Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXXIV
Why 15: 1-4
Mzm 98:1-3ab.7-9
Luk 21:12-19
Berusahalah untuk setia selamanya
Saya pernah diundang untuk merayakan misa syukur panca windu (40 tahun) hidup membiara seorang biarawati. Perayaan misa syukur berlangsung dengan baik dan meriah. Banyak umat hadir untuk memberi dukungan kepada biarawati itu. Selama 40 tahun membiara, ia dikenal sebagai seorang penjahit tulen. Ia belajar menjahit beraneka jenis pakaian termasuk busana liturgi bagi para imam dan petugas liturgi di Gereja. Umat yang hadir sangat bersyukur boleh mengikuti perayaan Ekaristi ini sebagai dukungan bagi kesetiaan panggilan sang jubilaris.
Usai misa syukur, beliau memberi sambutan sekaligus kesaksian tentang hidup membiaranya. Ia mengatakan: “Hal yang membuat saya tetap bertahan selama empat puluh tahun hidup membiara adalah saya selalu berusaha untuk setia hari demi hari dalam menghayati panggilanku. Saya tidak pernah belajar di Perguruan Tinggi tetapi hanya mengikuti kursus sederhana dalam bidang menjahit. Saya telah menguji kesetiaan diri saya selama 40 dan saya bersyukur karena Tuhan lebih dahulu setia kepada saya. Sekarang ini saya akan terus berusaha untuk setia melayani-Nya sebagai penjahit. Banyak orang mungkin menertawakan saya karena saya hanya seorang penjahit, namun kesetiaan saya itu mahal. Saya setia melakukan perkerjaan saya yang sederhana ini bersama dengan Tuhan. Inilah yang membuata saya bahagia hingga saat ini.”
Sharing biarawati ini memang sederhana namun memiliki makna yang sangat mendalam. Ia belajar setia karena Tuhan selalu setia kepadanya. Ia tidak malu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana seperti menjahit selama 40 tahun. Ia mau menunjukkan kepada kita nilai sebuah kesetiaan dan ketekunannya. Nilai-nilai ini yang masih sangat dibutuhkan di dalam masyarakat kita. Semangat rela berkorban juga sama pentingnya. Biarawati ini tidak banyak berbicara tetapi banyak bekerja. Hidupnya adalah sebuah kesaksian.
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil melanjutkan penjelasan-Nya tentang tanda-tanda zaman. Perkataan Yesus tentang tanda-tanda akhir zaman dihiasi oleh berbagai macam pengurbanan diri sebab penderitaan dan kemalangan akan datang bertubi-tubi. Ia mengatakan kepada para murid-Nya bahwa sebelum semuanya terjadi yakni akhir zaman, mereka akan ditangkap dan dianiaya. Hanya karena nama Tuhan Yesus maka para murid-Nya akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat, dimasukkan ke dalam penjara, dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa. Ini adalah kesempatan bagi para murid untuk bersaksi. Dalam suasana menderita, para murid ditantang untuk memberi kesaksian yang benar tentang iman mereka kepada Tuhan Yesus Kristus.
Bagaimana menjadi saksi yang baik? Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk tidak menjadi manusia penakut. Mereka tidak harus berpikir tentang pembelaan diri mereka ketika bersaksi. Tuhan Yesus sendiri yang akan memberikan kata-kata hikmat yang mampu mengalahkan para musuh. Ia menempatkan kata-kata hikmat-Nya di atas lidah kita supaya mampu mempertahankan iman kepada-Nya.
Di samping situasi chaos di luar rumah, Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa di dalam keluarga pun akan ada rasa benci dan dendam. Orang tua dan para kerabat akan menyerahkan para murid kepada para musuh. Ada di antara mereka yang dibunuh. Kebencian akan menguasai banyak orang di dalam keluarga sendiri karena nama Yesus Kristus. Yesus dengan tegas mengatakan: “Tetapi tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang. Kalau kalian bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu” (Luk 21:18-19). Tuhan Yesus benar-benar mendampingi kita semua hingga akhir zaman. Kehadiran-Nya sangat kita nantikan. Sebab itu kita perlu berjaga-jaga sebagai hamba yang setia.
Dalam bacaan pertama, Yohanes memiliki sebuah penglihatan tentang suatu tanda besar di langit di mana ada tujuh malaikat dan tujuh malapetaka terakhir. Semua ini akan mengakhiri murka Allah. Ia juga melihat sebuah lautan kaca bercampur api. Di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang sudah mengalahkan binatang dan patungnya. Ini adalah sebuah kemenangan yang luar biasa. Iblis dikalahkan dan kuasa Tuhan menaungi seluruh bumi. Kesetiaan Tuhan benar-benar menjadi nyata.
Para orang kudus yang sudah mengalami penebusan berlimpah itu menyanyikan kidung Musa dan nyanyian Anak Domba: “Besar dan ajaiblah segala karya-Mu, ya Tuhan, Allah yang mahakuasa! Adil dan benar segala tindakan-Mu, ya raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab hanya Engkaulah yang kudus; semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyatalah kebenaran segala penghakiman” (Why 15:3-4).
Sabda Tuhan pada hari ini mengingatkan kita untuk belajar menjadi setia seperti Tuhan sendiri. Tuhan Allah menunjukkan kesetiaan-Nya kepada Musa hamba-Nya. Ia setia kepada Yesus sang Anak Domba, Putra kesayangan-Nya. Kesetiaan Allah Bapa sama dengan kesetian Yesus yang mendampingi para murid dan Gereja-Nya hingga akhir zaman. Apakah anda setia dalam hidup dan panggilan-Mu?
PJSDB