HARI RAYA SP. MARIA DIKANDUNG TANPA NODA
Kej. 3:9-15,20
Mzm. 98:1,2-3ab,3bc-4
Ef. 1:3-6,11-12
Luk. 1:26-38
Tidak pernah cukup!
Banyak di antara kita mungkin pernah mendengar kalimat ini: “De Maria numquam satis” yang berarti, “Tentang Maria tidak pernah ada kata-kata yang cukup”. Kalau kita merenungkan kehidupan bunda Maria, terutama tentang kebajikan-kebajikan dan teladan kekudusannya, tidak pernah ada kata-kata yang cukup dari kita untuk mengambarkan kehidupannya. Selalu saja ada kata-kata yang baru, gelar-gelar baru yang kita berikan kepadanya. Ketika mendoakan Litani Santa Perawan Maria, kita akan mengerti kalimat “De Maria numquam satis” ini. Misalnya Bunda Maria digambarkan dalam Litaninya seperti ini: “Bunga mawar yang gaib, Benteng Daud, Benteng gading, Rumah kencana, Tabut perjanjian, Pintu Surga… (PS 214). Ini berarti Bunda Maria memang seorang pribadi yang sangat spesial sebab dia adalah pilihan Tuhan untuk menjadi Ibu Tuhan Yesus Kristus.
Selain kata-kata yang tidak berakhir tentang Bunda Maria dalam Litani kudus, kita menemukan doa-doa tertentu yang menunjukkan keagungan Bunda Maria sehingga kata-kata atau ucapan kita tentang Bunda Maria juga tidak pernah cukup. Perhatikanlah isi doa Litani Jiwa Maria ini:
Jiwa Maria, sucikanlah aku.
Hati Maria, nyalakanlah aku.
Tangan Maria, sanggahlah aku.
Kaki Maria, pimpinlah aku.
Bibir Maria, berkatalah padaku.
Duka cita Maria, kuatkanlah aku.
O Maria yang manis, dengarkanlah aku.
Janganlah mengizinkan aku terpisah darimu.
Terhadap musuh-musuhku, belalah aku.
Tuntunlah aku kepada Yesus yang manis.
Semoga bersama dikau, aku dapat mencintai
dan mengasihi sesamaku,
dan memujimu untuk selama-lamanya.
Amin
Berkaitan dengan pesta pada hari ini, kita juga mendapat gambaran bahwa tentang Bunda Maria tidak ada kata-kata atau ucapan yang cukup tentangnya. Paus Pius ke IX, pada tanggal 8 Desember 1854 mengumumkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (Ineffabilis Deus). Dogma atau ajaran iman ini menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa asal. Paus Pius ke-IX berkata: “Dengan inspirasi Roh Kudus, untuk kemuliaan Allah Tritunggal, untuk penghormatan kepada Bunda Perawan Maria, untuk meninggikan iman Katolik dan kelanjutan agama Katolik, dengan kuasa dari Yesus Kristus Tuhan kita, dan Rasul Petrus dan Paulus, dan dengan kuasa kami sendiri: “Kami menyatakan, mengumumkan dan mendefinisikan bahwa doktrin yang mengajarkan bahwa Bunda Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh karena jasa-jasa Kristus Penyelamat manusia, dibebaskan dari semua noda dosa asal, adalah doktrin yang dinyatakan oleh Tuhan dan karenanya harus diimani dengan teguh dan terus-menerus oleh semua umat beriman.”
Ajaran iman tentang Bunda Maria dikandung tanpa noda ini bukanlah hal yang baru. Dalam tradisi Kitab Suci dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu, sosok Bunda Maria digambarkan sebagai sosok Hawa yang baru. Hawa jatuh ke dalam dosa karena godaan iblis dalam rupa ular. Bunda Maria digambarkan sebagai sosok wanita yang menghancurkan kepala ular. Para bapa Gereja menggambarkan Bunda Maria sebagai sosok yang kudus, tanpa noda dosa. St. Ireneus misalnya mengatakan: “Hawa, dengan ketidaktaatannya karena berdosa mendatangkan kematian bagi dirinya dan seluruh umat manusia, Maria dengan ketaatannya [tanpa dosa] mendatangkan keselamatan bagi dirinya dan seluruh umat manusia. Oleh karena itu, ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.” (St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24). St. Gregorius Nazianza (390) berkata: “Yesus dikandung oleh seorang perawan, yang terlebih dahulu telah dimurnikan oleh Roh Kudus di dalam jiwa dan tubuh, sebab seperti ia yang mengandung layak untuk menerima penghormatan, maka pentinglah bahwa ia yang perawan layak menerima penghormatan yang lebih besar. (St. Gregorius, Sermon 38).
Ajaran Kitab Suci dan para Bapa Gereja semakin diperkuat, terutama empat tahun setelah dogma Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa ini diumumkan Sri Paus (1858). Pada penampakannya yang ke-16 kepada Bernadete Soubirous, ia memperkenalkan dirinya sebagai “yang dikandung tanpa noda dosa”. Sebuah pertanyaan yang muncul adalah: Apakah Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa masih membutuhkan Yesus Puteranya? Satu jawaban yang pasti adalah Bunda Maria tetap membutuhkan Yesus Kristus Puteranya. Ia dikandung tanpa noda dosa karena jasa Yesus Kristus Puteranya, bukan semata-mata usaha pribadinya. Tuhan Yesus Kristus yang menguduskan tubuh Bunda Maria sehingga tidak bernoda dosa.
St. Paulus mengungkapkan dengan tepat kekudusan Bunda Maria dalam bacaan kedua hari ini: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.” (Ef. 1:4-6). Tuhan Allah yang memilih dan menjadikan kita kudus dan tak bercacat di hadirat-Nya.
Bunda Maria dipilih Tuhan seturut kehendak-Nya untuk menjadi Ibunda Yesus. Tuhan Allah menguduskan Bunda Maria bagi diri-Nya. Ini adalah kehendak Tuhan Allah. Maria sebagai manusia mentaati kehendak Allah. Kekudusan adalah buah dari ketaatan. Mari kita belajar dari Bunda Maria untuk mentaati kehendak Allah dan menghayati hidup kudus dalam hidup kita setiap hari. Kata-kata kita tidaklah cukup tentang Bunda Maria!
PJSDB