Homili 22 September 2020

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XXV
Ams 21:1-6.10-13a
Mzm119:1.27.30.34.35.44
Luk 8:19-21

Kekuatan Sabda Tuhan

Kita sedang berada di dalam Bulan Kitab Suci Nasional tahun 2020, dengan tema yang ditawarkan dari Lembaga Biblika Indonesia: “Mewartakan Kabar Baik di tengah krisis iman dan identitas.”Tema ini sangat aktual dengan kehidupan kita secara pribadi dan sebagai satu komunitas Gereja di tengah pandemi covid-19. Di saat yang sulit ini kita semua sebagai sesama umat berusaha mewartakan Injil ‘tanpa suara’ di tengah krisis iman dan identitas dengan tindakan-tindakan sosial karitatif. Di saat seperti ini kita semua merasa terpanggil untuk saling berbagi tanpa perlu bersuara yang keras tetapi dengan tindakan nyata untuk membantu dan menyelamatkan sesama yang sedang berkekurangan. Di saat-saat seperti ini kita akan menyadari dengan baik siapakah sesama yang sebenarnya. Sesama yang sebenarnya selalu siap untuk berbagi dengan siapa saja tanpa memandang siapakah orang yang akan dibantunya. Bantuan dan pelayanan lintas batas.

Pada hari ini kita semua dikuatkan oleh Sabda Tuhan. Dalam bacaan Injil, Penginjil Lukas melukiskan kunjungan dadakan dari Bunda Maria dan para saudara sepupuh Yesus. Ketika itu Yesus sedang mengajar sehingga mereka kesulitan untuk mencapai Dia. Orang-orang yang mengenal mereka dan mengetahui niat mereka untuk bertemu dengan Yesus itu menyampaikan kepada Yesus bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya sedang mencari-Nya. Reaksi Yesus terungkap dalam jawaban-Nya ini: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya.”

Kisah Injil yang singkat ini mengatakan banyak hal kepada kita semua:

Pertama, Yesus yang kita imani adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Yesus sungguh Allah sebab Dia memang Anak Allah yang sedang menghadirkan Kerajaan Allah dalam kata dan karya. Yesus sungguh manusia karena Ia memiliki ibu dan saudara-saudara yang berelasi sosial dengan-Nya. Yesus sungguh manusia sebab kita juga menjadi saudara Yesus, Dialah buah sulung (1Kor 15:23).

Kedua, Yesus semakin dikenal banyak orang. Kita mengingat perkataan Natanael: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth?” (Yoh 1:46). Menyebut nama Nazareth saja orang memikirkan tempat yang tidak memberi harapan apa-apa. Namun di tempat seperti inilah Tuhan memberi harapan akan keselamatan yang pasti bukan palsu. Kita mengingat pertanyaan orang sekampung halaman-Nya: “Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita?” (Mat 13: 55-56). Ada orang yang skeptis tetapi lebih banyak orang yang mengenal Yesus dan takjub kepada-Nya.

Ketiga, Yesus mengingatkan kita untuk mengalami kekuatan Sabda Tuhan. Yesus adalah Sabda atau Logos yang menjadi manusia dan tinggal bersama kita. Dalam Injil kita mendengar perkataan ini: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan, Dengarkanlah Dia!” (Mat 17:5). Yesus adalah Sabda maka tugas kita adalah mendengar dan mengikuti-Nya. Pada hari ini Yesus mengatakan dalam Injil Lukas: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya.” Kita semakin diteguhkan untuk mendengar Sabda dan melakukannya di dalam hidup kita. Sabda Tuhan memiliki kekuatan untuk mengubah hidup kita supaya sungguh menjadi saudara Yesus.

Keempat, Rasa bahagia. Kita mesti merasa bahagia karena masih diberi kesempatan untuk mendengar sabda dan berusaha untuk melakukannya. Namun satu kebahagiaan yang lebih lagi adalah karena kita disapa Yesus sebagai saudara karena mendengar dan melakukan Sabda Allah. Hanya Tuhan kita yang mau ber-kenosis, mengosongkan dan merendahkan diri hingga level manusia dan menyapa kita sebagai saudara. Sungguh luar biasa Tuhan kita.

Bagaimana kita dapat bertumbuh dalam Sabda Tuhan?

Bacaan pertama dari Kitab Amsal memberi berbagai kiat untuk dapat kita lakukan dalam hidup sebagai anak-anak Tuhan. Misalnya kita dingatkan untuk membarui diri dalam Sabda sebab Tuhan sendiri yang menguji hati kita. Kita juga diingatkan supaya selalu melakukan kebenaran dan keadilan karena inilah yang menyukakan hati Tuhan bukan kurban bakaran. Perlu membangun semangat pertobatan dengan melepaskan diri dari kefasikan hidup. Nilai kejujuran itu jauh lebih penting dari pada dusta. Perhatian kepada orang-orang kecil harus menjadi kultur kita. Ini beberapa hal yang bisa menjadi jalan yang baik bagi kita untuk mendengar dan melakukan Sabda Tuhan dengan sempurna.

Pada hari ini kita bersyukur karena Tuhan sungguh baik bagi kita. Kita semua orang berdosa tetapi Tuhan mau menjadi saudara. Dia hanya meminta satu hal yakni siap untuk mendengar dan melakukan Sabda-Nya.Ketika kita mendengar-Nya, Dia akan mendengar kita ketika kita berdoa. Doa-doa kita turut mengubah hidup kita supaya layak di hadapan Tuhan.

PJ-SDB