Homili 7 Juli 2017

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XIII
Kej 23:1-4.19;24:1-8.62-67
Mzm 106: 1-2.3-4a.4b-5
Mat 9:9-13

Ikut Merasakan belas kasih Allah

Hari Jumat Pertama dalam bulan Juli. Perayaan hari Jumat pertama setiap bulan dapat membantu kita untuk mengenang kembali pengorbanan Tuhan kita Yesus Kristus di atas kayu salib. Tubuh-Nya yang suci dan murni ditembusi tombak bengis sehingga keluarlah darah dan air yang menjadi simbol sakramen-sakramen di dalam Gereja. Sakramen-sakramen di dalam Gereja merupakan tanda-tanda yang menguduskan dan menuntun kita kepada keselamatan. Perayaan Jumat pertama ini bukan hanya sekedar menjadi sebuah ritus saja tetapi benar-benar menjadi kesempatan bagi kita untuk mengalami keselamatan yang datang dari Tuhan. Kita perlu memiliki kesadaran sebagai orang berdosa yang membutukan keselamatan dari Tuhan. Memang belas kasih Allah turun atas orang-orang yang senantiasa mengharapkan keselamatan dari Tuhan Allah.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini menunjukkan wajah Allah yang berbelas kasih kepada setiap pribadi. Ia memulai inisiatif untuk menyelamatkan manusia dengan bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, mencari dan menemukan orang-orang yang membutuhkan keselamatan. Pada kesempatan ini Ia berjumpa dengan seorang bernama Matius atau yang dikenal juga dengan nama Lewi. Dia bekerja sebagai pemungut cukai. Ini adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang mengabdi bagi bangsa Romawi. Mereka terkadang kurang jujur dalam menerima pajak yang dibayar oleh orang-orang Yahudi kepada bangsa Romawi. Sebab itu para penagih pajak umumnya menjadi sasaran kebencian sesama Yahudi yang lain.

Apa yang terjadi dengan Matius? Tuhan Yesus kemungkinan selalu berjalan di sekitar tempat di mana Matius bekerja di Galilea. Ia melihat potensi besar dalam diri Matius untuk menjadi Penginjil di masa depan. Sebab itu Yesus berinisiatif untuk memanggil Matius supaya mengikuti-Nya dari dekat. Matius pun segera meninggalkan segala pekerjaannya dan mengikuti Yesus. Apakah kita pernah berusaha untuk menyadari kehidupan pribadi Matius ini? Dia sudah bekerja di “tempat yang basah” dan tentu menjadi orang kaya baru (okb) dibandingkan dengan saudara-saudara Yahudi lainnya. Kini ia mendengar panggilan Yesus, segera meninggalkan dan mengikuti Yesus dari dekat. Sikap Matius ini menunjukkan tiga hal berikut ini: Pertama, Matius mengingatkan kita untuk memiliki sikap lepas bebas, tidak terikat pada pekerjaan, harta dan kekuasaan. Kedua, Matius mau mengatakan kepada kita bahwa mengikuti Yesus itu perlu pengorbanan diri di pihak kita, dalam hal ini berani meninggalkan segala sesuatu yang kita sukai dan mengikuti Yesus dari dekat. Ketiga, belas kasih Tuhan itu berlimpah bagi orang yang percaya untuk mengalami keselamatan.

Sikap Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengoreksi cara pandang kita kepada sesama yang lain, terutama mereka yang dianggap sebagai orang berdosa. Manusia mudah menutup mata terhadap sesama yang dianggap pendosa padahal dirinya sendiri adalah orang berdosa. Hal ini sangat berbeda dengan Yesus. Ia mencari orang-orang berdosa, menunjukkan belas kasih Allah kepada mereka. Yesus bahkan menunjukkan diri-Nya sebagai tabib bagi orang-orang sakit yang membutuhkan kesembuhan. Belas kasih Allah menjadi nyata dalam diri orang yang terbuka kepada keselamatan dari Tuhan Allah. Yesus berkata: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa” (Mat 9:13). Ini adalah optio fundamental dari Tuhan Yesus.

Belas kasih Tuhan pernah dirasakan oleh Abraham dan keturunannya. Belas kasih Tuhan dialami oleh Sara, istri Abraham yang meskipun sudah memasuki usia senja tetapi masih dikarunia seorang anak bernama Ishak. Selama seratus duapuluh tujuh tahun Sara mengalami belas kasih Tuhan. Ia meninggal dunia di Kiryat-Arba dan dikuburkan di Hebron. Abraham mengalami kehilangan yang luar biasa. Ia meratapi Sara istrinya dan menguburkannya di dalam gua di ladang Makhpela, sebelah timur Mamre, tepatnya di Hebron. Abraham memasuki usia senja sehingga perlu memberikan berkat dan anugerah belas kasih kepada keturunannya.  Hal yang sempat dipikirkan oleh Abraham adalah Ishak anaknya harus mendapatkan istri supaya memberikan keturunan baginya. Ishak berjumpa dengan Ribka dan menikahinya. Peristiwa ini menjadi penghiburan bagi Ishak yang barusan kehilangan Sara ibunya. Ini juga menjadi sebuah momen yang penting bagi Ishak untuk beranak cucu seperti debu di daratan dan bintang di langit.

Apakah sepanjang hari ini anda juga merasakan belas kasih Allah? Apakah anda juga ikut menunjukkan wajah Allah yang berbelas kasih kepada semua orang?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply