Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXVII
Yl. 3:12-21
Mzm. 97:1-2,5-6,11-12
Luk. 11:27-28
Bersukacitalah dalam Tuhan!
Ada seorang sahabat menulis di dinding facebooknya pagi ini berupa kutipan Kitab Suci, bunyinya: “Bersukacitalah dalam Tuhan dan bersoraksorailah, hai orang-orang benar, bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!” (Mzm 32:11). Kata-kata indah dari Kitab Mazmur ini memang patut direnungkan lebih dalam lagi dalam hidup kita masing-masing. Kita semua bersukacita dan bersorak sorai dalam Tuhan sebab Ia mengasihi kita apa adanya. Ia tidak menghitung-hitung kesalahan dan dosa-dosa kita. Ia melihat seberapa besar dan teguhnya iman kita kepada-Nya. Cinta kasih Tuhan ini mengubah hidup kita. Artinya cinta kasih Tuhan memampukan kita untuk bertobat sehingga layak menjadi orang benar dan jujur di hadapan-Nya. Tidak dapat disangkal bahwa orang-orang benar dan jujur di hadapan Tuhan selalu bersukacita karena mengalami kasih dan kebaikan-Nya selama-lamanya.
Apakah ada sukacita dalam hatimu? Apakah anda bahagia dalam hidupmu? Kedua pertanyaan ini memang sederhana namun memberikan pengaruh yang besar dalam hidup kita masing-masing. Hati kita yang penuh sukacita dalam Tuhan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan pribadi sesama manusia sebab kita memiliki dan menunjukkan Tuhan sebagai sumber sukacita kepada mereka. Dalam hal ini, hati yang penuh sukacita karena memiliki Tuhan dapat mengubah hidup sesama yang sedang dilanda dukacita menjadi sukacita. Hati yang penuh kebahagiaan dalam Tuhan ikut mempengaruhi kehidupan pribadi sesama yang sedang bersedih untuk menjadi bahagia. Sebab itu pengalaman akan Tuhan Allah secara pribadi dapat membantu kita untuk menunjukkan sukacita dan kebahagiaan kepada sesama. Saya mengingat Petrus dalam Kisah para rasul mengatakan kepada orang lumpuh: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus orang Nazaret itu berjalanlah” (Kis 3:6). Petrus tidak memiliki sesuatu yang lain, selain Yesus Kristus, sumber sukacita sejati.
Bacaan Injil pada hari ini membuka wawasan kita semua untuk ikut serta merasakan kebahagiaan dalam Tuhan. Di kisahkan bahwa ada seorang wanita yang ikut mendengar pengajaran Yesus. Ia merasa terpesona dan memuji ibu Yesus: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung dan menyusui Engkau!” (Luk 11:27). Tuhan Yesus sendiri pernah berkata: “Setiap pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik” (Mat 7:17). Wanita ini melihat kehebatan seorang ibu dibalik keberhasilan seorang anaknya. Ia memuji ibu Yesus karena melahirkan seorang anak yang hebat. Ia mengajar dengan kuasa dan wibawa. Ia mengubah hidup manusia dengan kuasanya. Perkataan wanita ini mengingatkan kita pada Elizabeth yang berkata kepada Bunda Maria: “Berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana” (Luk 1:45).
Reaksi Yesus terhadap perkataan wanita ini berbeda. Ia berkata: “Yang berbahagia adalah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya” (Luk 11:28). Rasanya jawaban Yesus tidak nyambung dengan pujian wanita itu kepada Maria, ibunda Yesus sendiri. Yesus tidak menepuk dada dan mengungkapkan kehebatan ibu-Nya. Ini bukan berarti Yesus menyepelekan ibu-Nya sebab Ia tahu bahwa Ibunda-Nya adalah orang pertama yang berbahagia dalam Roh Kudus. Dialah orang pertama yang mendengar dan melakukan Sabda Tuhan Allah dalam hidupnya. Dialah orang pertama yang memelihara Sabda atau memelihara Yesus, sabda kehidupan sepanjang hidupnya. Bunda Maria selalu bahagia sebagai Bunda Gereja. Ia mendoakan Gereja dahulu, sekarang dan selama-lamanya supaya sukacita dan kebahagiaan menguasai Gereja Yesus Kristus Puteranya.
Yesus memberi jempol dan mengatakan berbahagia kepada orang-orang yang mendengar Sabda dan melakukannya dalam hidup. Mengapa mendengar Sabda Tuhan itu penting? Pertama, Kita mendengar Sabda Tuhan supaya dapat mengalami Allah. Artinya, pengalaman akan Allah dapat kita rasakan ketika mendengar Sabda. Allah mengubah hidup kita melalui Sabda-Nya. Allah mengenyangkan kita melalui Sabda-Nya. Kedua, kita mendengar sabda supaya menjadi satu persekutuan atau komunitas. Kita berkumpul, mendengar sabda yang sama, merenungkannya bersama. Ini adalah saat-saat di mana tembok pemisah diruntuhkan, sekat-sekat dihancurkan, perbedaan-perbedaan tidaklah berguna sebab kita semua menjadi satu, mendengar sabda yang sama. Ketiga, kita mendengar sabda supaya menjadi rasul bagi sabda Tuhan. Sabda yang kita dengar, kita membawanya kepada sesama yang lain supaya sabda juga menguatkan mereka. Ini adalah manfaat kita mendengar sabda supaya menjadi bahagia dalam Tuhan. Namun kita juga perlu menyadari bahwa mendengar Sabda saja belum cukup. Kita harus menjadi pelaku Sabda Tuhan. St. Yakobus pernah berkata: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Sabda dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak 1:22).
Tuhan Yesus menunjukkan kuasa dan wibawa sebagai seorang anak dalam keluarga manusia. Wanita tanpa nama dalam Injil hari ini mewakili banyak orang di dunia ini yang polos dan jujur mengakui kebaikan anak-anak di dunia ini. Anak yang berhasil dalam hidupnya, ibu dan bapanya dipuji. Anak yang gagal dalam hidupnya, ibu dan ayahnya pun dinilai ikut gagal. Sebab itu Injil hari ini juga mengajak anak-anak untuk menyenangkan hati orang tuanya dengan berjuang supaya menjadi orang yang sukses, menyingkirkan sisi-sisi gelap dalam hidup ini. Orang tua dipuji, orang tua diceli. Inilah dua sisi yang membahagiakan dan menyedihkan para orang tua. Jangan takut hai para orang tua. Tuhan selalu membuka jalan untuk menyenangkanmu.
Apakah ada sukacita dan kebahagiaan dalam hidupmu? Pertanyaan ini akan terus menghampiri kita. Namun satu hal yang pasti adalah bersama Tuhan kita akan tetap bersukacita dan berbahagia. Untuk itu kita perlu berusaha untuk bertobat. Nabi Yoel dalam bacaan pertama mengajak kita untuk bertobat supaya layak menerima Tuhan yang adalah pelindung kita semua. Pertobatan membuka pintu kerahiman Allah bagi kita semua. Bersukacitalah dan bergembiralah dalam Tuhan sebab Tuhan juga menjadikan kita semua sebagai orang benar dan jujur di hadirat-Nya.
PJSDB