Homili Hari Raya Natal – Misa Siang
Yes 52:7-10
Mzm 98: 1.2-3ab.3cd-4.5-6
Ibr 1:1-6
Yoh 1:1-18
Allah bukanlah php!
Seorang sahabat saya menulis statusnya di WA, bunyinya: “Allah bukanlah php”. Saya tersenyum sendiri sambil membayangkan wajah sahabat ini. Sejauh yang saya tahu tentang dirinya, dia adalah orang yang tulus dan berbicara apa adanya, apa yang dikatakannya selalu berdasar pada pengalaman hidupnya yang nyata. Dia pernah sakit keras, sempat memohon doa banyak orang. Mukijzaat pun terjadi di dalam hidupnya. Ia sembuh total dan berjanji untuk setia melayani Tuhan dalam hidupnya. Sejak saat itu ia sering menulis di dalam buku harian dan kartu-kartu yang dibagikannya kepada orang lain: “Allah bukanlah php”, maksudnya “Allah bukanlah pembawa harapan palsu”. Ia selalu menepati janji-janji-Nya kepada manusia. Janji-janji Tuhan selalu menunjukkan wajah kerahiman-Nya kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Ini semua adalah kata-kata yang selalu ia sharingkan sebagai peneguhan kepada kami para sahabatnya.
Hari ini kita merayakan Hari Raya Natal. Setiap tahun kita memang merayakan Hari Raya yang sama, dan mengenangkan kelahiran figur yang sama pula yaitu Tuhan Yesus Kristus. Bagi orang yang kurang percaya, mungkin Hari Raya Natal hanyalah sebuah memori, sebuah pesta yang selalu dihiasi dengan pesta duniawi, gemerlapan lampu, dan hiasan natal yang jauh dari makna Natal yang sebenarnya. Natal menjadi saat di mana orang memamerkan segala sesuatu yang dimilikinya dan lupa pada kesederhanaan Betlehem. Natal sudah memiliki sifat business yang luar biasa. Sebab itu orang lebih berpikir aspek business Natal daripada aspek keselamatan hanya dalam nama Yesus Kristus yang lahir di Bethlehem.
Penulis surat kepada umat Ibrani membuka pikiran kita bahwa Allah bukanlah php. Dikatakan bahwa pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi. Tetapi pada zaman akhir ini, Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya. Anak-Nya telah ditetapkan untuk sebagai Dia yang berhak untuk menerima segala yang ada. Kita semua tentu sepakat bahwa zaman dahulu memang Tuhan berbicara dengan perantaraan para nabi, entah nabi itu besar atau nabi itu kecil. Tuhan menjadikan mereka sebagai orang “limited edition” untuk bernubuat atas nama Tuhan. Segala sesuatu yang mereka sampaikan dalam nama Tuhan berguna untuk kebaikan banyak orang dan segenap umat beriman. Kini Tuhan berbicara dengan pengantaraan Yesus Kristus. Dia adalah satu-satunya Pengantara kita kepada Bapa di Surga.
Anak Allah, dalam hal ini Tuhan Yesus Kristus, mendapat tempat yang istimewa dihadirat Bapa di Surga. Hanya dalam Dia, Allah telah menjadikan segala sesuatu. Dia adalah cahaya kemuliaan yang tidak akan padam. Sabda-Nya adalah penopang segala sesuatu. Dia menunjukkan kemuliaan-Nya di dunia hingga di surge, di mana Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa kita. Tuhan Yesus adalah segalanya. Sebab itu Semua Malaikat Allah harus menyembah Dia. Luar bisa Tuhan kita Yesus Kristus yang hari ini kita kenang kelahiran-Nya. Segala hormat dan bakti hanya bagi-Nya.
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama membuka wawasan kita untuk percaya kepada Tuhan Allah. Dalam hidup ini, kita juga memiliki pengalaman yang mirip dengan pengalaman bangsa Israel. Kekecewaan dan kesengsaraan pernah mewarnai kehidupan kita secara pribadi. Mungkin saja kita mudah kehilangan harapan, putus asa dan merasa bahwa Tuhan tidak menaruh perhatian kepada kita. Nabi Yesaya menguatkan kita supaya semakin percaya bahwa Tuhan pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Keselamatan hanya dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Dialah Raja semesta alam yang menguasai kita. Kedatangan Tuhan untuk mengunjungi Sion, penuh dengan sukacita. Ia menunjukkan tangan-Nya yang kudus bagi kita. Tangan-Nya menyelamatkan kita.
Kita membaca Injil dari Prolog Injil Yohanes. Kita mendapat gambaran bahwa pada mulanya adalah Sabda dan Sabda adalah Allah. Yesus adalah Terang yang sedang datang ke dalam dunia. Yohanes bersaksi dan mewartakan tentang terang, dan dengan rendah hati ia mengakui bukan terang yang dinantikan. Terang yang sebenarnya telah datang namun tidak ada yang mengenal terang itu. Dunia diciptakan oleh sang Terang. Selain sebagai terang, Yesus digambarkan sebagai Sabda yang sudah menjadi daging dan tinggal bersama manusia. Orang-orang yang menerima Terang akan memperoleh hidup kekal. Prolog Injil Yohanes ini semakin mempertegas bahwa Allah yang kita imani bukanlah figur php. Dia menepat janji-Nya, bahkan memberikan Anak-Nya sendiri sebagai kurban tebusan bagi banyak orang.
Pada Hari Raya Natal ini kita bersyukur kepada Tuhan, karena kerelaan-Nya untuk menjadi manusia dan tinggal bersama kita. Dia bukan lagi Allah yang jauh tetapi menjadi sangat dekat dengan manusia dan menyelamatkan dalam nama Yesus Putera-Nya. Natal adalah pemenuhan janji Allah. Natal adalah tanda nyata kasih Allah bagi manusia. Terima kasih Tuhan Allah atas kasih-Mu dalam diri Yesus, Saudara dan Penebus kami.
PJSDB