Hari Kamis, Pekan Biasa XI
Sir 48: 1-14
Mzm 97: 1-2.3-4.5-6.7
Mat 6:7-15
Kerahiman Allah membebaskan kita
Ada seorang pemuda mengakui bahwa ia sangat menyukai doa Bapa Kami. Ia mendoakan doa kesukaannya ini lebih dari sepuluh kali setiap hari. Pada suatu hari ia diminta untuk memimpin doa makan bersama. Ia mengajak semua orang untuk mendoakan doa Bapa Kami. Beberapa orang mendekatinya seraya berbisik sambil menegurnya, “Kog hanya doa Bapa Kami? Doa makan mestinya doa spontan yang keluar dari dalam hati, bukan mendoakan doa Bapa Kami yang sudah kita hafal.” Pemuda itu hanya tersenyum sambil berkata: “Saya merasa belum layak untuk mengucapkan doa sendiri maka saya mengulangi doa yang Tuhan Yesus sendiri ajarkan kepada kita semua.” Sejak saat itu pemuda tersebut tetap pada pendirian untuk mendoakan doa Bapa Kami dengan devosi yang tinggi. Dia bahkan merasa bahwa banyak mukjizat dialaminya melalui doa Bapa Kami.
Pengalaman pemuda ini mungkin pernah menjadi pengalamanmu sendiri. Banyak orang merasa bahwa doa yang terbaik adalah doa spontan yang panjang dengan bahasa yang puitis, indah dan menggugah hati setiap pendengar doa. Kalau mendengar orang mendoakan doa Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan kepada Bapa, rasanya ada yang kurang dalam doa ini. Bagi saya kalau ada orang yang berpandangan demikian, maka mereka tidak lebih dari orang yang masuk dalam kategori penilaian Tuhan Yesus yakni “orang yang tidak mengenal Allah”. Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang-orang ini menyangka bahwa dengan banyaknya kata-kata yang mereka ucapkan, doa-doa mereka dikabulkan Tuhan. Maka seharusnya kita jangan seperti mereka karena sebelum berdoa, Bapa di surga sudah mengetahui segala sesuatu yang kita perlukan.
Tuhan Yesus mengajar doa Bapa Kami kepada para murid-Nya. Doa Bapa Kami ada karena para murid selalu melihat Yesus berdoa. Salah seorang murid-Nya tanpa rasa malu mendekati Yesus dan meminta-Nya supaya mengajar sebuah doa kepada mereka semua. Mereka pun diajar Yesus bagaimana berdoa yang benar. St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa Doa Bapa Kami yang Tuhan Yesus ajarkan ini merupakan doa yang paling sempurna. Tertulianus, seorang Bapa Gereja mengatakan bahwa Doa Bapa Kami adalah ringkasan dari seluruh Injil (KGK, 2761-2772,2774 dan 2776). Alasan utamanya adalah Doa Bapa Kami yang Tuhan Yesus ajarkan ini mengarah secara langsung ke hati Bapa yang Maharahim.
St. Agustinus pernah mengatakan bahwa dalam doa Tuhan yakni doa Bapa Kami, kita semua mengucapkan secara bersama-sama “Bapa Kami”. Frasa “Bapa Kami” diucapkan oleh semua orang, entah kaisar, entah rakyat jelata, entah tuan, entah budak. Mereka semua adalah saudara karena mereka memiliki Bapa yang satu dan sama. Doa Bapa Kami mempersatukan semua orang. Ini merupakan kekuatan dari Doa Bapa Kami.
Doa Bapa Kami yang Tuhan Yesus ajarkan ini memiliki tujuh permohonan. Ada tiga permohonan pertama berkaitan dengan Allah dan cara yang benar untuk melayani-Nya. Ketiga permohonan pertama adalah Dimuliakanlah nama-Mu, Datanglah Kerajaan-Mu, Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga”. Ada empat permohonan lainnya yakni permohonan untuk kebutuhan manusiawi kita kepada Bapa di Surga. Keempat permohonan itu adalah Berilah kami rezeki pada hari ini, Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami, Jangan masukan kami ke dalam pencobaan dan Bebaskanlah kami dari yang jahat.
Ketujuh permohonan dalam doa Bapa kami ini sebenarnya menunjukkan wajah kerahiman Bapa yang begitu sempurna kepada kita. Lagi pula doa ini diajarkan sendiri oleh Yesus yang menunjukkan wajah kerahiman Allah. Maka dengan mengucapkan doa yang sempurna dan ringkasan seluruh Injil ini, mata iman kita terbuka kepada Allah Yang Maharahim. Pada bagian terakhir dari doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengatakan: “Jikalau kalian mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kalian juga. Tetapi jikalau kalian tidak mengampuni orang, Bapamu pun tidak akan mengampuni kesalahan-Mu” (Mat 6:14-15). Kerahiman Allah menjadi nyata dalam pengampunan yang berlimpah. Kerahiman Allah membebaskan kita dari belenggu dosa. Memang, kita semua adalah orang berdosa sehingga kita membutuhkan pengampunan berlimpah. Kita pun harus mengampuni sesama.
Pertanyaan untuk kita pada hari ini adalah, apakah kita memiliki kemampuan untuk menunjukkan kerahiman Allah kepada sesama? Apakah kita mampu mengampuni sesama manusia?
PJSDB