Lembaran lama dan baru
Pada sore hari ini kami memulai beberapa pertandingan olahraga, khusus bagi anak-anak asrama di komunitas kami. Mereka semua membentuk empat kelompok yang disebut sodality group. Usai semua pertandingan, salah seorang siswa mendekatiku dan bertanya: “Apakah Padre merasa terhibur dan bahagia menyaksikan pertandingan pembuka hari ini?” Saya menjawabnya: “Saya sangat merasa terhibur dan bahagia menyaksikan orang-orang muda yang begitu bebas bermain, dan sangat menghiburku”. Pertandingan hari ini sangat menghibur!
Pengalaman ini membuka jalan bagi permenunganku diakhir hari ini. Tuhan adalah sumber segala penghiburan. Santu Paulus sendiri menyadari bahwa Tuhan adalah sumber segala penghiburan sehingga ia berusaha membuka wawasan jemaat di Korintus untuk berfokus hanya kepada Tuhan. Sekalipun mereka mengalami banyak penderitaaan dan kemalangan namun Tuhan senantiasa hadir untuk menghibur mereka. Ia bahkan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya dalam pengalaman keseharian mereka. Ia sendiri memberi kekekalan atau keabadian kepada setiap orang beriman yang sudah beralih dari dunia ini. Ia tidak memperhitungkan dosa-dosa kita, malah Ia membuangnya ke tubir-tubir laut yang dalam. Ini berarti Tuhan kita itu mengasihi umat-Nya. Ia menghibur umat-Nya yang sedang mengalami penderitaan dan kemalangan. Ia menyapa umat-Nya berbahagialah!
Tuhan Yesus menyapa para murid-Nya “berbahagialah”. Apakah ini berarti Tuhan Yesus memberi kiat-kita untuk menjadi bahagia? Tentu saja tidak! Tuhan Yesus memandang mereka semua yang datang kepada-Nya sudah memiliki potensi untuk layak disebut berbahagia. Mereka berani melawan arus! Siapakah mereka yang disapa berbahagia? Mereka yang miskin di hadapan Allah, mereka yang berdukacita, mereka yang lemah lembut, mereka yang lapar dan haus akan kebenaran, mereka yang murah hati, mereka yang suci hatinya, mereka yang membawa damai, mereka yang dianiaya demi kebenaran, mereka yang dicela dan dianiaya karena Yesus Kristus. Mereka yang masuk dalam kategori ini layak disapa oleh Yesus “Berbahagia”.
Pengalaman akan Allah yang menghibur mereka yang berdukacita dan menyapa semua orang berbahagia membantu kita secara pribadi untuk menutup lembaran lama kehidupan kita yang dikuasai oleh pesimisme dan membuka lembaran baru dengan penuh optimisme. Hidup yang pesimisme hanya diisi oleh kebiasaan bersungut-sungut. Hidup yang optimisme penuh dengan harapan untuk bahagia dan menjadi lebih baik lagi.
Paulo Coelho pernah berkata: “Jangan takut menutup lembaran lama, kehidupan akan membantumu membuka lembaran baru”.
Banyak kali kita lebih suka lembaran lama dan tidak berani menutupnya. Kita bahkan tidak berani membuka lembaran baru karena tidak berani menghadapinya. Namun kita harus berani menutup lembaran lama dan justru hidup pribadi kita membantu untuk membuka lembaran baru kehidupan. Sekarang pilihlah: anda lebih suka lembaran baru atau menutupnya dan hidupmu membuka lembaran baru.
P. John Laba, SDB