Ego numquam obliviscar tu
Pada hari ini saya mengingat kembali sebuah ayat Kitab Suci yang selalu diulang Profesor saya selama belajar Kitab Suci. Bunyi ayatnya: “Numquid oblivisci potest mulier infantem suum ut non misereatur filio uteri sui et si illa oblita fuerit ego tamen non obliviscar tui”. Ini adalah perkataan Tuhan dalam Kitab Yesaya (49:15).
Nabi Yesaya mewartakan Sabda Tuhan ini lebih dari 2500 tahun silam di Yudea. ia dipanggil untuk menjadi nabi pada tahun matinya raja Uzia sekitar tahun 740SM dan bernubuat selama 40 tahun. Pada waktu itu, semua anak dianggap sebagai anugerah dari Tuhan Allah. Di dalam setiap keluarga, ada ikatan batin yang luar biasa antara ibu dan anaknya. Namun di kemudian hari ada juga ibu yang melupakan anaknya dan membiarkan anaknya menjadi korban persembahan kepada dewa-dewi (Rat 4:10). Para ibu memasak anaknya sendiri.
Pada saat ini dunia benar-benar berubah. Grafik aborsi di antara para wanita muda meningkat. Di banyak tempat ada wanita yang bisa melakukan aborsi lebih dari dua kali, tergantung berapa kali ia hamil. Mereka melakukan aborsi dengan sadar, tanpa ada rasa berdosa. Di kota Dili Timor Leste, ada ibu-ibu yang tidak memiliki hati nurani sehingga melahirkan dan membuang anaknya di ditempat sampah. Para ibu seperti ini benar-benar melupakan anak dalam kandungannya. Mereka seperti Sion yang berpikir bahwa Tuhan sudah melupakannya (Yes 49:14).
Tuhan berkata: ‘Ego numquam obliviscar tu’ (Aku tidak akan melupakan engkau). Di bagian lain Tuhan berkata: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibr 13:5). Tuhan tidak melupakan kita, kita melupakan Tuhan. Kita juga melupakan sesama sehingga membuatnya menderita.
Masa Prapaskah adalah kesempatan bermetanoia!
PJSDB