Semuanya akan berlalu…
Adalah Ajahn Chah (1917-1993). Beliau dikenal sebagai Sosok Biksu Budha yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Budhisme di Thailand. Kepada anggota komunitasnya ia pernah berkata: “Jika anda membiarkan hal kecil berlalu, anda akan menemukan kedamaian kecil juga. Jika anda lebih banyak hal berlalu, anda akan meraih lebih banyak kedamaian. Jika anda benar-benar membiarkan seluruhnya berlalu, maka anda akan mendapatkan seluruh kedamaian.” Saya sepakat dengan perkataan sang Biksu ini. Alasan saya adalah bahwa hidup kita ini bermakna ketika kita berani untuk melepaskan hal yang terlalu mengikat hati dan hidup kita sehingga kita memang kelihatan manusia yang merdeka padahal nyatanya kita belum merdeka. Kita masih dibelenggu oleh hal-hal yang sebenarnya bersifat sementara saja. Sebab itu kita perlu memiliki kemampuan untuk melepaskan hal-hal kecil hingga hal-hal yang besar supaya kita bertumbuh menjadi lebih manusia lagi.
Semua akan berlalu di dalam hidup kita. Perhatikanlah seorang yang meninggal dunia. Ketika masih hidup, ia memiliki segalanya. Ketika meninggal dunia ia tidak memiliki apa-apa selain peti jenasah dan kuburan yang sempit. Saya pernah memperhatikan seorang romo misionaris meninggal Dunia. Di dalam peti jenasah ia hanya mengenakan kasula dan stola yang sudah lama dipakainya, sudah usang dan kotor. Dia tidak membawa sesuatu yang lain. Barang-barang di kantor dan di kamar adalah milik kongregasi. Begitulah hidup kita yang bersifat sementara. Benar sekali perkataan Ayub ini: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayb 1:21).
Semua akan berlalu dan kita harus berani untuk melepaskan segalanya demi kemuliaan Tuhan. Benarlah perkataan Tuhan Yesus ini: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu” (Luk 21:33). Segala yang fana akan berlalu di hadapan Tuhan. Hanya Sabda-Nya tetap selamanya. Yesus adalah Sabda, Logos yang mengatasi dan menguasai segalanya. Dialah Allah Putera yang menyelamatkan dan menebus dunia dengan darah-Nya yang Mulia. Ia tidak mengasihi diri-Nya sebagai Anak Allah tetapi mengurbankannya untuk keselamatan manusia. Dia memberikan keabadian kepada manusia. Perkataan Yesus adalah perkataan hidup kekal. Simon Petrus dengan jujur mengatakan: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal” (Luk 6:68). Benar Sabda Yesus Kekal abadi.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Mulailah sikap lepas bebas di dalam hidup kita. Seandainya hari ini adalah hari terakhir bagiku, apakah saya masih harus sibuk dengan hal duniawi? Apakah saya masih berkeras hati untuk tidah membiarkan semuanya berlalu di dalam hidup ini? Don Bosco mengajarkan para Salesian: ‘Da mihi animas coetera tolle’ (Berilah daku jiwa-jiwa, yang lain ambilah). Maru kita membudayakan kemampuan untuk melepaskan…Coetera tolle!
Tuhan memberkati kita semua,
P. John Laba, SDB