Food For Thought: Seandainya saya adalah Smartphone

Seandainya saya adalah Smartphone

Ada seorang anak kecil yang duduk sambil memperhatikan kedua orang tuanya di ruang tamu keluarga. Kedua orang tua ini tidak berbicara satu sama lain meskipun sedang duduk berhadapan. Kadang saat mereka berbicara, mereka tidak saling memandang tetapi tetapi mereka justru tetap mengarah ke layar Smarthponenya. Anak itu kelihatan mulai kesal melihat perilaku kedua orang tuanya. Ia mulai pura-pura meminta air minum kepada ibunya, namun ibunya tetap mengarahkan matanya ke layar smartphonenya. Ia lalu meminta air minum kepada ayahnya, namun ayahnya juga memilih tenang, tiba-tiba ia tertawa sendiri sambil memandang layar Smartphonenya. Anak itu berdiri dan menulis di atas sebuah lembaran putih dengan spidol berwarna merah: “Mama dan Papa, seandainya saya adalah smartphone”. Kedua orang tua ini berhenti seketika, saling memandang dan mematikan smartphone mereka. Kadang-kadang anak-anak memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku Phubbing (phone-snubbing) pada orang tuanya.

Kisah ini mewakili perubahan perilaku orang tua dalam konteks pendampingan anak-anak. Ada orang tua yang berperilaku seperti kisah di atas sehingga anak-anak pun berperilaku demikian. Buah jatuh tidak jauh dari pohon, kecuali tanah dekat pohon miring. Ada orang tua yang mengadakan kontrak bersama anak-anak supaya boleh menggunakan waktu pada saat-saat tertentu saja. Di ruang makan hanya untuk makan bukan untuk main HP. Ada keluarga yang sepakat supaya mematikan HP dan menyimpannya di kamar atau ruangan lain selain raung makan. Keluarga-keluarga memang perlu memiliki kesepakatan sehingga anak-anak juga tidak merasa tertekan dan orang tua tetap tahu diri sebagai pendidik nomor pertama bagi anak-anak. Apabila orang tua tidak berdisiplin atau melanggar kesepakatan atau ‘kontrak’ dengan anak-anak maka orang tua adalah penghalang masa depan anak.

Pikiran saya tetap tertujuh pada sosok Yesus yang mendapat kepercayaan untuk meletakkan tangan dan mendoakan anak-anak. Betapa bahagianya orang-orang yang membawa anak-anak kepada Tuhan untuk diberkati dan didoakan. Nah, apakah anda adalah orang tua yang hebat, yang membawa anak-anak supaya dekat dengan Tuhan? Apakah anda sebagai orang tua berdoa? Nah, betapa mengecewakan ketika ada orang tua yang menjadi workaholic. Workaholic adalah suatu kondisi dari seseorang yang mementingkan pekerjaan secara berlebihan dan melalaikan aspek kehidupan yang lain. Workaholic berarti orang kecanduan kerja, mengejar karier dan menganggap mereka adalah satu-satunya yang bisa mengerjakan pekerjaan dengan benar. Bagi saya, anak-anak adalah manusia bukan angka-angka!

Tuhan memberkatimu.

PJ-SDB