Hari Minggu Adven I/A
Yes 2:1-5
Mzm 122:1-2.4-5.6-7.8-9
Rom 13:11-14a
Mat 24: 37-44
Berjalanlah dalam terang Tuhan
Selamat memasuki tahun baru liturgi Gereja Katolik. Kita semua barusan mengakhiri siklus liturgi tahun C dan pada hari ini, bertepatan dengan Hari Minggu Adven pertama, kita memasuki siklus liturgi tahun A. Adventus adalah sebuah kata dari bahasa Latin, berarti “kedatangan”. Selama masa ini Adventus ini, kita semua menyiapkan diri untuk mengenang kembali kedatangan Tuhan Yesus dalam sejarah yang terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu, dan menyambut kedatangan-Nya yang mulia untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Sebab itu kita mengisi masa Adventus ini dengan berpuasa dan beramal sebagai tanda pertobatan kita untuk merasakan kerahiman Allah.
Salah satu ciri khas masa Adventus adalah adanya lingkaran Adventus. Ada daun-daun berwarna hijau dan lilin-lilin dengan warna tertentu. Lingkaran Adventus melambangkan kehadiran Tuhan yang kekal di tengah umat-Nya. Ia tidak memiliki awal dan akhir. Dia kekal dari semula dan menciptakan segala sesuatu. Daun-daun yang ada pada korona Adventus berwarna hijau. Warna hijau melambangkan hidup. Hidup adalah Yesus Kristus sendiri yang mengakui diri-Nya sebagai jalan, kebenaran dan hidup. Dia menderita, wafat dan bangkit atau hidup dengan mulia. Dia sendiri yang menganugerahkan kekekalan jiwa bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Di atas lingkaran Adventus terdapat empat lilin. Ada tiga lilin berwarna ungu yang melambangkan pertobatan dan satu lilin berwarna merah muda melambangkan sukacita (gaudete), dan hanya dinyalakan pada hari Minggu Adventus ke-III. Pada kaki lingkaran adventus terdapat mangkok berwarna biru. Ini melambangkan Bunda Maria yang bersedia menjadi Ibu Yesus Kristus. Simbol-simbol ini amat membantu pertumbuhan iman dan kasih kita kepada Tuhan Yesus.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu pertama Adventus ini mempersiapkan kita untuk berjaga-jaga dalam mempersiapkan diri kita untuk menanti kedatangan Tuhan. Persiapan yang kita lakukan secara pribadi dan komunitas bertujuan untuk mengantar kita kepada Tuhan sebagai sumber terang sejati. Hanya Tuhanlah yang mampu mengumpulkan semua orang dalam kasih-Nya.
Tuhan bernubuat melalui nabi Yesaya dengan sebuah ajakan untuk membangun pertobatan yang radikal. Setiap orang dari segala suku dan bangsa akan berduyun-duyun menuju ke rumah Tuhan di atas gunung yang tinggi. Dialah Tuhan yang mengajarkan jalan-jalan-Nya yang akan kita lewati. Tuhan juga akan bertindak sebagai hakim bagi bangsa-bangsa dan menjadi wasit bagi segala suku dan bangsa. Dengan demikian akan ada keharmonisan dan kedamaian yang abadi sebab bangsa yang satu tidak akan mengangkat pedangnya untuk melawan bangsa yang lain dan mereka juga tidak berlatih perang.
Semangat pertobatan yang dirancang Tuhan dalam Kitab Nabi Yesaya ini mengantar kita untuk mengerti rencana keselamatan-Nya. Dia sendirilah yang menghendaki semangat pertobatan, keharmonisan, kedamaian di dalam hidup kita. Tuhan Yesus yang sedang kita nantikan kedatangan-Nya juga akan menyerukan pertobatan, menghendaki keharmonisan dan kedamaian. Dia adalah terang sejati yang menghalau segala kegelapan dalam diri kita. Nabi Yesaya dengan optimis berkata: “Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang Tuhan!” (Yes 2:5). Pemazmur juga dengan nada optimis yang sama berkata: “Aku bersukacita, ketika orang berkata kepadaku, ‘Mari kita pergi ke rumah Tuhan’. Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.” (Mzm 122:1-2).
St. Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita supaya bertobat sebab keselamatan sudah dekat. Kita perlu berusaha untuk bangun dari tidur iman kita. Malam yang gelap sudah hampir lewat dan sebentar lagi pagi akan tiba di mana kita melihat terang. Nuansa persiapan kita menurut Paulus adalah transformasi diri dan beralih dari hidup lama dalam kegelapan menjadi hidup di dalam terang. Hidup lama dikuasai oleh kedagingan bukan roh. Maka ini adalah saat yang tepat untuk bertobat.
Apa yang harus kita lakukan? Paulus mengajak kita untuk menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan, dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Caranya adalah hidup dengan sopan seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Hal yang justru harus kita miliki adalah mengenakan Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang. Semua dosa yang dikatakan St. Paulus ini menjadi pengalaman setiap orang. Setiap saat orang bisa saja masuk dalam kegelapan bukan terang. Kita perlu bersatu dengan Yesus sebagai senjata terang.
Tuhan Yesus sebagai senjata terang kita, menasihati supaya kita memiliki sikap berjaga-jaga. Orang beriman kristiani adalah orang yang selalu berjaga-jaga, sebab ia tidak mengetahui kapan saat yang tepat Tuhan datang sebab saat kedatangan-Nya tidak terduga. Sikap berjaga-jaga ditandai dengan keterbukaan hati kepada Tuhan dan kerelaan untuk membangun semangat pertobatan serta beramal kepada sesama. Semangat pertobatan yang praktis dapat kita lakukan dengan jujur dan setia mengakui dosa-dosa kita. Kesadaran diri sebagai orang berdosa jangan pernah hilang dalam diri kita. Semangat untuk beramal kasih juga perlu kita lakukan bagi sesama yang sangat membutuhkan. Dengan demikian mereka juga dapat merasakan sukacita kedatangan Tuhan di hari Natal nanti. Semoga lingkaran adven dan lilin-lilin adven menginspirasikan kita untuk selalu dekat dan mengasihi Tuhan dan sesama kita.
PJSDB