Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XV
Yes 26: 7-9.12.16-19
Mzm 102: 13-14ab.15.16-18.19-21
Mat 11: 28-30
Belajarlah pada Yesus
Pada suatu kesempatan saya diundang untuk menghadiri sebuah ibadat Oikumene. Saya tertarik dengan kotbah yang dibawakan pak pendeta. Ia mengatakan bahwa hidup kristiani akan semakin bermakna ketika kita berusaha hari demi hari untuk belajar dari Tuhan Yesus. Ia harus tetap menjadi Tuhan, Penebus dan Guru kehidupan kita di hadapan Bapa.” Saya sepakat dengan kotbah pak pendeta ini bahwa Tuhan Yesus haruslah menjadi Guru kehidupan bagi kita di hadapan Bapa. Kita semua belajar dari Tuhan Yesus supaya hidup kita semakin menyerupai-Nya. Semua yang disabdakan, diajarkan dan dihayati-Nya haruslah menjadi bagian dalam hidup kita. Dengan demikian kita juga menjadi saudara dari Yesus karena melakukan kehendak Bapa yang satu dan sama.
Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Yesus dalam Injil Matius. Ketika itu Ia mengatakan kepada para murid-Nya: “Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.” Mari kita membayangkan diri kita masing-masing di hadirat Tuhan. Tuhan Yesus begitu baik dan sungguh baik bagi kita semua. Dia mengetahui situasi hidup kita yang nyata. Kita sebagai murid-murid Yesus zaman now juga mengalami banyak keletihan dalam hidup setiap hari. Masing-masing orang memiliki keletihan-keletihan tertentu. Ada yang memiliki keletihan fisik dan keletihan spiritual. Tentu saja tidaklah mudah bagi kita ketika mengalami keletihan fisik dan keletihan rohani. Orang yang mengalami keletihan fisik tidak akan melakukan pekerjaannya dengan baik. Orang yang mengalami keletihan rohani akan semakin jauh dari Tuhan.
Kita juga tidak terlepas dari beban-beban kehidupan yang kita alami secara pribadi, di dalam keluarga atau komunitas. Para orang tua memiliki beban kehidupan dalam membangun relasi antar pribadi dengan pasangan hidupnya dan relasi dengan anak-anaknya. Beban-beban ekonomi yang dialami oleh mereka sebagai orang tua. Anak-anak muda dan remaja juga memiliki beban-beban kehidupan tersendiri. Ada pribadi-pribadi yang tidak sanggup hingga mengakhiri hidupnya dengan cara membunuh diri. Keletihan dan beban-beban tetap kita alami dalam hidup ini. Sebab itu kita membutuhkan Tuhan Yesus. Dia senantiasa memanggil kita: “Datanglah kepada-Ku”. Kita datang kepada Yesus dan mempercayakan seluruh hidup kita ke dalam tangan-Nya. Biarlah dia menjauhkan diri kita dari aneka keletihan dan meringankan beban hidup kita. Ia sendiri berkata: “Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”. Kita membutuhkan kelegaan dari Tuhan Yesus.
Selanjutnya, Tuhan Yesus berkata: “Pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, sebab Aku lemah lembut dan rendah hati. Maka hatimu akan mendapat ketenangan. Sebab enaklah kuk yang Kupasang, dan ringanlah beban-Ku.” Tuhan Yesus menghendaki agar kita setia mengikuti-Nya. Ini berarti seluruh hidup-Nya hendaklah menjadi bagian dari kehidupan kita. Kita berusaha untuk menjadi serupa dengan-Nya hari demi hari dalam segala hal. Ia meminta kita untuk memikul kuk yang dipasang-Nya. Kuk itu biasanya dikenakan pada dua hewan untuk membajak tanah. Kuk menjadi penyeimbang sehingga kedua hewan yang membajak itu berjalan seimbang.
Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, misalnya dalam Yer 5:5 dan dalam Perjanjian Baru misalnya dalam Kis 15:10, kuk merupakan gambaran tentang hukum Taurat. Di dalam Injil Matius, kuk lebih menggambarkan hukum yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, sebagai Pemberi hukum baru. Dia sendiri datang untuk menyempurnakan hukum Taurat (Mat 5:17) bukan meniadakannya dengan mengembangkan hukum kasih di dalam diri orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dengan menanggung kuk bersama Yesus, kita dapat menerima pertolongan-Nya, sehingga kuk itu menjadi lebih ringan.
Pada hari ini kita boleh bergembira karena Tuhan menginginkan agar kita selalu belajar untuk berjalan berama-Nya. Kita belajar untuk mengikuti teladan-Nya. Banyak kali kita berpikir bahwa kita memiliki banyak beban kehidupan. Semua beban itu sebenarnya kecil sebab Tuhan kita Mahabesar. Dia lebih agung dari segala persoalan hidup kita.
PJ-SDB