Homili Pesta St. Matius, Rasul dan Pengarang Injil – 2020

Pesta St. Matius, Rasul dan Penginjil
Ef 4: 1-7. 11-13
Mzm 19:2-3.4-5
Mat 9:9-13

Allah kita adalah kerahiman

Pada hari ini kita mengenang St. Matius, Rasul dan Pengarang Injil. Matius memiliki nama sapaan Levi dengan label si pemungut cukai di Kapernaum, Galilea. Ayahnya bernama Alpheus. Dengan profesinya seperti ini, Matius ditolak dalam masyarakat karena dianggap sebagai pengkhianat. Mengapa demikian? Sebab dia sebagai orang Yahudi namun bekerja sebagai pegawai Kerajaan Romawi dengan menagih pajak warga bangsanya sendiri. Para pemungut cukai lalu disamakan dengan orang-orang berdosa.Tuhan Yesus mengenal Levi atau Matius, tetapi tetap memilihnya sebagai seorang rasul dan nantinya menjadi penulis Injil. Tuhan Yesus memang beda! Dia mengenal setiap pribadi dan melakukan pilihan yang tepat. Tuhan Yesus berjalan melewati tempat kerjanya. Ia memanggilnya: “Ikutilah Aku!” dan Levi langsung bangun, meninggalkann pekerjaannya di lahan basa dan mengikuti Yesus tanpa membawa apa-apa. Dia berani meninggalkan segalanya karena merasakan kasih Yesus. Lewi menjadi pewarta injil dan akhirnya meninggal sebagai martir di Persia. Hal yang patut kita ingat dari Matius adalah Ia mewartakan Injil dan berkarya di tengah-tengah kaum Yahudi dan bersaksi bahwa Yesus adalah benar-benar Mesias yang dijanjikan Allah dan sudah dinubuatkan oleh para nabi.

Satu hal yang saya kagumi dari sosok Matius adalah sikap lepas bebas detachment. Sikap lepas bebas adalah semangat ketidaktergantungan terhadap segala sesuatu yang bukan Tuhan. Hal ini Matius tunjukkan ketika Tuhan Yesus melewati tempat kerjanya, melihat dia sedang bekerja dan memanggilnya: “Ikutilah Aku!” Matius segera meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus. Matius tidak menyesal dengan harta yang selalu didapatkannya secara halal dan tidak halal, dan sekarang harus meninggalkan segalanya supaya mengikuti Yesus lebih dekat lagi. Kalau saja ia tidak memiliki sikap lepas bebas maka ia juga tidak akan mengikuti Yesus. Memang tidaklah mudah karena Yesus sendiri mengatakan: “Di mana hartamu berada, hatimu juga berada (Mat 6:21).Orang yang berada di lahan basah, apalagi yang berhubungan dengan uang dan harta lainnya selalu kesulitan untuk berpindah tugas. Matius beda, ia langsung mengikuti ajakan Tuhan untuk mengikuti-Nya dari dekat.

Matius tidak hanya meninggalkan segalanya karena memiliki sikap lepas bebas. Dia juga menyatakan rasa syukur atas panggilan Tuhan Yesus sehingga ia menjamu Yesus di rumahnya. Ketika itu ada banyak pemungut cukai dan orang-orang berdosa duduk makan bersama Yesus dan murid-murid-Nya. Orang-orang Farisi memang suka mengamat-amati kehidupan orang lain. Mereka lalu bersungut-sungut kepada para murid Yesus tentang Yesus sendiri yang duduk dan makan bersama dengan para pemungut cukai dan kaum pendosa. Apa reaksi Yesus kepada mereka? Tuhan Yesus memandang mereka semua dan berkata: “Bukan orang sehat yang membutuhkan dokter, melainkan orang sakit.” Tuhan sendiri memang menghendaki belas kasihan dan bukan persembahan. Yesus sang Anak Allah sendiri datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Caranya adalah Ia memanggil kaum pendosa untuk bertobat dan mereka ini memang ‘limited edition.’ yang siap untuk melakukan pertobatan radikal.

St.Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus membuka pikiran kita untuk memahami panggilan istimewa dari Tuhan sebagai anggota gereja di Efesus. Ia meminta jemaat di Efesus supaya sebagai orang yang sudah dipanggil Tuhan harus hidup sepadan dengan panggilan itu. Panggilan itu terlaksana dengan baik kalau orang mempraktikan kebajikan-kebajikan sebagai orang terpanggil dan terpilih: rendah hati, lemah lembut, sabar, saling membantu, memelihara kesatuan Roh. Hal-hal seperti ini yang perlu kita miliki dalam hidup setiap hari sebagai murid-murid Kristus. Apalah artinya hidup kristiani kalau kita sombong, kasar, tidak sabar, pelit dan mengadu domba? Justru sikap-sikap seperti ini sangatlah tidak krsitiani.

St. Paulus juga mengatakan bahwa kita semua sudah telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Berkaitan dengan hal ini Paulus berkata: “Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.” (Ef 4:11-12). Perkataan Paulus ini kiranya dialami sendiri oleh Matius sebagai rasul dan pemberita Injil.

Pada hari ini kita semua dikuatkan oleh sosok Santu Matius. Tuhan memanggilnya sebagai rasul dan pemberitan Injil, dengan masa lalunya yang dianggap gelap tetapi pada akhirnya ia meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus sampai Tuntas. Bagaimana dengan kita? Tak ada kata terlambat bagi Tuhan. Dia memanggil kita untuk melayani-Nya selalu tepat pada waktunya. Tuhan Yesus menunjukkan wajah kerahiman Bapa kepada kita. Belas kasih Allah memang melampaui segalanya.

PJ-SDB