Kita tenggelam karena…
Ujaran kebencian sudah sedang menguasai berbagai media sosial di tanah air. Kita mengalami sendiri bahwa media komunikasi sosial masa kini tidak segan-segan menelanjangi manusia sebagai pribadi. Media sosial mampu menyusup ke dalam zona pribadi setiap orang. Maka dalam waktu singkat nama dan kehidupan pribadi hancur. Orang dengan sendirinya kehilangan kepercayaan terhadap diri kita. Hidup pribadi menjadi tidak bermakna, rasa malu menguasainya. Yah, beruntung kalau masih ada rasa malu.
Para pengguna media sosial berasal dari berbagai usia dan kalangan. Sebut saja Facebook sebagai salah satu media sosial yang sudah dikenal di berbagai kalangan umum. Anak-anak di bawah umur sampai orang-orang yang sudah masuk kategori orang tua memiliki akun facebook. Di setiap halaman facebook, kita menemukan berbagai hal yang penting bagi kebaikan pribadi kita. Namun kita tidak dapat menutup mata terhadap adanya berbagai ujaran kebencian kepada pribadi, kelompok etnis, suku dan agama. Seorang sahabat bahkan berani menonaktifkan akun facebooknya karena ia merasa bahwa pikirannya sudah dikuasai oleh kejahatan terstruktur dalam roh ujaran kebencian. Ada orang tertentu biasa menulis ujaran kebenciaan tanpa merasa malu bahwa tulisannya itu sudah, sedang dan akan dibaca oleh berbagai kalangan. Ujaran kebencian itu membunuh karakter manusia baik yang masih di bawah umur hingga orang dewasa.
Mungkin saja anda dan saya sudah tenggelam dalam samudera ujaran kebencian di media sosial. Selama ini mungkin sadar atau tidak sadar kita broadcast berbagai artikel yang mengandung ujaran kebencian. Sebenarnya kita sedang berpartisipasi untuk membangun rasa marah, benci, dendam dan membunuh karakter pribadi tertentu. Kita mungkin tenggelam dalam memberi komentar, like dengan jempol, love dengan simbol hati atau wajah dengan tertawa sampai berlinang air mata. Kita sedang tenggelam dan tidak berani keluar dari situasi ini. Kalau kita berhasil keluar, ternyata rasa-rasa anti terhadap sesama tetap ada, melekat kuat di dalam diri kita.
Saya teringat pada perkataan Paulo Coelho berikut ini: “Kita tenggelam bukan karena jatuh ke dalam sungai, melainkan karena kita tidak mau keluar dari dalamnya”. Saya setuju dengan beliau. Ketika kita berada di dalam sungai kemarahan, maka mengalirlah kenikmatannya. Berbagai ujaran kebencian akan keluar dengan sendiri. Orang menjadi homo homini lupus! Maka boleh dikatakan bahwa kita tenggelam dalam kebencian bukan karena jatuh ke dalam sungai kebencian, melainkan karena kita tidak mau keluar dari dalam sungai kebencian itu. Mungkin kebencian itu terlalu nikmat!
Apakah kita masih mau memiliki dunia seperti ini? Tidak! Kita sudah jatuh ke dalam sungai kebencian maka berusahalah untuk keluar dari sana dan membaharui diri. Andaikan saja kita berani sign out dari media sosialmu, meskipun hanya sebentar saja maka anda akan kembali memiliki pikiran positif kepada semua orang. Andai kita berani sign out sebentar maka kita akan melihat dunia ini berubah menjadi lebih ceriah dan bersahabat. Cobalah untuk tidak tenggelam atau menenggelamkan diri ke dalam sungai kebencian, tetapi sekali anda tenggelam maka cepatlah keluar dari sungai kebencianmu.
Damai sertamu,
PJSDB