Hari Senin, Pekan Biasa XV
Yes 1:11-17
Mzm 50: 8-9.16bc-17.21.23
Mat 10:34-11:1
Belajar Berbuat Baik
Ada seorang ayah, selalu mengulangi kalimat yang sama kepada kedua anaknya yang sedang bertumbuh: “Belajarlah berbuat baik setiap saat”. Kedua anaknya pernah merasa bosan ketika mendengar kalimat yang sama, keluar dari mulut sang ayah. Namun mereka perlahan-lahan insyaf bahwa belajar berbuat baik adalah bagian penting dari hidup seorang manusia. Sang ayah menambahkan bahwa dengan berbuat baik maka nama Tuhan dapat dimuliakan dan hidup kita juga akan bahagia sekarang dan kelak. Ketika mendengar kesaksian hidup kedua anaknya, saya merasa bahwa ayahanda mereka adalah pribadi yang baik, selalu berusaha untuk menanamkan nilai-nilai edukasi kepada kedua anaknya. Banyak orang tua saat ini kesulitan untuk menanamkan pendidikan nilai kepada anak-anak mereka. Seorang ibu pernah mengatakan bahwa ketika anak-anak belum mampu sign out dari gadget mereka, maka pendidikan nilai juga sulit untuk ditanam di dalam hidup mereka. Belajarlah berbuat baik, menjadi sebuah ajakan yang sangat bernilai bagi kita semua di hadapan Tuhan dan sesama.
Pada hari ini kita mendengar perkataan Tuhan Allah melalui nabi Yesaya kepada para pemimpin Sodom. Mereka menunjukkan sikap munafik dengan membakar banyak kurban bakaran berupa domba jantan dan lemak anak lembu tambun. Tuhan sendiri terus terang mengatakan rasa tidak sukanya terhadap darah lembu jantan dan domba jantan serta kambing jantan. Semua persembahan itu tidak disukai Tuhan karena semata-mata menunjukkan kemunafikan mereka. Sebab itu Tuhan mengatakan akan memalingkan wajah-Nya ketika mereka berdoa. Tuhan tidak akan mengindahkan semua doa dan permohonan mereka karena mereka bertangan najis.
Lalu apa yang harus mereka lakukan? Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya kepada mereka dengan mengajak mereka untuk bertobat. Ia berkata: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik. Usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam. Belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda.” (Yes 1: 16-17). Nubuat Tuhan melalui nabi Yesaya ini sangatlah jelas. Ini merupakan sebuah ajakan bagi kita untuk menjadi kudus. Untuk mencapai kekudusan maka kita perlu membasuh diri, membersihkan diri dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat. Perbuatan jahat itu seperti singa yang mengaum, mencari mangsa untuk menguasainya. Ketika lengah, kita bisa jatuh berkali-kali dalam dosa yang sama. Maka kita berusaha menghentikan perbuatan jahat, menggantinya dengan berbuat baik, membangun keadilan dan memperhatikan kaum miskin dan pinggiran.
Perbuatan baik itu seperti bumerang. Kalau kita berbuat baik maka perbuatan baik yang kita lakukan itu akan kembali kepada kita. Mungkin saat ini kita berbuat baik, jangan langsung mengharapkan balasannya. Ada saat yang tepat di mana perbuatan baikmu itu akan datang kembali kepadamu. Tantangan bagi kita adalah ketika berbuat baik, kita selalu memakai perhitungan tertentu. Kita melakukan perbuatan baik supaya nantinya kita mendapat upah. Sebenarnya berbuat baik itu sama seperti kita menabur benih yang baik yang nantinya dapat menghasilkan buah yang baik. Namun buah yang baik itu ada kalau kita juga merawat benih yang bertumbuh menjadi pohon. Apakah anda sudah berbuat baik hari ini?
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil memberikan pengajaran-pengajaran yang sulit untuk kita pahami. Misalanya, Dia mengingatkan para murid-Nya bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang. Ia datang untuk membawa pemisahan antar pribadi manusia. Damai adalah sebuah anugerah dari Tuhan sendiri. Ia berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yoh 14:27). Damai adalah milik Tuhan dan kita berusaha untuk membawanya, mewartakannya kepada segenap makhluk. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9). Tuhan sendiri mendamaikan segala sesuatu melalui Yesus Kristus Putra-Nya.
Namun demikian Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia membawa pedang yang memisahkan. Setiap pribadi di dalam keluarga akan mengalami pemisahan. Dengan demikian sebagai manusia tidak perlu menggantungkan diri pada sesama manusia tetapi kepada Tuhan. Yesus mengatakan bahwa barangsiapa mengasihi bapa dan ibunya lebih dari pada Yesus tidak layak bagi Yesus. Hal yang yang sama terjadi ketika seorang lebih mengasihi saudara dan saudarinya juga tidak layak bagi Yesus. Orang harus berani menyerahkan nyawanya bagi Tuhan Yesus Kristus untuk memperoleh keselamatan.
Tuhan Yesus menghendaki sikap sebagaiu murid yang setia. Murid yang setia akan menerima kehadiran Yesus di dalam hidupnya. Ia juga menerima semua orang apa adanya bukan ada apanya. Orang miskin sekali pun adalah manusia yang patut dikasihi. Dengan perhatian kepada kaum miskin dan terlantar maka kita juga dipanggil untuk merasakan kerahiman Allah selama-lamanya bersama mereka. Kaum miskin adalah kaum anawim!
Pada hari ini Tuhan mengajak kita untuk tidak berhenti berbuat baik. Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk berbuat baik kepada kaum miskin dan tertindas. Kita menyambut para murid Yesus, berarti kita menyambut Yesus sendiri dan Bapa yang mengutus-Nya. Kita menyambut seorang nabi sebagai nabi akan menerima upah nabi. Menerima orang benar sebagai orang benar akan menerima upah orang benar. Memberi air sejuk segelas kepada orang kecil karena murid Yesus maka ia tidak akan kehilangan nyawanya. Berbagai kategori perbuatan baik ini haruslah kita laksanakan sepanjang hidup kita. Belajarlah berbuat baik karena Tuhan lebih dahulu berbuat baik kepada kita.
Mari kita memohon pertolongan Tuhan melalui St. Benediktus untuk berbuat baik seperti Kristus sendiri. St.Benediktus mengatakan bahwa kita harus berusaha untuk menempatkan Kristus di atas segala-galanya. Janganlah ada sesuatu yang diutamakan melebihi Tuhan Yesus Kristus. Apakah anda sudah berbuat baik seperti Kristus?
PJSDB