Homili Hari Minggu Biasa ke-V/A – 2017

Hari Minggu Biasa ke-V
Yes 58:7-10
Mzm 112:4-5.6-7. 8a.9
1Kor 2:1-5
Mat 5:13-16

Berani Berbuat Baik

Saya pernah memperhatikan dua anak remaja sedang berdiskusi bersama. Rupa-rupanya mereka sedang mengerjakan tugas rumah tentang keberanian kita untuk berbuat baik kepada sesama. Setelah cukup lama berdiskusi, saya memperhatikan mereka menggunakan spidol untuk menulis di dalam lembaran kertas HVS putih seperti ini: “Kita harus berani berbuat baik sebab perbuatan baik yang kita lakukan itu akan kembali ke dalam diri kita”. Saya merasa bahagia melihat kedua anak remaja itu menulis resolusi sebagai jawaban atas tugas rumah di atas lembaran HVS putih itu. Memang perbuatan baik itu kalau kita lakukan dengan penuh kasih maka akan mempengaruhi seluruh hidup kita. Perbuatan baik akan kembali ke dalam diri kita masing-masing. Sebab itu orang selalu mengharapkan supaya kita semua jangan berhenti berbuat baik.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita pada sebuah cara hidup yakni berani untuk berbuat baik. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama berbicara kepada orang-orang yang pulang dari pembuangan di Babel. Ketika tiba di Yerusalem, mereka semua berusaha untuk mendekatkan diri pada Sabda Tuhan. Ketika itu Tuhan bersabda melalui Yesaya: “Aku menghendaki supaya engkau membagi-bagi rotimu kepada orang-orang yang lapar, dan membawa ke rumahmu orang-orang miskin yang tidak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yes 58: 7). Tuhan sedang menghendaki agar setiap orang yang menjadi bagian dari umat-Nya berani berbagi. Apa yang ada pada mereka bukanlah milik pribadi mereka tetapi mereka harus menunjukkan persaudaraan sejati mereka dengan berbagi. Semangat berbagi ini menunjukkan perbuatan baik kepada sesama manusia.

Perbuatan baik yang dilakukan dengan tulus hati, yakni kemampuan untuk berbagi kepemilikan kepada orang yang sangat menbutuhkan ini laksana terang yang mereka seperti fajar. Tuhan berkata: “Pada waktu itulah terangmu akan merekah bagaikan fajar, dan luka-lukamu akan pulih dengan segera.” (Yes 58:8). Yesaya menambahkan bahwa kebenaran akan menjadi barisan depan dan kemuliaan Tuhan akan menjadi pengiring. Dengan demikian orang akan layak di hadirat Tuhan. Ia akan memanggil Allah dan tentu saja Allah akan menjawabnya.

Perbuatan jahat mesti dihindari dalam diri kita. Misalnya kebiasaan mempersalahkan orang lain, atau mencari-cari kesalahan orang lain. Sikap hidup seperti ini hanyalah membawa kita kepada kegelapan. Tuhan mengatakan bahwa terangmu akan terbit di dalam kegelapan dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. Kita harus berani berkata: “Bagi orang benar Tuhan bercahaya, laksana lampu di dalam gulita” (Mzm 112:4a). Tuhan tetap mengasihi kita apa adanya dan berlaku adil terhadap perbuatan-perbuatan kita. Kita harus belajar untuk menjadi jujur dalam segala hal supaya layak di hadirat Tuhan.

St. Paulus dalam bacaan kedua menunjukkan sikap misionernya dengan menomorsatukan Yesus Kristus, sebagai Dia yang tersalib. Ia datang mendekati orang-orang Korintus untuk bersaksi tentang Allah yang ia imani bukan dengan kata-kata yang indah atau hikmat yang agung. Ia menunjukkan dirinya apa adanya. Ia mengaku datang mendekati umat di Korintus dengan segala kelemahan yang dimilikinya. Ia meyakinkan adanya Roh Kudus yang menguatkannya untuk menguatkan iman jemaat di Korintus. Kuat kuasa Allah memampukan dia untuk menjadi rasul bagi jemaat di Korintus.

Pewartaan kita tentang perbuatan baik mencapai kesempurnaannya dalam upaya kita untuk menghadirkan Tuhan Yesus Kristus di dalam Gereja. Kita mewartakannya bukan hanya dengan kata-kata yang indah, melainkan dengan hidup kita yang nyata. Kita memiliki berbagai kelemahan seperti dialami Paulus, namun kuasa Allah melebihi segalanya untik membaharui diri kita. Dia sendirillah yang menguatkan kita untuk berbuat baik kepada sesama.

Tuhan Yesus dalam Injil mengaktualisasikan sabda bahagia yang diajarkan kepada para murid-Nya. Para murid diingatkan untuk tidak berhenti berbuat baik kepada sesama, penuh kasih dan pengorbanan hidup. Yesus berkata: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang.” (Mat 5:13). Perkataan Yesus ini penuh dengan pesan-pesan yang luar biasa bagi kita. Garam bagi orang-orang Palestian bukan hal yang baru. Mereka memiliki laut mati dengan kadar garam 28 kali lebih asin dari laut yang lain. Laut tengah juga memiliki kadar garam yang tinggi. Garam digunakan untuk mengawetkan makanan, memberi rasa nikmat pada makanan dan mengobati penyakit kulit atau luka. Garam dapat berfungsi kalau ia merelakan diri untuk kehilangan wujudnya, merembes masuk ke dalam makanan dan memberi rasa dari dalam makanan.

Perbuatan baik yang kita berani lakukan juga mengandung unsur-unsur yang sama. Kita harus berani berkorban, melupakan diri dan keinginan hidup pribadi, masuk ke dalam diri sesama dan mengubah kehidupan orang itu dari dalam dirinya. Kita tidak dapat mengubah kehidupan orang lain dari luar saja. Pengaruh positif berasal dari dalam, bukan semata-mata dari luar.

Yesus juga mengatakan: “Kamu adalah terang dunia” (Mat 5:14). Penginjil Yohanes bersaksi bahwa Yesus juga mengakui diri-Nya sebagai terang dunia (Yoh 8:12). Yesus adalah terang sejati yang menerangi hidup kita. Kegelapan tidak mampu menguasai seluruh hidup kita. Terang itu berasal dari perbuatan-perbuatan yang kita lakukan setiap saat. Terang ada karena ada kegelapan. Kita membutuhkan Tuhan untuk tetap menajdi terang yang menerangi kegelapan hati banyak orang. Ketika kita terampil, berbuat baik dengan tulus maka kita benar-benar mennjadi terang bagi sesama manusia. Tugas kita adalah berbuat baik kepada semua orang dan Tuhan akan memperhitungkan segala perbuatan baik kita.

Apakah anda berani berbuat baik? Ini adalah pertanyaan yang membantu kita untuk berefleksi lagi bahwa perbuatan baik itu penting dan harus kita lakukan. Perbuatan baik itu mendekatkan manusia dengan Tuhan sebagai sumber segala kebaikan. Tentu saja semua ini membutuhkan pengorbanan diri kita demi kebaikan sesama kita. Apakah anda sudah berbuat baik pada hari Minggu ini?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply