Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXI
2Tes 2: 1-3a.13b-17
Mzm 96:10-13
Mat 23:23-26
Allah mengasihi kita!
Saya pernah diundang untuk merayakan misa syukur ulang tahun ke-75 dari seorang Bapa. Sang Jubilaris ini memang sedikit unik. Sejak memasuki usia ke-60, ia sudah mengalami sakit tertentu sehingga dia hanya tinggal di rumah saja. Ia menghabiskan hari-hari hidupnya dengan keluar masuk kamar tidur, berdoa, membaca buku-buku tertentu dan berbicara dengan keluarganya. Ia sebenarnya merasa jenuh karena ketika masih muda mobilitasnya tinggi di tempat kerjanya. Tetapi kini ia harus menerima kenyataan hidup untuk dilayani oleh keluarganya. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa sebagai pasien selama lima belas tahun terakhir, ia merasa telah ikut merasakan penderitaan Kristus. Ia mengakui bahwa usianya bisa bertambah lima belas tahun karena ia masih percaya kepada Tuhan, dan bahwa Tuhan sangat mengasihinya. Ia meminta kepada Tuhan supaya memanggilnya secepat mungkin untuk menghadap-Nya, namun Tuhan masih terus mengijinkannya untuk hidup setahun lagi. Dia mengulangi selama beberapa kali kalimat yang sama: “Allah mengasihi kita”.
Pada hari ini kita mendengar kelanjutan surat kedua St. Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Paulus konsisten untuk menunjukkan dirinya sebagai seorang rasul dan pimpinan jemaat. Ia berusaha untuk terus mendekatkan dirinya dengan jemaat di Tessalonika dan menyadarkan mereka untuk hidup sesuai dengan semangat Injil yang mereka wartakan. Salah satu issue yang menarik perhatian Jemaat saat itu adalah tentang hari kedatangan Tuhan. Orang kebanyakan saat ini berpikir tentang akhir zaman atau dunia akhirat. Paulus mengharapkan supaya ketika mereka mendengar berita tentang hari kedatangan Tuhan Yesus Kristus dan bersatunya mereka dengan-Nya tidak menimbulkan kebingungan dan kegelisahan. Orang bisa saja mengatakan bahwa para rasul yang mengatakannya. Untuk itu Jemaat hendaknya berhati-hati karena bisa disesatkan oleh berita-berita yang tidak benar itu.
Perkataan sekaligus harapan dari Paulus dan rekan-rekannya ini masih berlaku hingga saat ini. Banyak orang katolik mudah terprovokasi oleh orang-orang munafik yang mengaku diri sebagai rasul atau mendapat wahyu dari Tuhan. Ada orang katolik yang mudah percaya sia-sia, misalnya dari perkataan dukun, tukang ramal, surat berantai dan lain sebagainya. Melalui media sosial kita mendapat berita-berita berantai seperti mendoakan sepuluh juta rosario untuk Paus Fransiskus, mendoakan jemaat Kristen di India karena ratusan gereja mereka dibakar, bunda Maria menangis dan air matanya harum. Semua ini benar-benar membingungkan orang padahal hanyalah berita bohong saja. Paulus mengharapkan supaya kita berhati-hati karena dapat disesatkan oleh berita-berita seperti itu.
Selanjutnya Paulus membuka wawasan kita semua bahwa keselamatan hanya ada di dalam Tuhan Allah. Menurut Paulus, Allah sejak semula sudah memilih jemaat untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan dan kebenaran yang jemaat percaya. Tuhan Allah memanggil Jemaat di Tesalonika untuk memperoleh keselamatan melalui Injil yang diwartakan Paulus dan rekan-rekannya. Melalui Injil, Jemaat dapat mengalami kemuliaan Kristus.
Apa yang harus jemaat lakukan untuk menantikan keselamatan yang datang dari Tuhan? Di sini, Paulus meminta Jemaat untuk berdiri dengan teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran iman yang sudah mereka terima dari para rasul, baik secara lisan maupun secara tertulis. Menurut Paulus, hanya dengan bersikap teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran para rasul maka Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus akan menghibur dan memperkuat hati mereka sampai selamanya.
Pengalaman kerasulan St. Paulus mengatakan kepada kita tentang keluhuran hidupnya sebagai rasul dan pemimpin. Seorang rasul adalah utusan Tuhan yang berbicara atas nama Tuhan sendiri. Rasul Paulus membuktikan dirinya sebagai pewarta Injil, selalu berkata benar kepada jemaat. Kita mengambil inspirasi kehidupan Paulus bersama jemaat di Tesalonika untuk hidup kita bermasyarakat setiap hari. Tugas kita adalah meneguhkan, menghibur dan membantu sesama untuk berjumpa dan tinggal bersama Tuhan.
Paulus menyiapkan Jemaat di Tesalonika dan gereja saat ini yang membaca dan merenungkan suratnya untuk selalu siap menantikan kedatangan Tuhan. Sikap waspada juga disampaikan Daud dalam Mazmurnya: “Tuhan datang menghakimi dunia. Ia akan menghakimi dunia dengan adil dan para bangsa dengan tepat” (Mzm 96:13). Sebab itu kita semua harus selalu siap menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Semangat pertobatan harus kita bangun mulai saat ini juga. Kita bertobat karena Allah sangat mengasihi kita.
PJSDB