Demi Kemuliaan Nama Tuhan
Saya pernah mengikuti misa syukur 40 tahun hidup membiara dari seorang bruder. Perayaan Ekaristi penuh syukur berlangsung amat meriah. Semua umat yang hadir adalah keluarga dan sahabat kenalannya. Mereka semua ikut bersyukur bersama Bruder yang merayakan pancawindunya dalam mengabdi Tuhan dan sesama. Usai perayaan ekaristi, bruder membagi pengalamannya kepada kami semua. Ia mengakui bahwa salah satu alasan mengapa ia bersukacita selama empat puluh tahun dalam melayani Tuhan dan sesama adalah “semuanya demi kemuliaan nama Tuhan” Semuanya demi kemuliaan nama Tuhan! Ini kalimat yang diulanginya berkali-kali, dengan suara yang menunjukkan rasa terharunya dalam melayani Tuhan dan sesama.
Pada hari ini kita berjumpa dengan dua figur penting yang membantu kita untuk memuliakan nama Tuhan dalam hidup dan pelayanan kita:
Orang pertama adalah Tuhan Yesus Kristus. Dalam doa imamat-Nya, Yesus mengatakan: “Bapa telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.” (Yoh 17:11). Yesus menyampaikan intensi-Nya sebagai Imam Agung kepada Bapa demikian sebab Ia telah melakukan sampai tuntas semua pekerjaan yang diberikan Bapa kepada-Nya. Pekerjaan yang paling utama adalah menyelamatkan semua orang. Yesus mewujudkan pekerjaan ini dengan menerima semua penderitaan, wafat di kayu salib dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati. Salib adalah tanda kasih Yesus yang mendalam bagi orang-orang berdosa. Salib menjadi kekuatan penebusan berlimpah dalam Yesus Kristus. Yesus memuliakan Bapa melalui ketaatan-Nya. Ketaatan adalah tanda kasih sampai tuntas kepada Bapa. Yesus melakukan semua ini demi kemuliaan Bapa sendiri.
Orang kedua adalah St. Paulus. Ia sedang melakukan perjalanan kembali ke Yerusalem. Ia sempat memanggil para penatua untuk menguatkan mereka sembelum melanjutkan perjalanan ke Yerusalem. Ada dua hal yang membuatnya tekun memperjuangkan kemuliaan nama Tuhan yakni ia berusaha supaya baik orang Yahudi maupun Yunani dapat bertobat dan memuliakan nama Tuhan Allah dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Ia juga berpasrah kepada kehendak Tuhan dengan mangatakan bahwa perjalanan ke Yerusalem sebagai tawanan Roh maka jaminannya adalah penjara dan sengsara sedang menanti kehadirannya. Ini adalah perjalanan menuju garis akhir dalam kehidupannya sebagai rasul Yesus Kristus. Paulus hanya mencari kemuliaan nama Tuhan bukan kemuliaan namanya.
Mari kita melihat diri kita masing-masing. Wah, kita harus belajar untuk malu karena banyak kali pelayanan-pelayanan kita itu demi mencapai keharuman nama sendiri bukan nama Tuhan. Hanya sedikit orang yang mau menjadi orang di belakang layar. Banyak orang mau supaya namanya disebut dalam ucapan terima kasih yang dibacakan di gereja. Itu sebabnya pengumuman di gereja terkadang begitu panjang karena kalau lupa menyebut pribadi atau kelompok tertentu dalam ucapan terima kasih maka dampaknya akan luas. Itulah manusia yang suka mencari popularitas diri! Mari kita kembali kepada Tuhan Yesus. Mari kita belajar lagi dari St. Paulus untuk setia mencari dan memuliakan nama Tuhan.
PJSDB