Menerima diri dan bersyukur
Saya membaca buku berjudul: “The Story of My life”. Ini bukanlah sebuah buku baru. Buku ini mengisahkan tentang Helen Keller, seorang perempuan yang buta dan tuli namun kehidupannya benar-benar mengubah dunia. Saya menemukan sebuah perkataan yang mengesankan di dalam buku ini. Inilah kutipannya: “Jauh lebih baik berlayar selamanya di malam kebutaan tetapi mempunyai perasaan dan pikiran dari pada hanya berpuas diri dengan kemampuan untuk melihat.”
Helen Keller lahir sebagai bayi normal. Ia sempat melihat keindahan dunia dan mendengar suara alam. Namun pada usia 19 bulan ada sebuah penyakit yang menyerangnya. Ia pun menjadi buta dan tuli selamanya. Dalam suasana yang sulit ini ia sadar dan menerima diri apa adanya. Maka benarlah perkataannya bahwa meskipun ia mengalami kebutaan, tidak melihat suatu apapun, namun ia bangga karena masih memiliki pikiran dan perasaan. Melihat saja belum cukup baginya. Melihat tanpa pikiran dan perasaan tidaklah berguna.
Banyak kali kita sulit menerima diri kita apa adanya. Banyak kali kita sulit menerima kekurangan fisik kita. Kita melihat namun tidak memiliki pikiran dan perasaan. Pikirkanlah saat-saat kita tertawa di atas penderitaan orang lain. Sangat tidak manusiawi! Itulah melihat tanpa pikiran dan perasaan. Ada juga keluhan-keluhan menghiasi hari-hari hidup kita. Akibatnya relasi dengan Tuhan dan sesama pun terganggu. Terima kasih Helen Keller, engkau telah menjadi guru kehidupan bagi banyak orang.
Pada hari ini marilah kita berusaha untuk menerima diri dan bersyukur kepada Tuhan atas hidup kita apa adanya. Tuhan memberkati kita dan selamat pagi.
P. John Laba, SDB