Homili 20 April 2016

Hari Rabu, Pekan Paskah IV
Kis 12:24-13:5a
Mzm 67:2-3.5.6.8
Yoh 12:44-50

Jangan tinggal dalam kegelapan!

imageSaya pernah mengikuti perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh seorang Romo yang sudah masuk kategori Romo Senior. Ia membagikan pengalaman rohani dan pastoralnya dalam homilinya kepada kami semua. Ia mengatakan bahwa salah satu pengalaman yang menakjubkan dalam hidupnya sebagai seorang Romo adalah bagaimana ia berusaha untuk mengeluarkan saudara-saudari seiman dari ruang gelap kepada ruang yang terang. Sebab baginya, amat sulit untuk meyakinkan mereka yang sudah terbiasa hidup dan berada di tempat yang gelap. Di tempat gelap itu orang leluasa berbuat dosa, menikmatinya berkali-kali sehingga membuat mereka sulit untuk keluar dari sana. Orang juga pasti malu kalau berbuat dosa di tempat terang sehingga mereka menyukai kegelapan. Lalu apa yang harus ia lakukan saat itu? Ia sebagai gembala mengakui bahwa tidaklah mungkin ia harus mengidentikkan dirinya dengan mereka untuk ikut hidup dalam kegelapan. Ia justru berusaha untuk tetap hidup dalam terang hingga terang yang ada di dalam dirinya bisa mengalahkan kegelapan menguasai hidup sesamanya. Dengan cara ini ia bisa mengembalikan banyak orang ke dalam terang.

Pengalaman Romo ini sangat bermakna bagi kita semua terutama ketika kita secara pribadi mengetahui atau menyaksikan kehidupan sesama yang menyukai kegelapan. Bagi mereka soal dosa itu biasa maka mereka selalu jatuh dalam dosa yag sama. Mereka bisa berniat untuk keluar dari kegelapan tetapi hanya sekedar niat, dan selebihnya adalah mereka jatuh lagi ke dalam dosa yang sama. Maka kegelapan menjadi sangat indah bagi mereka sehingga mereka mengabaikan terang. Kita tidak hanya bisa berbicara untuk menyadarkan mereka supaya keluar dari kegelapan. Kita harus pertama-tama hidup sebagai anak-anak terang. St. Paulus mengatakan kepada jemaat di Efesus: “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan kebenaran dan kebaikan.” (Ef 5:8-9). Di tempat lain Paulus berkata: “Karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.” (1Tes 5:5-6).

Pada hari ini kita mendengar bacaan Injil tentang seruan Yesus kepada orang-orang Farisi yang percaya kepada-Nya. Yesus berkata kepada mereka: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia percaya bukan kepada-Ku, tetapi kepada Dia yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, Ia melihat Dia yang telah mengutus Aku.” (Yoh 12: 44-45). Perkataan Yesus ini membantu kita untuk mengerti jati diri Yesus, pertama-tama bahwa Dia sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Kedua, Yesus sebagai Anak Allah bersatu dengan Allah Bapa di Surga. Ia datang ke dunia untuk melakukan semua pekerjaan Bapa dan pekerjaan yang paling agung adalah menyelamatkan semua orang. Paskah-Nya merupakan keselamatan bagi semua orang.

Untuk lebih memperkuat iman dan kepercayaan mereka maka Yesus juga menunjukkan diri-Nya sebagai terang dunia. Ia datang sebagai terang untuk menerangi dunia yang diselimuti kegelapan. Konsekuensinya adalah supaya semua orang yang percaya kepada-Nya janganlah tinggal di dalam kegelapan melainkan tinggal di dalam terang. Konsekuensi lainnya adalah supaya semua orang yang mendengar perkataan Yesus dan tidak melakukannya, Dia tidak menjadi hakim bagi mereka karena Ia datang bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya. Yesus menunjukkan dirinya sebagai kasih! Kasih itu universal.

Selanjutnya, Yesus mengingatkan mereka tentang siapa yang kiranya menjadi hakim bagi mereka. Ketika mereka menolak Yesus, dan tidak melakukan perkataan-Nya maka Firman atau Logos akan menjadi hakim bagi mereka pada akhir zaman. Firman atau Logos adalah diri-Nya sendiri. Maka Ia juga berbicara bukan dari diri-Nya sendiri tetapi dari Bapa yang memiliki rencana untuk menyelamatkan semua orang. Bapa berbicara kepada Yesus Putra-Nya dan tugas Yesus adalah melakukan kehendak Bapa. Yesus sebagai Terang dunia merupakan rencana Allah dalam diri Yesus untuk menyelamatkan dunia.

Pengalaman Yesus ini disalurkan di dalam Gereja secara turun temurun. Lukas dalam Kisah Para Rasul memberi contoh dua orang figur dalam Gereja perdana yakni Barabas dan Saulus. Di sekitar Antiokhia, tempat di mana untuk pertama kali para pengikut Yesus disebut Kristen itu, nama Yesus semakin harum. Firman Tuhan sendiri makin tersebar dan main banyak orang mendengarnya. Barnabas dan Saulus kembali dari Yerusalem dengan membawa serta Yohanes Markus untuk ikut serta sebagai team pelayan bersama. Ada juga nabi-nabi yang sudah ada selain Baranabas dan Saulus yakni Simeon alias Niger dan Menahem. Mereka semua menjadi sebuah team pelayanan.

Pada saat doa bersama Roh Kudus turut bekerja bersama mereka. Roh Kudus berkata kepaa mereka: “Khususkan Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” (Kis 13:2). Untuk menjawabi perkataan Roh Kudus ini maka mereka berpuasa dan berdoa lalu memberkati dan mengutus mereka untuk tugas pelayanan khusus sesuai dengan kehendak Roh Kudus. Barnabas dan Saulus dengan diteman Yohanes membawa terang Kristus untuk menerangi kegelapan hidup banyak orang di Seleukia dan berlayar ke Siprus. Di Salamis mereka mewartakan Sabda Tuhan kepada orang-orang di sana dengan sukacita.

Sabda Tuhan pada hari ini sangat indah. Tuhan Yesus adalah terang sejati yang datang untuk menerangi kehidupan kita yang masih gelap. Hidup dalam kegelapan karena dosa lebih banyak menguasai manusia. Tuhan Yesus tetap melakukan perutusan Bapa untuk menyelamatkan manusia. Tugas kita sebagai gereja adalah membawa terang dan kasih Kristus kepada semua orang. Ini adalah tugas khusus sebagaimana Roh Kudus berikan kepada Barnabas dan Saulus. Kita pun siap diutus untuk membawa terang dan kasih Tuhan kepada sesama yang lain dengan hidup bukan hanya dengan perkataan. Apakah anda sudah berada dalam zona terang atau masih dalam zona gelap?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply