Kesetiaan itu mahal
Ada dua orang yang menginspirasikan saya pada hari ini untuk memahami makna kesetiaan, yakni.
Pertama, Tuhan Yesus Kristus. Ia menunjukkan diri-Nya sebagai pribadi yang setia kepada Bapa. Ia mencari manusia yang tersesat, meskipun hanya satu untuk kembali ke jalan yang benar. Semangat sebagai gembala baik ini sangat luhur sebab Tuhan menunjukkan sesuatu yang sangat berbeda dengan pengalaman keseharian kita sebagai manusia. Mengapa? Kita sebagai manusia banyak kali hanya melihat angka satu dan itu dapat diabaikan saja. Tuhan melihat angka satu itu sangat berguna. Sebab itu Ia mencari satu orang yang tersesat untuk menyelamatkannya.
Kedua, nabi Yehezkiel. Ia menceritakan pengalaman persekutuannya dengan Tuhan Allah dan bagaimana Tuhan Allah membantunya untuk setia. Dia mendengar suara Tuhan yang menyapanya sebagai anak manusia. Ia melihat uluran tangan Tuhan dengan gulungan kitab, isinya berupa nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah dan rintihan. Gulungan kitab disantap dan rasanya manis seperti madu di dalam mulutnya. Yehezkiel merasakan kekuatan baru untuk pergi dan berbicara dengan kaum terpilih. Yehezkiel merasa bahwa tugas kenabiannya bakal berat karena ada ratapan, keluh kesah dan rintihan yang akan dialaminya. Di sini dia harus berjuang untuk menjadi seorang nabi yang setia, apa pun situasinya.
Kita belajar bagaimana menjadi pribadi yang setia dari kedua figur istimewa ini. Bagaimana anda menjadi orang setia? Saya mengingat perkataan Paulo Coelho seperti ini:
“Untuk bisa setia pada orang lain, pertama-tama kita harus setia pada diri sendiri”
Sekarang marilah kita memeriksa bathin kita masing-masing. Apakah anda orang setia? Apakah anda setia dengan pasangan hidupmu? Apakah anda setia dalam pekerjaanmu?
PJSDB