Hari Sabtu, Pekan ke-VI Paskah
Kis. 18:23-28
Mzm. 47:2-3,8-9,10
Yoh. 16:23b-28
Pendampingan itu perlu dan harus!
Ada orang yang berpikir bahwa untuk menjadi imam, biarawan dan biarawati itu enak. Pertanyaannya adalah, “Enaknya ada di mana?” Sebab kalau anda sendiri sudah masuk, tinggal tetap dan mengalaminya sendiri baru bisa merasakan enak dan nikmatnya hidup di dalam komunitas. Berkaitan dengan ini, salah satu kata yang tetap menjadi perjuangan besar dalam formatio atau proses pembinaan seorang calon imam, biarawan dan biarawati adalah pendampingan (accompaniment). Seorang calon pekerja di kebun anggur Tuhan sejak masa aspiran, postulan, novis, selama periode pembinaan awal atau periode yuniorat hingga pembinaan berlanjut atau on going formation sangatlah membutuhkan pendampingan yang memadai dari team pembina. Itu sebabnya di setiap tarekat selalu ada penanggung jawab untuk pendampingan. Kalau tidak ada pendampingan yang terbaik maka akan terlihat hasilnya ketika mulai masuk dalam periode bina lanjut yakni pribadi yang membahagiakan atau mengecewakan tarekat dan Gereja.
Hidup pribadi seorang imam, biarawan dan biarawati dapat diamati mulai dari hal-hal sederhana seperti bagaimana ia mengatur kamar tidurnya, mengatur pakaian di dalam lemari, buku-buku di atas meja atau rak bukunya, apakah toiletnya bersih dan harum. Kalau semuanya baik sekali berarti pendampingannya tepat dan berhasil, namun apabila semua yang saya sebutkan di atas kotor dan amburadul maka bisa dilihat personalitasnya seperti apa dan pola pendampingannya selama masa pembinaannya belum tepat dan belum memadai. Dari setiap pribadi tetap dibutuhkan juga rencana hidup pribadi (personal plan of life) di mana pendampingan akan mendapat tempat yang penting. Hidup tanpa rencana hidup pribadi dapat tercermin juga dalam hal mengatur kamar tidur hingga tolietnya. Sebuah rencana hidup pribadi akan menjadi nyata dan berhasil kalau pendampingannya sangat tepat dan memadai.
Pada hari ini kita kembali mendengar dari bacaan-bacaan liturgi tentang kisah-kisah yang menggambarkan betapa pentingnya pendampingan Tuhan bagi manusia dan antar manusia. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil meneruskan amanat perpisahaan kepada para murid-Nya pada malam perjamuan terakhir. Tuhan Yesus sudah mengatakan dengan terus terang bahwa Dia akan pergi, kembali kepada Bapa di Surga. Dia tidak membiarkan para murid dan Gereja-Nya sendirian tetapi akan mengutus Roh Kebenaran. Roh Kebenaran sendiri akan mengajar, mengingatkan, bersaksi, mengisyafkan para murid dan Gereja saat ini tentang dosa, kebenaran dan penghakiman. Roh Kebenaran menjadi pendamping setia bagi kita masing-masing. Tuhan Yesus mengungkapkan diri-Nya sebagai ‘Pendamping’ manusia. Ia mendampingi dan menjadi satu-satunya Pengantara antara Allah Bapa dan manusia. Sebab itu Ia berkata: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” (Yoh 16:23-24). Dia tetap ada bersama kita dalam Roh Kebenaran untuk mendampingi hidup kita menuju kepada Bapa.
Tuhan Yesus adalah satu-satunya Pengantara kita, tidak ada pengantara yang lain. Kita berdoa dan memohon kepada Bapa selalu melalui Pengantaraan Yesus Kristus karena Dialah satu-satunya Pengantara kita. Para malaikat dan semua orang kudus menjadi perantara semua Doa kepada Allah Bapa melalui Yesus Kristus Pengantara kita. Dalam doa-doa kita selalu merumuskan bagian akhir doa begini: ‘Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.’ Berkaitan dengan ini, Santu Paulus menulis: “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara (MESITÊS) antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1Tim 2:5). Sukacita kita di dunia menjadi penuh ketika kita berdoa dan memohonkannya kepada Tuhan. Sayang sekali karena ada orang yang suka meminta kepada Tuhan tetapi lupa bersyukur ketika mendapatkan apa yang dimintanya.
Tuhan Yesus Kristus menjadi Pengantara kita kepada Bapa. Apapun hidup kita, mungkin tidak sempurna tetapi kita tetap percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus tetaplah menjadi Pengantara kita. Dia mengasihi dan mendampingi kita dengan Roh-Nya yang kudus. Apakah Tuhan Yesus sungguh-sungguh menjadi Pengantara kita? Ternyata tidaklah demikian. Banyak orang masih kesulitan untuk menjadikan Yesus sebagai satu-satunya Pengantara. Mereka masih percaya sia-sia, percaya kepada kuasa nenek moyang mereka. Kita harus berubah dalam hidup dengan lebih fokus pada Tuhan Yesus, satu-satunya Pengantara kita kepada Bapa.
Dalam bacaan pertama kita mendengar bahwa St. Paulus meninggalkan Korintus menuju ke kota Antiokhia di Siria. Dia beristirahat sejenak dan mulai memperhatikan dan mengingat kembali segala sesuatu yang sudah dilakukannya. Dia lalu melakukan proses pendampingan dengan mengunjungi jemaat yang berada di Galatia dan Frigia. Ia mendampingi sekaligus meneguhkan hati setiap murid yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus yang diwartakannya. Paulus di sini tidak hanya mewartakan Injil tetapi Ia juga meneguhkan iman para murid supaya setia kepada Tuhan Yesus Kristus.
Selain Paulus, kita juga mendengar sosok Apolos yang berasal dari kota Alexandria. Ia merupakan sosok yang baik, mengerti Kitab Suci dan mewartakan serta mengajar tentang Yesus. Pendampingan kepada Apolos dilakukan oleh Priskila dan Akwila. Mereka menjelaskan Jalan Tuhan kepadanya. Apolos mendapat kasih karunia dari Tuhan Allah untuk membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias. Pendampingan dari Priskila dan Akwila membuahkan hasil yang bagus yakni Apolos menjadi dirinya sendiri dan berguna bagi jemaat dalam pewartaan-pewartaannya. Dia memiliki andil yang besar dalam mewartakan Injil dan nama Yesus Kristus.
Apakah pendampingan itu perlu?
Kita harus berani mengatakan bahwa pendampingan itu sangat-sangat perlu bagi kita semua. Kalau kita mau berhasil dan menjadi orang yang terbaik maka butuh pendampingan. Para orang tua, dampingilah anak-anakmu. Para guru di sekolah dan di rumah, dampingilah harapan dan masa depan nusa dan bangsa kita. Semua orang harus siap untuk menampingi dan didampingi. Pendampingan itu berlangsung seumur hidup. Tuhan Yesus saja mendampingi Gereja sepanjang zaman sehingga Gereja pun tetap teguh berdiri di atas wadas kuat. Meskipun mengalami banyak kesulitan namun selalu saja ada jalan untuk memperkuat Gereja melalui Roh Kudus. Pendampingan itu memang penting dan harus karena memiliki dampak yang positif bagi setiap pribadi.
PJ-SDB