Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXIV
St. Yohanes Krisostomus
1Kor 12:12-14.27-31a
Mzm 100:2-5
Luk 7:11-17
Merenungkan belas kasih Tuhan
Pada hari ini seluruh Gereja Katolik mengenang St. Yohanes Krisostomus. Orang kudus ini lahir di Antiokhia di Siria pada tahun 349. Ayahnya adalah seorang perwira tinggi militer, meninggal ketika Yohanes masih kecil. Ia lalu dibesarkan oleh ibunya bernama Anthusa. Anthusa sendiri adalah seorang wanita kristen yang saleh dan bijaksana. Ia menghendaki agar Yohanes menjadi oang yang terkenal di masa depan. Yohanes sangat cerdas. Ia belajar retorika bersama Libanius dan menjadi seorang ahli retorika. Ia berbicara dan selalu menakjubkan banyak orang. Sebab itu ia disebut Krisostomus artinya bermulut emas. Ia mula-mula memilih menjadi seorang pertapa dan menjalani hidup askesis yang ekstrim. Namun Tuhan memiliki rencana yang lain baginya. Ia berubah haluan dengan belajar teologi, lalu ditahbiskan menjadi imam pada tahun 386 di Antiokhia. Pada tahu 397 Yohanes diangkat menjadi uskup Agung di Konstantinopel. Selama bertugas sebagai gembala umat, ia berusaha untuk menunjukkan kasih Allah kepada semua orang. Ia tegas dalam pendirian. Ia meninggal dunia pada tanggal 14 September 407 di pengasingan.
Bacaan-bacaan liturgi suci hari ini membantu permenungan kita tentang belas kasih Tuhan Allah bagi manusia. Penginjil Lukas mengisahkan sebuah mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus. Ketika itu Yesus sedang berkeliling dan berbuat baik. Ia tiba di sebuah kota bernama Nain bersama para murid dan banyak orang yang mengikuti-Nya. Di pintu gerbang untuk masuk ke dalam kota itu, mereka menjumpai orang-orang di kota itu sedang mengusung mayat seorang pemuda. Ia adalah seorang anak laki-laki tunggal dari seorang ibu yang sudah menjadi janda. Tuhan Yesus menaruh kasih sayang-Nya kepada janda itu. Kematian sang anak berarti kehilangan segala-galanya bagi janda itu sebab anak itulah yang akan bekerja baginya. Seluruh nafkah hidup berasal dari buah karya anak itu.
Apa yang Tuhan Yesus lakukan? Mula-mula Ia mengingatkan janda itu supaya jangan menangis. Selanjutnya Ia menghampiri usungan jenazah itu dan disentuh-Nya. Ia berkata: “Hai pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (Luk 7:14). Pemuda itu pun segera bangkit, duduk dan mulai berbicara dengan orang-orang yang mengusungnya. Yesus menyerahkan pemuda tanpa nama ini kepada ibunya. Ada sukacita besar bagi janda itu dan semua orang di kota Nain. Nama Yesus menjadi semakin dikenal banyak orang. Tuhan Yesus memang diutus ke dunia untuk memutuskan belenggu kehidupan dan salah satunya adalah kematian. Orang yang sudah mati dibangkitkan untuk memperoleh hidup baru. Ini adalah salah satu belas kasih Allah bagi manusia. Benar, keselamatan hanya di dalam nama Yesus Kristus!
Peristiwa kebangkitan pemuda di Nain ini membuat semakin banyak orang takjub kepada Yesus. Mereka berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, dan Allah telah mengunjungi umat-Nya”. (Luk 7:16). Yesus adalah Anak Allah yang mengunjungi umat-Nya. Ia menunjukkan belas kasih dan kerahiman Allah kepada janda yang kehilangan anak tunggalnya dengan membangkitkannya dari kematian. Tuhan menunjukkan kasih dan kerahiman Allah kepada anda dan saya. Kita mati secara rohani, tidak berkembang dalam kehidupan rohani, dan ini mengingatkan kita untuk merasa membutuhkan Tuhan di dalam hidup ini. Terlepas dari Tuhan, kita tidak mampu berbuat apa-apa (Yoh 15:5).
Tuhan Yesus membangkitkan pemuda Nain untuk mengingatkan kita bahwa kita adalah bagian dari diri-Nya sendiri. Ia membangkitakan pemuda Nain sebagai tanda bahwa Ia akan membangkitkan kita untuk menyerupai tubuh-Nya yang mulia. Dari situ kita akan hidup hanya bagi Dia saja. Ia mengunjungi umat-Nya dan bersatu dengan mereka. Persekutuan adalah tanda belas kasih Allah yang tiada berkesudahan.
St. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk mengalami belas kasih Tuhan. Mengapa belas kasih Tuhan itu perlu dialami? Sebab bagi Paulus, kita semua berasal dari satu tubuh. Ia berkata: “Sebagaimana tubuh itu satu, meskipun anggotanya banyak, dan semua anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian juga Kristus” (1Kor 12:12). Kita semua dibaptis dalam satu Roh menjadi satu tubuh dan diberi minum dari satu Roh yang sama. Dengan demikian tidak ada lagi kelompok-kelompok tertentu di dalam jemaat, tetapi semuanya adalah satu kesatuan. Satu tubuh memiliki banyak anggota yang membentuk persekutuan.
Karena belas kasih Allah maka kita semua yang sudah dibaptis membentuk satu tubuh Kristus. Di dalam satu kesatuan sebagai tubuh Kristus, Tuhan Yesus menentukan orang-orang tertentu sebagai rasul, nabi dan pengajar. Para rasul, nabi dan pengajar mendapatkan karunia untuk mengadakan mukjizat, menyembuhkan, melayani, memimpin dan berbicara dalam bahasa roh. Semuanya ini adalah anugerah atau kasih karunia yang Tuhan berikan kepada orang-orang pilihan-Nya untuk melayani Gereja. Belas kasih Tuhan menjadi nyata dalam karya-karya pelayanan mereka.
Pada hari ini kita semua dikuatkan oleh Tuhan melalui sabda-Nya. Ia menunjukkan belas kasih-Nya kepada kita semua dengan menganugerahkan hidup baru bagi mereka yang mati secara jasmani dan rohani. Belas kasih Tuhan membawa kita kepada keselamatan abadi. Belas kasih Tuhan menyatukan kita dengan Yesus Kristus sendiri. Kita semua berbeda satu sama lain tetapi Roh Allah menyatukan kita dalam satu tubuh yang sama yaitu tubuh Kristus. Kita semua membentuk Tubuh Mistik Kristus. Hanya di dalam Tubuh Kristus, belas kasih Allah sungguh menjadi nyata.
PJSDB