Berpuasa berarti mengasihi
Umat katolik memasuki masa prapaskah sejak Hari Rabu. Hari Rabu sebagai pintu masuk ke masa prapaskah disebuh hari Rabu Abu. Hari Rabu karena perhitungan secara matematis akan menjadi 40 hari masa puasa, sedangkan hari Minggu bukanlah masa prapaskah. Hari Minggu selalu menjadi hari paskah kecil atau hari paskah mingguan. Abu karena setiap orang mau menunjukkan kerendahan hati dan pertobatan. Tuhan sendiri mengatakan kepada Adam: “Ingatlah bahwa engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu”. (Kej 3:19). Raja Daud di kemudian hari akan berkata: “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mzm 103:14). Kita hanyalah debu di alas kaki Tuhan! Hari ini adalah hari Jumat pertama dalam masa prapaskah maka kita juga akan memulai devosi dan doa Jalan Salib untuk merenung kisa sengsara Tuhan kita Yesus Kristus.
Saya mengingat kata-kata menarik dari masa prefasi masa prapaskah ini: “Sebab kami yang sering berdosa karena hanya memperhatikan kepentingan sendiri, kini Engkau kehendaki supaya bersyukur kepada-Mu, dengan berpantang, sehingga dengan hidup lebih sederhana dan memberi makan kepada saudara dan saudari yang berkekurangan, kami dapat meniru kemurahan hati-Mu” (Prefasi Prapaskah III). Berpuasa menjadi saat untuk berbuat baik dan selalu siap untuk berbagi dengan sesama manusia. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini berkata: “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” (Yes 58: 6-7).
Tuhan Yesus dalam Injil mengatakan bahwa berpuasa adalah kesempatan untuk bersukacita. Dia adalah sang mempelai sejati dan kita adalah sahabat-sahabat mempelai. Di saat berada bersama-Nya maka sukacita itu mengalir dengan sendirinya di dalam hidup kita. Dengan demikian keadilan juga akan mendapat pijakannya dalam sukacita bersama Tuhan. Prinsip yang perlu kita bangun bersama hari ini adalah: “Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup, dan Allah akan menyertai kamu” (Amos 5:14). Berpuasa sesungguhnya berarti mengasihi dan bersikap adil terhadap Tuhan dan sesama.
P. John Laba, SDB