Hari Rabu, Masa Natal
1Yoh. 3:7-10
Mzm. 98:1,7-8,9
Yoh. 1:35-42
Kami telah menemukan Mesias
Saya pernah mengikuti misa syukur panca windu (40 tahun) imamat seorang Pastor senior di sebuah paroki. Perayaan misa syukur berlangsung meriah. Banyak umat dari berbagai kalangan datang menghadiri perayaan syukur ini, mulai dari orang-orang sederhana di kampung-kampung hingga pejabat-pejabat tertentu yang pernah dibina oleh Pastor senior di asrama tempo doeloe. Pastor senior ini membagi pengalaman perjumpaannya dengan Tuhan yang benar-benar menguatkan panggilannya untuk menjadi gembala di dalam gereja. Sebab itu ia mengatakan rasa syukurnya yang sangat mendalam kepada Tuhan karena Tuhan telah memilih kedua orang tuanya untuk menjadi guru kehidupan baginya. Ia mengaku berjumpa dengan Tuhan Yesus, mengenal dan mengasihi-Nya melalui kehidupan kedua orang tuanya.
Ayah dan ibunya adalah orang-orang katolik yang sederhana, namun mereka berusaha menunjukkan wajah Yesus Anak Allah yang maharahim kepadanya. Ia mengingat kembali sebuah Alkitab yang sudah usang dalam bahasa Belanda dan gambar-gambar kudus. Ibunya sering mengatakan bahwa Alkitab adalah sebuah buku, hadiah dari Tuhan. Ayahnya menunjuk kepadanya gambar kudus dengan berkata: “Itu Tuhan”. Ayah dan ibunya membawanya ke Gereja untuk mengikuti misa dan mereka berkata kepadanya: “Kita bertemu dengan Tuhan di dalam Gereja”. Pengalaman-pengalaman religius sederhana ini turut menyokong panggilannya dan menguatkannya hingga usia imamatnya yang ke empat puluh.
Sharing pengalaman sederhana dari pastor senior ini kiranya menginspirasikan kita untuk ikut merenung kembali saat-saat pertama kita berjumpa dengan Tuhan secara pribadi. Banyak di antara kita tentu mengakui bahwa orang tua adalah orang pertama yang memperkenalkan Tuhan kepadanya. Orang tua dengan segala keterbatasan pengetahuan tentang Tuhan namun berhasil mendekatkan anak-anaknya kepada Tuhan. Kita patut bersyukur karena orang tua itu laksana Yohanes Pembaptis yang membawa murid-murid-Nya untuk mengenal Yesus sebagai Anak Domba Allah.
Dalam bacaan Injil hari Rabu pekan kedua Natal ini kita mendengar kelanjutan kisah panggilan para murid Yesus dalam Injil Yohanes. Yohanes Pembaptis berjalan bersama para muridnya. Ketika mereka melihat Yesus lewat di depan mereka, Yohanes berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah!” Yohanes sudah membaptis Yesus di sungai Yordan dan berani menyebut Yesus sebagai Anak Domba Allah di hadapan para muridnya. Yohanes mengatakan demikian berkaitan langsung dengan tugas perutusan Yesus di dunia ini yakni bahwa Ia datang untuk menebus dosa-dosa manusia. Ia mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Darah Yesus yang tercurah, laksana anak domba paskah yang disembelih saat peristiwa pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Kel 12). St. Paulus mengatakan bahwa Yesus adalah anak domba Paskah kita yang sudah disembelih (1Kor 5:7).
St. Bernardus pernah berkata, “Bukanlah kematian yang menggembirakan Allah Bapa, tetapi terlebih karena Kristus dengan bebas memilih kematian, yang melalui kematian-Nya Ia menghapus kematian, memungkinkan terjadinya keselamatan, dan mengembalikan kekudusan, yang menang atas setan dan kekuasaannya, merampas kematian dan memperkaya surga, yang memulihkan perdamaian di surga dan di bumi dan menyatukan segala sesuatu.”
Para murid Yohanes percaya kepada perkataan Yohanes sang Maestro mereka. Mereka yakni Andreas dan Yohanes berani meninggalkannya dan mengikuti Yesus dari dekat. Yesus bertanya kepada mereka, “Apakah yang kamu cari?” Mereka menjawab Yesus, “Rabi, di manakah Engkau tinggal?” Yesus menjawab mereka “Marilah dan kamu akan melihatnya”. Dialog sederhana dibangun oleh Yesus bersama Andreas dan Yohanes. Pada saat itu mereka melihat tempat tinggal Yesus dan mereka pun tinggal bersama-sama dengan-Nya.
Pengalaman kebersamaan dengan Yesus bukanlah menjadi milik pribadi. Andreas dan Yohanes menjadi misionaris yang mewartakan pengalaman kebersamaan mereka dengan Yesus Kristus, sang Mesias kepada sesama saudara yang lain. Andreas misalnya, berjumpa dengan Simon saudaranya. Ia berkata: “Kami telah menemukan Mesias”. Ia membawa Simon kepada Yesus. Simon memperoleh hidup baru, sebab namanya berubah menjadi Kefas, artinya Petrus.
Bacaan Injil hari ini membantu kita untuk bernostalgia tentang pengalaman akan Yesus Kristus yang kita imani selama masa natal ini. Kita mengenang dan bersyukur kepada Tuhan karena Ia membuka mata iman kita untuk mengenal wajah-Nya yang kudus dan mengimani-Nya melalui kedua orang tua dan orang-orang tertentu yang memperkenalkan-Nya kepada kita. Kita pun diingatkan untuk bersyukur kepada Tuhan karena sudah sedang tinggal bersama Tuhan di dalam satu wadah yaitu Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Kita bersyukur karena dipanggil menjadi misionaris yang membawa sesama kepada Yesus Kristus, sang Mesias. Misionaris sejati yang memperkenalkan Yesus Kristus dengan hidup sebagai pengikuti-Nya yang tulus dan setia. Dalam masa Natal ini, marilah kita belajar menjadi misionaris yang baik untuk menunjukkan iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus dengan berkata: “Kami telah melihat Mesias! Dialah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia!”
Doa: Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah datang ke dunia untuk menjadi Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa kami. Bantulah kami semua agar boleh mengorbankan waktu, bakat dan kemampuan kami untuk kebaikan sesama kami terutama mereka yang lemah dan miskin. Dengan demikian mereka menjadi kuat dan kaya karena kasih-Mu yang boleh kami bagikan kepada mereka. Terpujilah naman-Mu selama-lamanya. Amen.
P. John Laba, SDB