodus. Bacaan Kitab Suci pada hari ini mau mengantar kita untuk ber-hijrah atau ber-exodus. Kita keluar atau beralih dari padang gurun ke gunung untuk merasakan kemuliaan Tuhan. Kita berdia supaya awan kemuliaan Tuhan bisa menaungi hidup kita. Masa prapaskah menjadi masa di mana kita juga beralih dari hidup lama yang penuh dengan pencobaan dan dosa ke hidup baru untuk menikmati kemuliaan Tuhan. Kita dipanggil untuk menikmati keindahan kasih Tuhan. Apakah anda sudah mengalaminya?
Kedua, Kita semua dipanggil untuk membuka diri kepada Sabda Tuhan dengan mendengar dan melakukannya. Abram membuka dirinya kepada Tuhan supaya memandang langit dan isinya. Paulus melihat Yesus sebagai pribadi yang mengubah tubuh kita yang fana menjadi serupa dengan Tubuh-Nya yang mulia. Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai Anak Allah yang menebus dosa-dosa kita. Maka tugas kita adalah percaya kepada Sabda Tuhan: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” Apakah Sabda Tuhan adalah kebutuhan hidupmu?
Ketiga, Kita semua diingatkan untuk melihat gunung sebagai tempat Tuhan bersemayam dan tempat untuk kita bersatu dengan-Nya dalam doa. Peristiwa transfigurasi atau Yesus berubah rupa adalah sebuah peristiwa doa. Ada dialog antara Anak dan Bapa, Bapa dengan Anak. Masa Prapaskah menjadi masa di mana kita juga rajin berdoa. Doa itu mengubah segala sesuatu. Apakah anda berdoa?
Keempat, Kita mendoakan para imam, biarawan dan biarawati yang mempersembahkan kemurnian hidup mereka kepada Tuhan. Persembahan diri merupakan sebuah transfigurasi, perubahan radikal di dalam hidup pribadi yang dipanggil dan dikuduskan hanya bagi Tuhan. Sama seperti Petrus, Yakobus dan Yohanes, para imam, biarawan dan biarawati yang menghayati hidup bakti hanya melihat Yesus seorang diri saja. Apakah anda sudah mendoakan kaum hidup bakti?
Kita bersyukur kepada Tuhan, karena melalui sabda-Nya, Ia mengubah seluruh hidup kita. Mari kita rajin membaca Sabda, mendengar dan melakukannya. Mari kita membuka diri dengan berdoa dan ber-metanoia. Kita bisa menikmati transfigurasi Tuhan dalam hidup setiap hari melalui doa. Tuhan menghendaki agar kita juga ikut melihat dan merasakan kemuliaan-Nya. Ingat: penderitaan adalah jalan untuk menikmati kemuliaan Tuhan selamanya.
PJSDB