Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXII
1Kor 2: 10b-16
Mzm 145: 8-9.10-11.12-13ab.13cd-14
Luk 4:31-37
Kuasa dan Kerahiman Allah sungguh nyata
Ada seorang pemuda yang membagikan pengalaman pertobatannya. Ia mengaku pernah cukup lama tidak mengakui dosa-dosanya. Ia pernah berniat untuk mengaku dosa secara rutin namun ada saja hal-hal tertentu yang mengganjal di dalam hatinya sehingga dia tidak bisa mengakuinya. Akibatnya ia dengan penuh kesadaran mengulangi segala dosa yang sama dalam hidup kesehariannya. Pada suatu hari ia mengikuti misa syukur ulang tahun salah seorang temannya di gereja bersama teman-temannya yang lain. Romo yang merayakan misa memberi sebuah renungan singkat yang mengubah hidupnya. Romo itu beberapa kali mengulangi kalimat: “Tuhan mengasihimu”. Ia merasa seperti Tuhan sendiri hadir dan mengasihinya apa adanya. Usai misa syukur itu ia berniat untuk kembali ke jalan Tuhan. Ia pun menyiapkan dirinya untuk mengakui segala dosanya di hadapan Romo yang barusan merayakan misa syukur itu. Baginya, pengakuan dosa saat itu merupakan saat Tuhan menunjukkan kuasa dan kerahiman-Nya secara nyata. Ini merupakan awal pertobatannya. Pengalaman orang muda ini sederhana tetapi mengingatkan kita bagaimana Tuhan bekerja untuk membawa kembali jiwa-jiwa yang sudah tersesat ke jalan yang benar.
Pada hari ini kita mendengar kisah Yesus yang menarik perhatian kita di dalam Injil Lukas. Dikisahkan bahwa pada suatu kesempatan Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea. Ini merupakan markas besar komunitas Yesus. Di Kapernaum terdapat rumah St. Petrus di mana Yesus dan para murid-Nya tinggal dan mengalami formasi sebagai murid. Di dekat rumah St. Petrus terdapat Sinagoga di mana Yesus mengajar dan membuat banyak orang takjub karena Ia mengajar dengan kuasa dan wibawa. Di dalam rumah ibadat atau sinagoga itu terdapat seorang yang menderita kerasukan setan. Setan mengenal jati diri Yesus, bahwa kuasa Yesus jauh lebih besar dari kuasa apa pun di atas dunia ini. Itulah sebabnya setan yang merasuki orang itu menyerah dan berkata: “Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapakah Engkau: Engkaulah Yang Kudus dari Allah” (Luk 4:34). Yesus bereaksi terhadap perkataan setan itu dengan menghardiknya: “Diam, keluarlah dari padanya!” (Luk 4:35). Setan itu mengakui kuasa Yesus. Ia hanya menghempaskan orang yang kerasukan itu ke tengah orang banyak lalu keluar tanpa menyakitinya.
Kisah eksorsisme yang dilakukan Yesus ini menarik perhatian kita. Pertama, marilah kita memandang Yesus sebagai tokoh utama. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Ia menunjukkan kuasa dan wibawa-Nya dalam perkataan dan perbuatan. Orang yang sakit, kerasukan setan dan roh jahat, lumpuh disembuhkan-Nya. Orang yang mati sekalipun Ia bangkitkan. Semua dilakukan Yesus karena kasih-Nya tiada batas bagi manusia. Karena kuasa-Nya yang besar ini maka setan pun tunduk kepada-Nya. Kedua, orang yang kerasukan setan. Ia berada di dalam Sinagoga sebagai sebuah tempat yang tepat. Tempat di mana Tuhan hadir dan berkarya melalui tanda-tanda heran. Tuhan Yesus dapat melakukan mukjizat karena orang itu percaya akan kasih dan kerahiman Allah dalam diri Yesus. Mukjizat pun menjadi nyata. Ketiga, setan yang merasuki orang itu. Ia mengakui kekuasaan Yesus dan kekudusan-Nya. Setan adalah kuasa kejahatan, kegelapan berjumpa dengan Terang dan kegelapan itu tidak mampu menguasai Terang itu. Setan saja tunduk pada Yesus, mengapa kita begitu sulit tunduk pada-Nya? Keempat, orang banyak terpesona, takjub akan kuasa Yesus yang melakukan tanda heran. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana kuasa Yesus diakui oleh setan dan bahwa orang yang kerasukan itu menjadi sembuh. Perasaan takjub hendaknya menguatkan iman kepada Yesus Kristus. Perasaan takjub ini juga mendorong mereka untuk mewartakan Yesus dan kuasa-Nya kepada semua orang.
Paus Fransiskus dalam Bulla Misericordiae Vultus mengatakan bahwa tanda-tanda heran yang Yesus kerjakan, terutama dalam menghadapi orang-orang berdosa, orang-orang miskin, kaum marginal, orang-orang sakit, dan orang-orang menderita, semua dimaksudkan untuk mengajarkan kerahiman. Segala sesuatu di dalam diri-Nya berbicara tentang kerahiman. Tidak ada satu pun dalam diri-Nya sama sekali tanpa belas kasihan (MV, 8). Kasih dan kerahiman Allah menjadi nyata dan banyak orang mengalaminya saat itu.
Yesus mampu melakukan tanda-tanda heran karena Roh Kudus sungguh-sungguh hadir dan bekerja di dalam diri-Nya. Ia sendiri mengakui bahwa Roh Tuhan ada pada-Nya (Luk 4:18). Roh Kudus memampukan Yesus untuk melakukan tanda-tanda heran, salah satunya adalah mengalahkan kejahatan. Roh Kudus dilimpahkan kepada kita untuk menjadi manusia rohani. Saat pembaptisan merupakan awal persekutuan kita dengan Roh Kudus. Kita semua menjadi manusia karismatis. Sebab itu kita harus memiliki sebuah habitus baru yakni mengusir semua kuasa jahat di dalam diri kita supaya kerahiman Tuhan benar-benar menjadi nyata di dalam diri kita.
St. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan kita bahwa kita adalah manusia rohani karena memiliki Roh Kudus yang berasal dari Tuhan sendiri. Roh itu menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (1Kor 2:10b). Hanya Roh Allah yang mengenal Allah sendiri. Kita semua menerima Roh Allah supaya bisa mengenal segala karunia Allah di dalam diri kita. Roh Allah memampukan kita untuk memiliki pikiran Kristus. Dengan memiliki pikiran Kristus maka kita pun bertumbuh sebagai manusia rohani. Manusia yang merasakan kasih dan kerahiman Allah secara nyata.
Pada hari ini kita bersyukur kepada Tuhan Allah karena Ia memberikan Yesus Putra-Nya kepada kita semua. Yesus Kristus itu tetap sama, baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr 13:8). Tuhan Yesus mengasihi kita dan kasih-Nya tidak pernah berubah. Kita bersyukur karena memiliki Tuhan yang hebat. Mari kita menunjukkan kasih dan kesetiaan kita kepada Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus. Setia kepada Allah Bapa, setia kepada Yesus Kristus, setia kepada Roh Kudus. Apakah kita bisa menjadi pribadi yang setia seperti Tuhan Yesus sendiri?
PJSDB