Selalu bersyukur
Seorang sahabat menulis pesan singkat kepadaku, bunyinya: “Teruslah berlari mengejar mimpimu, hingga suara cemoohan itu berubah menjadi tepuk tangan.” Saya bertanya kepadanya mengapa mengirim pesan seperti ini kepadaku. Ia mengatakan bahwa ia sedang menyiapkan perayaan misa syukur sebab rumah impian keluarga sudah selesai dibangun. Ia sempat menceritakan suka dukanya membangun rumah itu dari nol. Suasana ekonomi keluarga belumlah stabil namun ia memiliki modal keberanian dan keyakinan bahwa ia akan sukses. Ini adalah imipian dan harapannya. Namun impiannya ini tidak luput dari cemoohan, sindiran dan lain sebagainya. Tetapi sekarang semuanya berubah. Semua orang membuka mata dan mulai bertepuk tangan karena melihat usaha dan ketekunan hingga tuntas. Baginya satu kata yang sedang ada di dalam pikirannya adalah selalu bersyukur.
Steve Maraboli adalah seorang penulis dan motivator Amerika. Ia pernah berkata: “Orang yang tahu cara bersyukur adalah orang yang bisa menikmati keindahan dunia dan arti kebahagiaan hidup.” Saya sepakat dengan perkataan Maraboli ini. Kita mengalami sendiri saat-saat kita berani mengucap rasa syukur kepada Tuhan dan sesama. Betapa kita merasa lebih relax, lebih bahagia di hari itu sebab Tuhan mengasihi dan melakukan yang terbaik bagi seluruh hidup kita. Orang yang selalu bersyukur memiliki energi positif yang mampu mengubah hidup banyak orang.
Kita bersyukur ketika kita jujur dengan diri kita sendiri di hadapan Tuhan dan sesama. Kejujuran adalah sebuah kebajikan yang sangat mahal nilainya. Tanpa kejujuran, kitahanya manusia yang tidak banyak faedahnya. Saya ingat Khalil Gibran pernah berkata: “Kejujuran adalah sebuah kebaikan terdalam yang mengajarkan kita untuk bersyukur pada hidup kita sendiri dan membagi kebahagiaan tersebut dengan orang-orang.” Orang yang jujur dalam hidupnya menunjukkan sebuah kebajikan yang mulia dan terdalam. Raja Daud pernah berdoa: “Sungguh, orang-orang benar akan memuji nama-Mu, orang-orang yang jujur akan diam di hadapan-Mu” (Mzm 140:14).
Thomas A. Kempis, dalam De Imitatione Christi, menulis sebuah doa. Bunyinya: “Tuhan, Allahku, terimalah keinginan dan kerinduanku untuk memuji Engkau dengan tiada henti-hentinya dan memuliakan Engkau melebihi segala-galanya. Sebab, ini sudalah selayaknya diberikan kepada-Mu, sesuai dengan keagungan-Mu yang berlimpah-limpah. Aku mempersembahkan kepada-Mu dan aku ingin mempersembahkannya setiap hari dan setiap saat; dan segenap roh surgawi dan umat-Mu sekalian akan meminta dan memohon dengan sangat supaya bersamaku mengucapkan syukur dan memuji Engkau.” (XVI: 4). Thomas A. Kempis sangat menginspirasi kita semua. Kutipan kali ini hendak membuktikan bahwa manusia pasti punya keinginan-keinginan yang harus diwujudkannya. Maka rasa syukur haruslah tetap disampaikan kepada Tuhan.
Salam damai,
P. John Laba, SDB