Kasih lebih kuat
Saya barusan memperhatikan sepasang suami dan istri di ruangan ICU sebuah Rumah Sakit. Ini adalah saat-saat di mana kita dapat melihat warna asli dari kasih yang sesungguhnya. Dan saya boleh bersaksi bahwa pasutri yang sudah menjadi oma dan opa ini memiliki kasih yang asli dan mendalam. Sang opa tak henti-hentinya mengambil tangan sang oma dan menciumnya sambil berkata, “Jangan tinggalkan aku seorang diri. Aku masih sangat membutuhkanmu”. Memang mengharukan sekali suasana di ruangan ICU itu. Anak-anak dan para cucu mencucurkan air matanya menyaksikan keaslian kasih di hadapan mereka. Sebuah kasih yang kuat, bukan hanya sebuah rangkaian kata-kata saja. Bagi saya ini adalah salah satu pasutri dari banyak pasutri yang merasakan kasih yang utuh dan sempurna. Dan pad aakhirnya hanya mautlah yang dapat memisahkan kasih yang sempurna itu.
Saya juga mengingat sepasang suami dan istri yang merayakan HUT pernikahan mereka yang ke-50. Pada saat homily saya bertanya kepada mereka, kiat apa yang membuat mereka bertahan hingga usia pernikahan mereka yang ke lima puluh. Oma lebih jujur memberi jawabannya: “Romo, sebelum menikah, kami sudah berjanji supaya setiap hari harus saling berpelukan satu sama lain”. Wah, janji bukan hanya sekedar janji. Janji untuk berpelukan satu sama lain setiap hari selama lima puluh tahun. Tidak ada rasa bosan yang keluar dari mulut. Inilah komitmen yang menjadi wujud nyata dari janji perkawinan mereka: di saat untung dan malang, di waktu sehat dan sakit tetap ada kasih. Hal yang menguatkan semua umat yang hadir adalah ucapan sang opa: “Romo, saya berbahagia memeluknya selama tubuhnya masih panas, selama masih ada denyutan jantung dari pada memeluknya saat tubuhnya mulai dingin dan kaku, sebab itu adalah saat kasih akan terpisah selamanya”. Wah, sekali lagi super sekali sang opa.
St. Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Dives in Misericordia yang diterbitkan pada tanggal 13 November 1980, menulis bahwa kasih lebih kuat daripada kematian, dan lebih kuat daripada dosa. Lebih jelas ia menulis: “Hanya dalam pemenuhan eskatologis dan pembaharuan definitif dunia, kasih akan mengalahkan sumber terdalam kejahaatan dan menghasilkan, sebagai buahnya yang matang, kerajaan kehidupan dan kekudusan serta kekekalan yang mulia.” Kasih adalah segalanya, karena kasih adalah Allah sendiri.
Apakah anda melakukan perbuatan kasih pada hari ini? Apakah anda sendiri juga mengalami kasih?
PJ-SDB