Kamu telah menderita banyak!
Saya menyukai tulisan-tulisan Paulo Coelho. Tentu saja bronsis setuju karena sering membaca komentar-komentar saya melalui Food For Thought pada sore atau malam hari. Pada siang hari ini saya membongkar file-file di laptop dan menemukan lagi satu ucapan beliau yang saya pernah catat beberapa tahun yang lalu. Bunyinya: “Kau harus belajar menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu orang yang lebih baik”. Wah, perkataannya memang sederhana tetapi super banget! Mengapa? Pada saat ini banyak orang menolak penderitaan karena hanya menyukai kebahagiaan saja. Banyak orang menolak kesedihan karena hanya menyukai kegembiraan saja. Padahal justru penderitaan dan kesedihan itu kita butuhkan untuk menjadi pribadi yang matang dan lebih baik lagi di hadapan Tuhan dan sesama.
Ada orang tertentu yang melihat dan mengalami penderitaan dan kesedihan sebagaimana adanya saja. Biasanya orang-orang seperti ini hanya berhenti dan tidak mau keluar dari penderitaan dan kesedihannya. Mungkin ia berpasrah dan mengatakan “sudah merupakan nasib, sudah merupakan takdir”. Orang-orang seperti ini mengidap virus pesimis. Pengikut Yesus Kristus tidak harus bersikap seperti ini sebab Yesus mengajar kita semangat optimis dalam hidup ini. Penderitaan dan kesedihan itu merupakan peluang untuk menjadi lebih bahagia, lebih dewasa dalam hidup.
Orang-orang Kristen purba tidak pernah mundur ketika mereka berani mengambil keputusan untuk mengikuti Yesus Kristus. Mereka menerima Terang yakni Yesus Kristus dan siap untuk menderita sampai mati bersama sang Terang sejati. Surat kepada umat Ibrani berkata: “Saudara-saudara, ingatlah akan masa lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita karena kamu harus bertahan dalamm perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.” (Ibr 10:32-33). Menjadi pengikut Yesus Kristus berarti siap untuk menderita. Kita siap untuk memikul salib hari demi hari, berani menyangkal diri. Hanya dengan demikian kita layak menjadi bagian dari Yesus Kristus.
Saya mengakhiri refleksi sederhana ini dengan mengingat kata-kata peneguhan dari Khalil Gibran: “Akhir dari penderitaan menghasilkan jiwa yang kuat; karakter terkuat ditandai oleh bekas luka”. Bekas luka bukanlah aib, tetapi kekuatan untuk maju. Bekas luka adalah pengorbanan. Apakah anda bertahan dalam penderitaan dan kesedihan?
PJSDB