Belajar dari Petrus
Saudari saudara terkasih, Pada hari kita saya mendapat inspirasi dari kehidupan St. Petrus. Pada saat-saat sebelum Paskah, Ia sudah berjanji untuk menyerahkan dirinya hanya bagi Tuhan Yesus. Ketika itau Tuhan Yesus memandangnya dengan penuh kasih dan mengatakan kepadanya bahwa Ia akan menyangkal-Nya dan ayam jantan akan berkokok. Ya, Petrus berarti wadas namun ia menyangkal Yesus di hadapan seorang wanita. Sungguh, betapa rapunya Petrus. Semua yang dikatakan Yesus benar-benar terjadi dalam dirinya.
Tatapan Tuhan Yesus dari wajah yang berdarah-darah mengubah seluruh hidup Petrus. Tuhan Yesus memandang Petrus, membuatnya sadar bahwa ia telah menyangkal Gurunya. Semua pengalaman kebersamaan dengan Yesus serasa hanya sia-sia saja. Ketakutan menyelimuti seluruh hidupnya. Ia kehilangan harapan pada Tuhan Yesus. Ia berpikir bahwa Tuhan Yesus pasti melupakannya. Ketika Tuhan Yesus bangkit mulia, Ia memintanya untuk mengucapkan janji setianya bahwa ia akan mengasihi Yesus lebih dari segalanya (Yoh 21:17). Tuhan Yesus bahkan mengajaknya: “Ikutlah Aku” (Yoh 21:19).
Kehadiran Yesus mengubah seluruh hidupnya. Setelah menerima Roh Kudus di hari Pentekosta, Petrus semakin berani menunjukkan janji setianya kepada Yesus. Ia memberi dirinya secara total kepada Tuhan Yesus dengan bersaksi. Ia berulang kali menjelaskan tentang paskah Kristus kepada orang-orang Yahudi dan mengulangi perkataannya: “Kami adalah saksi-saksi”. Ia bertindak sebagai penggerak, dalam pewartaan Paskah Kristus.
Saya membayangkan anda dan saya sebagai Gereja saat ini. Kita semua harus berani berjuang untuk menunjukkan jati diri kita sebagai “Kristus kecil” di dunia ini. Ketika komunitas Kristiani menjadi sasaran penderitaan saat ini, kita hendaknya tidak perlu kuatir karena Penebus kita juga mengalami penderitaan. Belajar dari Petrus dan masa lalunya, mari kita membenahi diri dengan bertobat dan siap untuk dikuduskan kembali. Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis!
PJSDB