Merenung tentang cinta sejati!
Saya pernah merayakan Hari Ulang Tahun perkawinan sepasang suami dan istri yang ke-55. Ini adalah sebuah perayaan HUT perkawinan yang unik bagi saya selama menjadi gembala umat. Biasanya saya merayakan HUT perkawinan para pasutri usia 1-50 tahun. Hal yang menarik perhatian saya dari pasutri yang sudah menjadi oma dan opa ini adalah mereka saling mengasihi dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. Singkatnya, kesetiaan adalah harga mati! Ini adalah komitmen yang mereka bangun sejak masih pacaran. Mereka juga berniat supaya setiap hari mereka saling jatuh cinta satu sama lain. Kesetiaan dan saling jatuh cinta setiap hari ini bukanlah hal yang mudah. Mereka mengalami pengalaman jatuh dan bangun dalam upaya menghayati komitmennya ini. Semuanya karena kasih maka mereka tetap bertahan hingga saat ini. Ini adalah cinta sejati yang mampu tahan uji dalam setiap waktu kehidupan, sepanjang zaman.
Hal yang mengharukan adalah pada saat mereka mengukangi janji perkawinan. Rumusannya memang sederhana sehingga mudah diucapkan oleh pasutri yang sudah berada di usia senja ini. Kedua-duanya berjanji untuk tetap setia dalam kasih sampai maut memisahkan mereka. Saya membayangkan janji suci perkawinan mereka ini begitu suci dan murni. Mereka tidak sedang bermain-main dengan relasi kasih sebagai suami dan istri. Lima puluh lima tahun sebagai pasutri bukanlah waktu yang singkat. Semuanya karena kasih! Saya mengingat Rabindranath Tagore. Ia pernah berkata: “Sepertinya aku mencintaimu dalam bentuk yang tak terhitung, waktu yang tiada batas, dalam kehidupan setelah kehidupan dan usia setelah usia selamanya.” Cinta sejati itu tidak memandang bentuk dan waktu. Cinta sejati itu penuh dengan keabadian.
Kesetiaan dan jatuh cinta setiap hari adalah kalimat yang tepat bagi para pasutri zaman ini. Mengapa saya mengatakan demikian? Sebab kesetiaan dan jatuh cinta setiap hari itu dapat menjauhkan pasangan dari rasa bosan dan jenuh. Apakah adan bosan dengan pasanganmu? Itu hal yang wajar saja, tetapi berusahalah untuk setia dan mulailah jatuh cinta lagi. Apakah anda sudah jenuh dalam membangun relasi dengan pasanganmu? Itu hal yang wajar. Berusahalah untuk memiliki quality time dan membaharui relasimu. Hanya dengan demikian cinta sejati akan bertahan dalam badai keluarga. Sekali lagi saya kembali kepada Rabindranath Tagore yang mengatakan: “Cinta tanpa nilai-nilai luhur kehidupan laksana mawar tanpa siraman air.” Cinta sejati butuh nilai-nilai luhur kehidupan. Ada mawar berduri bukanlah halangan untuk memurnikan cinta hari demi hari.
Mengapa cinta sejati mengalami kesulitan pada masa kini? Kita tidak dapat menutup mata dengan keluarga-keluarga yang berada di ambang kehancuran. Keluarga-keluarga yang tidak memiliki motivasi yang jelas, mungkin hanya karena nafsu manusiawi dan harta duniawi. Banyak keluarga yang berada di ambang kehancuran karena tidak ada lagi komunikasi verbal. Gadget telah menjauhkan yang dekat! Ada pasangan suami dan istri yang menutup segala akses untuk masuk ke dalam zona privacy. Handphone dan komputer diberi password. Berkomunikasi lebih nyaman melalui media sosial dari pada bertatapan muka secara langsung. Saya kembali ke Rabindranath Tagore. Ia berkata: “Tidak ada wanita di muka bumi ini yang sama persis dengan wanita lain. Tidak ada wanita buruk di dunia ini. Semua wanita adalah cantik.”
Kata-kata yang sangat inspiratif ini kiranya membuka wawasan kita untuk membangun cinta sejati dalam hidup kita. Jadilah pasangan yang terbaik bukan hanya baik saja. Jadilah pasangan yang setia dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. Cinta sejati memang mahal, kita tidak mampu membelinya. Tuhan adalah kasih, Dialah yang memberinya untuk anda dan saya.
Selamat berbahagia untuk semua keluarga yang saya doakan, termasuk anda. Selamat berbahagia untuk pasutri yang saya berkati pernikahannya. Semoga kalian setia selamanya dengan cinta sejati yang kalian rasakan dalam Tuhan.
P.John Laba, SDB