Homili Peringatan Arwah Semua Orang Beriman – 2019

PENGENANGAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN
2Mak. 12:43-46
Mzm. 130:1-2,3-4,5-6a,6-7,8
1Kor. 15:12-34
Yoh. 6:37-40

Menunggu saat datang kepada Yesus

Ada dua pengalaman saya pada pagi hari ini. Pengalaman pertama, ada seorang sahabat yang membagi kutipan kata inspiratif tentang kematian. Ia menulis begini: “Hidup ini seperti sebuah buku. Cover depan adalah tanggal lahir, cover belakang adalah tanggal kematian. setiap lembar adalah hari-hari dalam hidup kita.” Saya hanya tersenyum dan merasa senang dengan kalimat-kalimat sederhana dan bermakna ini. Kita lahir, menjalani hidup dan pada akhirnya berjumpa dengan saudara maut. Ini adalah sebuah perjalanan yang mirip dengan buku yang memiliki kover depan, ada lembaran-lembaran kehidupan dan ditutup dengan tanggal kematian yang sudah ditentukan Tuhan. Dengan demikian tugas kita adalah selalu siap untuk menyambut kematian dengan bahagia.

Kedua, Seorang rekan imam mengirim kutipan dari buku harian Santa Faustina Jilid I, nomor 520 tentang pengalaman St. Faustina dikunjungi oleh jiwa. Secara singkat dikisahkan bahwa ada jiwa yang datang kepadanya bukan untuk meminta doa melainkan mencelanya sebagai orang yang sombong dan congkak. Faustina mengakui pengalaman sombong dan congkaknya. Namun ia menerangkan proses perubahan radikal di dalam hidupnya melalui penitensi sangatlah bermanfat untuk kekebebalannya dan mengandalkan kebaikan Allah. Jiwa itu tetap mencela karena ternyata setan yang merasukinya. Faustina menyadari situasi ini dan berkata: “Kemuliaan hanya pantas bagi Allah; enyalah engkau setan!” Kedua pengalaman ini mengawali hari Sabtu yang istimewa ini sebab hari Sabtu pertama sebagai hari untuk mendoakan para imam dan hari ini bertepatan dengan peringatan arwah semua orang beriman.

Saya mengingat beberapa pengalaman rohani St. Faustina tentang jiwa-jiwa yang dicatat dalam buku hariannya. Ia berkisah begini: “Sebelum peringatan arwah semua orang beriman, menjelang malam aku pergi ke makam. Meskipun pintu dikunci, aku berusaha membukanya sedikit dan berkata: “Hai jiwa-jiwa kecil yang kukasihi, kalau kamu membutuhkan sesuatu, dengan senang hati aku akan menolong kamu sejauh peraturan mengizinkan aku.” Kemudian aku mendengar suara ini: “Lakukanlah kehendak Allah; kami bahagia sebatas kami telah memenuhi kehendak Allah.” Pada petang hari, jiwa-jiwa datang dan meminta kepadaku untuk mendoakan mereka, dan aku sungguh berdoa banyak sekali bagi mereka… ” (Buku Harian I: 518-519). Hal terpenting yang dilakukan santa Faustina pada hari peringatan arwah orang beriman adalah dengan berdoa tanpa henti untuk keselamatan dan kebahagiaan abadi jiwa-jiwa. Ini juga kiranya menjadi tugas kita pada hari istimewa ini.

Pengalaman Santa Faustina tentang mendoakan orang beriman ini menginspirasikan kita untuk mengerti pewartaan sabda dalam bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini. Penulis Kitab Kedua Makabe sebagaimana kita dengar dalam bacaan pertama mengajak kita untuk memikirkan dan mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia. Ini adalah sebuah keutamaan sekaligus ungkapan iman kepada Tuhan Allah sebagai sumber kehidupan. Hal yang dilakukan oleh Yudas setelah menguburkan jenazah yang sudah berguguran adalah mencari dana dengan mengumpulkan uang di tengah-tengah pasukan. Ia berhasil mendapatkan dana sebesar dua ribu dirham yang nantinya dikirim ke Yerusalem sebagai kurban untuk menghapus dosa-dosa. Mengapa demikian? Sebab Yudas percaya akan kebangkitan badan melalui doa-doa yang senantiasa dari umat beriman. Pada akhirnya Yudas bersaksi: “Ada pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.” (2Mak 12:45).

Apabila kita mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia maka kita sebenarnya membantu diri kita untuk ikut mengalami keselamatan abadi dari Tuhan Yesus Kristus. St. Paulus memberi kesaksian bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari orang-orang yang sudah meninggal. Untuk membukan wawasan yang lebih luas maka Paulus membandingkan peran Adam dalam dunia Perjanjian Lama dan Yesus Kristus dalam dunia Perjanjian Baru. Maut dapat datang karena dosa Adam sehingga menyebabkan kematian. Namun Yesus datang untuk memberi kehidupan baru kepada mereka yang bersekutu dengan-Nya. Singkat kata, Yesus hadir untuk menghancurkan dosa dan salah yang dilakukan oleh manusia yang berdosa.Yesus nantinya menjadi raja di atas segala raja dan Tuhan atas segala sesuatu. Bersekutu dengan Kristus merupakan jaminan keselamatan bagi kita semua. Sebab itu doa bagi mereka yang sudah meninggal dunia sangatlah penting untuk keselamatan jiwa-jiwa.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil membuka wawasan kita supaya memahami makna kematian secara rohani. Kematian itu sebuah kepastian. Hidup kita tidak beda dengan asap api yang membubung sampai menembus langit. Ada kehidupan yang diawali dengan kelahiran, ada kematian yang memisahkan ruang hidup kita. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa kematian merupakan sebuah kenyataan. Semua orang akan mati. Sebuah pertanyaan: Apakah kematian itu menakutkan? Haruslah diakui bahwa kematian itu memang menakutkan semua orang. Kematian menakutkan karena orang sangat menghargai nilai hidup pribadinya. Kematian menjadi salah satu tanda kehilangan di dalam diri kita. Maka Tuhan Yesus membuka wawasan kita supaya percaya bahwa kematian adalah sebuah pengalaman rohani ‘datang kepada Yesus’.

Berkaitan dengan kematian sebagai pengalaman rohani datang kepada Yesus ini, Ia sendiri berkata: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” (Yoh 6:37-38). Ketika saudara kematian menjemput maka kita percaya bahwa Bapa memberi kita kepada Putera-Nya, dan kita datang kepada-Nya. Kehendak Yesus adalah menyelamatkan semua orang yang datang kepada-Nya. Kita belajar dari Yesus yang taat kepada Bapa di Surga, dan siap untuk menerima semua orang apa adanya.

Tuhan Yesus menunjukkan dua kehendak dari Bapa di surga yang harus dipatuhi Yesus dan para pengikut-Nya. Kehendak pertama, Supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman (Yoh 6:39). Kehendak kedua, “Supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” (Yoh 6:40). Semua yang dilakukan Yesus di dunia, untuk menyelamatkan manusia bukanlah usaha-Nya semata, melainkan usaha semua orang yang senantiasa berjalan bersama-Nya. Mari kita mendoakan semua jiwa yang mendahului kita semua. Moga-moga jiwa orang beriman beristirahat dalam ketentraman karena kerahiman Tuhan. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply