Sebuah kehadiran aktif
Permenungan akhir hari ini saya fokuskan pada sosok Bunda Maria. Penginjil Matius memberi kesaksian tentang kunjungan para majus dari Timur di Bethlehem. Inilah kesaksiannya: “Maka masuklah para Majus ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.” (Mat 2: 11).
Dari kesaksian Penginjil Matius ini, kita menemukan sebuah sikap aktif Maria sebagai seorang ibu sejati. Ia selalu ada bersama Yesus, Anaknya. Ia tidak membiarkannya sendirian, kedinginan tak berdaya. Maria menunjukkan sukacitanya sebagai ibu yang melahirkan Anak sulungnya, dan dukacita karena tidak ada penginapan yang layak bagi mereka. Ia tidak berkecil hati, ia justru bertahan hidup dalam kesulitannya.
Dari Maria kita belajar untuk menerima situasi hidup kita yang nyata. Dari Maria kita belajar untuk berjuang, bertahan hidup dan rela berkorban untuk kebaikan orang lain. Dari Maria kita belajar untuk menyimpan semua perkara ini di dalam hati, bukan berkasak kusuk tentang pengorbanan hidup kita. Dan dari Maria kita belajar untuk hadir secara aktif dalam keluarga dan komunitas. Hadir secara aktif berarti kita berusaha untuk sign out kalau sedang makan bersama, ada quality time di dalam keluarga.
Saya ingat Paus Fransiskus pada pesta keluarga Kudus 2019 lalu mengatakan: “Silakan saling memandang satu sama lain bukan hanya memandang layar handphone-mu saat sedang duduk bersama di rumah.” Paus menampar anda dan saya yang selalu sibuk di depan layar telpon dan mengabaikan anggota keluarga sendiri. Betapa menyedihkan hidup berkeluarga dan hidup berkomunitas seperti ini! Ini tanda kita tidak hadir aktif di dalam keluarga seperti Bunda Maria.
Tuhan memberkati kita semua.
P. John Laba, SDB