JM: Jagalah Mulutmu!
Seorang siswa mengungkapkan rasa kesalnya terhadap siswa yang lain dengan menulis sebuah singkatan JM (dibaca JEM) dan meletakkan di meja belajarnya. Ketika siswa itu melihat kertas dengan tulisan JM, ia menjadi heran dan bertanya-tanya dalam hati maksud akronim ini. Dia bertanya kepada teman-temannya apa kepanjangan JM. Ada teman yang mengatakan “Jangan Makan”, “Jangan Menangis”, “Jangan Marah”. Salah seorang teman berkata: “JM kepanjangannya “Jagalah Mulutmu!”. Semua orang tertawa terbahak-bahak sambil melirik wajah teman mereka yang mendapat tulisan itu. Dia adalah siswa yang selalu bersungut-sungut, suka bergosip, suka mengeluarkan kata-kata kotor, suka bersumpah palsu. JM adalah obat penenang baginya.
Nabi Yeremia memberi kesaksian bahwa ia merasa kurang percaya diri di hadapan Tuhan dan sesama karena ia masih berusia muda. Ia merasa belum siap untuk menjadi utusan Tuhan (nabi) bagi bangsa-bangsa lain. Namun Tuhan tetap menguatkan dia. Ia berjanji untuk menyertai dan melepaskannya dari berbagai pergumulan hidupnya. Tuhan bahkan berjanji untuk menjamah mulutnya dan menaruh kata-kata-Nya di dalamnya. Yeremia menjadi baru karena dikuduskan oleh Tuhan. (Yer 1:1-10)
Tuhan membaharui mulut Yeremia dengan meletakkan semua kata-kata di dalamnya. Sejak saat itu Yeremia berbicara dalam nama Tuhan. Banyak orang percaya kepada Tuhan karena pewartaannya. Memang, mulutnya sudah bersih dan hanya ada kata-kata Tuhan yang keluar dari dalamnya.
Sekarang pikirkan bahwa Tuhan sedang meletakkan kata-kata-Nya di dalam mulut kita supaya kita tetap memuji dan meluhurkan namaNya dalam doa dan ucapan syukur. Kita harus belajar untuk merasa malu kalau mulut kita hanya berguna untuk merusak relasi kita dengan Tuhan dan sesama. Ingatlah: “Mulutmu harimaumu!” Artinya, segala perkataan yang diucapkan apabila tidak dipikirkan dahulu dapat merugikan diri sendiri.
PJSDB