Merenung tentang cinta
Pada hari ini saya merayakan misa Hari Raya Epifani di Kapela St. Yohanes Bosco, sebuah stasi kecil di dekat Airport International Nicolao Lobato, Dili. Misa berlangsung selama satu jam, lebih sepuluh menit. Usai misa saya menjabat tangan semua umat yang keluar melalui pintu utama. Usai menyalami umat, saya kembali ke komunitas kami. Di depan komunitas terdapat pohon beringin yang rindang. Banyak anak muda suka duduk santai sambil berbagi pengalaman satu sama lain.
Oleh karena alasan cuaca panas maka saya memilih untuk duduk di bawah pohon beringin nan rindang itu. Sambil duduk, saya mendengar percakapan dua anak remaja tentang cinta. Remaja pertama mengakui bahwa ia barusan putus cinta dengan pacarnya. Kini pacarnya memilih untuk pergi dengan wanita lain. Alasannya adalah karena mereka tidak cocok satu sama lain. Ada banyak perbedaan di antara mereka berdua. Temannya memilih untuk diam, tanpa banyak mengomentari sharing teman yang pertama. Setelah cukup lama mendengar sharing itu, teman yang kedua berkata: “Hidup adalah sebuah pilihan. Anda sudah memilih jalan hidupmu seperti itu maka jalanilah sampai tuntas. Mungkin anda hanya butuh waktu saja untuk berubah karena cinta itu tidak pernah berubah”. Saya duduk dengan tenang, sambil mendengar perkataan mereka berdua. Setelah merasa segar saya masuk ke dalam pastoran untuk melanjutkan dengan acara yang lain.
Kedua anak remaja memberikan inspirasi yang baik untuk merenung tentang cinta. Dr. Seus, adalah seorang penulis berkebangsaan Amerika. Ia pernah berkata: “Ketika anda jatuh cinta, kebahagiaan akan membuat anda sulit tertidur karena kenyataan lebih baik dibandingkan mimpi anda.” Mungkin anda yang pernah mengalami jatuh cinta untuk pertama kali akan mengalami perkataan Dr. Seus ini. Hati pria dan wanita seakan berbunga-bunga, mereka bahkan berani melupakan seribu satu kesedihan yang pernah lewat dalam hidup mereka. Saya sering mengingatkan pasangan suami istri yang sedang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi untuk kembali mengingat saat-saat pertama mereka jatuh cinta. Yang ada dalam pikiran mereka hanya kebahagiaan!
Saya mengingat Mahatma Gandhi. Ia pernah merenung tentang cinta, dan ini adalah ungkapannya: “Cinta tidak pernah menuntut, cinta selalu memberi. Cinta selalu menderita, tanpa pernah meratap, tanpa pernah mendendam.” Perkataan ini sederhana namun memiliki daya transformatif yang luar biasa. Hanya orang yang mampu merenung tentang cinta dapat menalar cinta dalam hidup pribadinya. Saya sepakat dengan refleksi Gandhi ini bahwa cinta sejati itu tidak pernah menuntut tetapi selalu memberi. Cinta sejati itu selalu menderita tetapi tidak pernah meratap dan mendendam. Ini adalah cinta Tuhan sendiri yang harus menyatu dengan hidup kita.
Saya mengakhiri permenungan ini dengan meminjam perkataan Paulo Coelho: “Cinta itu tidak pernah berubah. Manusialah yang harus berubah”. Banyak kali orang justru berpikir sebaliknya bahwa cinta itu berubah sedangkan manusia tidak pernah berubah. Orang yang berpikiran seperti ini tidak akan menjadi manusia yang sungguh-sungguh manusia. Orang tidak dapat hidup kalau tidak ada cinta. Manusia tidak dapat menjadi manusia kalau tidak ada cinta. Silakan melanjutkan permenunganmu sendiri tentang cinta.
PJSDB