Maria Ratu Damai
Ada satu lagi litani Santa Perawan Maria yakni ‘Maria Ratu Damai’. Ada kalanya orang menyapa Maria sebagai Bunda Damai dan Bunda Ratu damai. Bunda Maria dilukiskan memegang burung merpati, ranting zaitun, yang dalam kalangan umum merupakan simbol damai.
Mengapa Bunda Maria disebut Ratu damai? Gelar kehormatan ini diberikan kepada Bunda Maria karena jasa Yesus Kristus, Puteranya. Yesus Kristus adalah Raja damai. Tuhan Yesus sendiri mengatakan: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yoh 14:27). Di bagian lain Yesus mengatakan: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9). St. Paulus mengatakan bahwa Yesus adalah damai kita (Ef 2:14). Perkataan-perkataan ini menegaskan bahwa Yesus adalah Raja damai maka layaklah ibunya disapa sebagai Bunda damai atau Ratu damai.
Dalam sejarah Gereja, ada dua negara yang dikenal memiliki devosi kepada Bunda Maria damai. Negara pertama adalah Prancis. Dikisahkan bahwa sekitar awal tahun 1500-an, Jean de Joyeuse asal Prancis menghadiakan kepada Françoise e Voisins sebuah patung sebagai hadiah pernikahannya. Patung itu nantinya dikenal dengan nama “Perawan Joyeuse”. Patung ini menjadi milik pusaka keluarga yang disayangi. Selanjutnya, sekitar tahun 1588, cucu lelaki Jean de Joyeuse, bernama Henri Joyeuse, bergabung dengan para Fransiskan Kapusin di Paris. Ia membawa serta patung itu bersamanya. Patung yang sama bertahan selama 200 tahun. Ciri khas patung yang bernama Notre Dame de Paix itu memiliki ciri khas yakni memegang cabang zaitun di tangannya dan Pangeran Damai di lengannya. Pada tahun 1657 komunitas Kapusin mendirikan kapel yang lebih besar untuk mengakomodasi semakin banyak umat beriman yang berziarah ke sana. Pada 9 Juli 1588, Utusan khusus Bapa Suci berkenan memberkati patung Perawan Joyesue di hadapan kerumunan besar, termasuk Raja Louis XIV. Paus Alexander VII kemudian akan menetapkan tanggal ini bagi komunitas Kapusin untuk merayakan pesta Bunda Damai.
Selanjutnya, Revolusi Perancis (1789) memiliki dampak negative terhadap biara Kapusin di Prancis. Ketika itu mereka diusir dari biara mereka. Apa yang terjadi saat itu? Para saudara ini membawa patung Bunda Damai untuk mencegah kehancurannya dari para pemberontak yang menggeledah komunitas mereka. Ketika sudah ada pemulihan damai, patung Bunda Damai dipercayakan kepada Peter Coudrin, seorang imam di Paris. Pada tahun 1800, Pater Coudrin dan Henriette Aymer de Chevalerie mendirikan komunitas para suster, frater dan pastor, yakni Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria dan Adorasi Abadi Sakramen Mahakudus. Pater Coudrin memberikan patung itu kepada Bunda Aymer, yang mengabadikannya di sebuah kapel biara di Picpus, dekat Paris pada 6 Mei 1806.
Negara kedua adalah El Salvador. Negeri ini memiliki tradisi tersendiri. Dikisahkan bahwa pada tahun 1682, ada beberapa pedagang menemukan sebuah kotak kosong di pantai Mar del Sur, Salvador. Karena mereka tidak mampu membuka kotak temuan mereka ini maka mereka lalu menyerahkannya kepada pihak berwewenang di tempat mereka. Hal yang menakjubkan adalah ketika mereka melewati Gereja, mereka menyaksikan keledai seakan bersujud. Mereka lalu berhasilk membuka kotak itu dan betapa terkejutnya mereka karena menemukan sebuah patung Bunda Maria yang menggendong Puteranya. Bahkan saat itu konon sedang terjadi perang saudara, namun karena berita penemuan ini maka terjadilah pakta perdamaian di antara mereka yang bersengketa. Maka Bunda Maria di dalam kotak itu disapa Bunda Damai (Our Lady of Peace). Devosi kepada Bunda Damai berkembang pesat. Paus Benediktus XV mengesahkan secara kanonis patung temuan orang El Salvador ini pada 21 November 1921.
Kita mengenal ada kebiasaan orang mendoakan Rosario bagi Perdamaian. Hal ini mengingatkan kita pada perkataan Paus Yohanes Paulus II: “Berkat ciri meditatifnya, dengan alur Salam Maria yang tenang, doa Rosario dapat menciptakan damai dalam hati yang mendarasnya. Rosario dapat membuka hati si pendoa untuk menerima damai sejati yang adalah anugerah khusus dari Tuhan (Yoh 14:27; Yoh 20:21), mengalaminya dalam lubuk hati yang terdalam dan menyebarkannya” (Paus Yohanes Paulus II. Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae, no. 40).
Maria Bunda Damai, jadikanlah hati kami seperti hatimu. Amen.
PJ-SDB