Hari Kamis, Pekan Prapaskah II
Yer 17: 5-10
Mzm 1:1-2.3.4.6
Luk 16:19-31
Emang kamu mengandalkan Tuhan?
Ada sebuah pertanyaan bermakna bagi kita pada hari ini yakni: “Emang kamu mengandalkan Tuhan?” Mungkin banyak di antara kita tersenyum bahkan tertawa dengan judul permenungan kita pada hari ini. Namun saya yakin bahwa tersenyum dan tertawanya kita merupakan bagian dari evaluasi diri di hadapan Tuhan yang mahapengasihi dan penyayang. Tersenyum dan tertawa merupakan bagian dari ungkapan rasa malu kita kepada Tuhan yang lebih dahulu mengasihi kita.
Pada suatu kesempatan saya mengadakan rekoleksi bersama sebuah kelompok kategorial. Saya diminta untuk membimbing setiap peserta untuk mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya yang menyelamatkan dan menjamin kehidupan kekal. Pada saat Ekaristi bersama, saya meminta semua peserta untuk mengumpulkan barang-barang yang bagi mereka ada “isinya” atau ada “jimat” di dalamnya. Saya terkaget-kaget ketika menemukan bahwa ada anggota kelompok kategorial, sekaligus aktivis gereja yang masih memiliki jimat tertentu di cincin batu, kalung dan dompet. Bahkan ada yang jujur mengatakan masih ada jimat di keris peninggalan orang tua. Ternyata ada pengikut Kristus yang seperti ini: siang bersama Kristus, malam bersama jimat atau sebaliknya.
Ada umat yang begitu percaya kepada pribadi tertentu yang dianggap memiliki indera keenam dan ketujuh. Orang-orang istimewa itu konon dapat “melihat” yang tidak dapat dilihat, “mendengar” yang tidak dapat didengar dan lain sebagainya. Pokoknya mereka adalah manusia misterius dan super dibandingkan dengan manusia yang lain. Kalau dia seorang awam mungkin dapat disapa sebagai pendoa kelas kakap, kalau dia seorang imam maka dia adalah imam istimewa dibandingkan yang lain, uskup dan paus sekalipun tidak dapat menyaingi sang imam ajaib itu. Orang benar-benar lupa bahwa yang mereka andalkan adalah manusia bukan Tuhan. Padahal semua talenta, kelebihan apa pun berasal dari Tuhan. Tugas mereka adalah mengantar jiwa-jiwa kepada Tuhan bukan kepada diri mereka sendiri.
Tuhan Allah melalui nabi Yeremia berkata: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatan sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan” (Yer 17:5). Mereka terkutuk karena jauh dari kasih karunia Tuhan. Mereka laksana semak bulus di padang nan kering dan tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebaliknya Tuhan berkata: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya kepada Tuhan!” (Yer 17:7). Mereka diberkati karena berharap pada penyelenggaraan dan kasih sayang Tuhan. Mereka laksana pohon di pinggir sungai yang menghasilkan buah sepanjang tahun.
Orang yang mengandalkan Tuhan akan mampu berempati dengan sesamanya yang masuk kategori Eleazar atau Lazarus. Mereka tidak akan menutup mata terhadap kaum papa miskin. Mereka akan turut merasakan penderitaan dan kemiskinan sesama dan siap untuk menolongnya. Orang yang mengandalkan manusia akan tertawa di atas penderitaan sesamanya. Dia mengandalkan dirinya sendiri melebihi Tuhan.
Kita masih menemukan banyak Lazarus di sekitar kita. Lazarus berarti Allah sudah menolong. Kita sudah diciptakan Tuhan menurut gambar dan rupa Allah maka marilah kita berusaha untuk menolong Lazarus lain yang masih mengembara dari rumah yang satu ke rumah yang lain, dari sudut jalan yang satu ke sudut jalan yang lain.
Apa yang dapat kita lakukan dalam masa prapaskah ini? Mari kita ber-D2P, artinya ber-Derma, ber-Doa dan Ber-Puasa. D2P mampu mentransformasi kehidupan pribadi kita supaya layak di hadirat-Nya. Kita lebih murah hati seperti Allah Bapa juga murah hati adanya.
PJSDB