Kamu adalah sahabat-Ku
Bagi saya, sebuah perkataan yang sangat membahagiakan pada hari ini adalah perkataan Yesus ini: “Kamu adalah sahabat-Ku” (Yoh 15:14). Perkataan ini diungkapkan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya sebagai bagian dari wejangan-wejangan-Nya pada malam perjamuan terakhir. Ia menyapa para rasul sebagai sahabat bukan sebagai hamba. Satu alasan Yesus menyapa para murid sebagai sahabat adalah karena semua perkataan dari Bapa sudah disampaikan kepada mereka. Semua perkataan yang Yesus dengar dari Bapa kini menjadi milik dari para murid-Nya.
Saya yang membaca kisah Yesus dan para murid-Nya ini merasa bangga. Mungkin anda bertanya mengapa saya merasa bangga ketika membaca perkataan Tuhan Yesus ini? Alasannya adalah karena saya merasa dikasihi oleh Tuhan Yesus, sehingga meskipun saya tidak layak dan pantas di hadirat-Nya, namun Ia tetap menyapaku ‘Sahabat’. Tuhan tetap menyapaku ‘sahabat’ hingga saat ini. Saya juga percaya bahwa Tuhan melakukan hal yang sama, dengan memanggilmu ‘sahabat’. Sikap Yesus ini membuat saya terus menerus berbangga menjadi pengikut-Nya dari dekat. Saya harus berusaha untuk menjadi sahabat yang baik dan setia dari Tuhan sendiri.
Di lain pihak saya coba masuk dalam pengalaman keseharian. Banyak kali saya bukanlah sahabat yang baik bagi orang lain. Saya masih memilah-milah dan memilih sayang saya sukai, yang sesuai selera, yang menguntungkan saya. Ini tentu sangat bertentangan dengan Yesus. Ia mengetahui bahwa para murid-Nya memiliki banyak kelemahan tetapi Ia masih menyapa mereka ‘sahabat’ bukan ‘hamba’. Saya lalu berpikir, mengapa saya begitu sulit menjadi sahabat bagi semua orang? Tuhan Yesus ampunilah aku orang berdosa ini!
Namun saya tetap merenung hingga menemukan ekspresi ini: “Seorang sahabat sejati adalah bagaikan harta yang lebih berharga daripada emas atau batu permata.” Emas atau batu permata bisa dicari tetapi sahabat sejati, sahabat setia itu mahal. Kita hanya akan menemukan teman dan kawan yang belum tentu dapat menjadi sahabat sejati. Saya mengingat Eleanor Roosevelt (1884-1962). Mantan First Lady ini pernah berkata: ”Banyak orang keluar masuk dalam kehidupan anda, tapi hanya sahabat sejati yang akan meninggalkan jejak kaki di sanubari anda.” Saya yakin bahwa perkataan Roosevelt ini ada benarnya dan masih sangat aktual dalam hidup kita setiap hari.
Apa yang harus kita cari di dunia ini? Sebuah persabahatan sejati dengan Tuhan dan sesama. Euripides, seorang penyair Yunani pernah berkata: “Sahabat menunjukkan cintanya disaat ada masalah, bukan saat yang bahagia.” Di saat kita mengalami kesulitan dan derita, di saat orang-orang dekat mulai menutup matanya kepada kita padahal kita sedang menderita, mengharapkan pertolongan dan bala bantuan, di saat itulah datang seorang sahabat sejati. Dia berempati atau berbela rasa dengan kita, tanpa menghitung-hitung apa yang sudah dilakukannya bagi kita. Kamu adalah sahabatku, engkau adalah sahabatku, kita adalah sahabat. Mengapa? Sebab Yesus sendiri bersahabat dengan kita tanpa memandang hidup kita yang sebenarnya. Dia mengampuni dan menerima kita apa adanya.
Damai Tuhan,
PJ-SDB