Homili 23 September 2020

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXV
Ams 30:5-9
Mzm 119:29.72.89.101.104.163
Luk 9:1-6

Mewartakan keadilan dan kebenaran

Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang sahabat tentang situasi aktual dalam masyarakat yang masih korup. Dari banyak perkataan yang dia ucapkan, ada satu yang benar-benar menyentuh hatiku. Ia mengatakan begini: “Anda bersama kolegialitas para gembala di dalam Gereja Katolik memiliki suara kenabian untuk mewartakan sekaligus menyerukan keadian dan kebenaran. Jangan menutup mata bila ketidakadilan merajalela dalam masyarakat karena itu bertentangan dengan ajaran Tuhan Yesus.” Saya merasa senang karena perbincangan ini menjadi sebuah seruan kenabian bagi kami para gembala supaya tidak terlena dalam zona nyaman pastoran dan biara tetapi benar-benar ‘berbau domba’ sehingga ikut serta memperjuangkan nilai-nilai hakiki kehidupan umat dan masyarakat luas. Masa pandemi covid-19 ini, menjadi kesempatan mulia di mana para gembala ber-eksodus untuk ikut serta dalam membangun empati dengan sesama yang sangat membutuhkan, bukan hanya sebatas umat tetapi lintas batas. Dengan demikian keadilan dan kebenaran makin dirasakan oleh banyak orang.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita untuk melakukan tugas kenabian di dalam Gereja yakni mewartakan keadilan dan kebenaran. Dari Kitab Amsal yang kita dengar dalam bacaan pertama, pikiran kita pertama-tama dimurnikan bahwa semua sabda Tuhan itu adalah murni. Tidak ada kepalsuan atau korupsi dalam Sabda Tuhan. Karena Sabda Tuhan itu murni maka setiap orang dipanggil untuk mewartakannya dalam hidup pribadinya. Namun satu hal yang perlu diingat adalah dalam mewartakan Sabda janganlah menambahi supaya jangan ditegur Tuhan dan dianggap pendusta. Nasihat dalam Kitab Amsal ini memang sangat penting sekaligus ebagai teguran kepada para pewarta sabda yang kadang-kadang lebih mewartakan perkataannya bukan mewartakan sabda Tuhan, yang menambah-tambah hal-hal yang tidak ada dalam sabda dengan perkataan dan pikiran manusiawinya. Ada pewarta Sabda yang memiliki motivasi yang keliru dalam mewartakan Sabda Tuhan. Mereka tidak menyadari bahwa tugas mereka adalah membawa semua orang kepada Tuhan sumber dan empunya Sabda bukan kepada dirinya sendiri. Pujian bahwa pewartaan yang dibawakannya itu ‘mantul’ harus diarahkan kepada Tuhan dan kemuliaan nama-Nya bukan kemuliaan nama pewarta. Hal lain yang penting di sini adalah mewartakan kebenaran bukan kebohongan atau dusta. Orang dapat mengatakan: “Pewarta mencari makan” kalau para pewarta tidak sungguh-sungguh mewartakan sabda Tuhan.

Menurut Kitab Amsal, seorang pewarta Sabda yang baik akan berpasrah kepada Tuhan dalam seluruh hidupnya. Ia akan memohon kepada Tuhan supaya menjauhkannya dari segala kecurangan dan kebohongan. Ia juga memohon supaya Tuhan menjauhkannya dari kemiskinan atau kekayaan, melainkan hanyalah kebutuhan hidup yang secukupnya. Hanya dengan cara hidup yang secukupnya ini, seorang pewarta sabda Tuhan akan tetap berpasrah dan mengharapkan penyelenggaraan ilahi dari Tuhan dan memprioritaskan tugas pewartaannya. Ada keyakinan yang teguh bahwa Tuhan akan mencukupkan segala sesuatu yang dibutuhkannya.

Segala nasihat yang indah dalam Kitab Amsal ini sangat membantu kita untuk memahami perikop Injil hari ini. Penginjil Lukas melaporkan tentang panggilan dan perutusan para murid Yesus. Tuhan Yesus tidak hanya memanggil tetapi memberikan kekuatan berupa tenaga dan kuasa ilahi. Tujuannya adalah dengan kuasa ilahi dari Tuhan, para utusan-Nya ini dapat menguasai setan-setan dan menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan. Tuhan Yesus tahu bahwa di dunia ini ada saja kejahatan-kejahatan yang mudah menjatuhkan manusia ke dalam dosa dan juga sakit penyakit yang datang silih berganti. Di saat-saat seperti ini sangat dibutuhkan kehadiran Tuhan atau melalui para utusan-Nya untuk membebaskan dan menyembuhkan mereka.Tuhan juga mengutus para murid yang sudah dikuatkan-Nya ini untuk mewartakan Kerajaan Allah dan sekali lagi menyembuhkan orang-orang. Pemerintahan Allah haruslah menguasai hayat hidup setiap insan, di mana mereka sehat secara jasmani dan rohani.

Untuk dapat menjadi utusan yang terbaik maka Tuhan Yesus membekali mereka dengan nasihat-nasihat supaya menjadi pribadi yang sederhana. Dalam hal ini supaya Tuhan memberi kebutuhan hidup yang secukupnya. Dalam hal ini Yesus mengharapkan supaya mereka jangan membawa apa-apa dalam perjalanan: tongkat, bekal, roti, uang dan dua helai baju. Kalau mereka diterima sebagai pewarta maka mereka tinggal hingga berangkat ke tempat yang lain. Kalau mereka ditolak maka mereka harus selalu siap untuk menerima penolakan itu dengan mengebaskan debu dari kaki mereka.

Pada hari ini kita semua dikuatkan oleh Tuhan untuk setia mewartakan Sabda dengan semangat dari Tuhan sendiri. Dalam bulan Kitab Suci ini mari kita setia mewartakan sabda Tuhan yang sudah kita dengar dan lakukan dalam hidup kita sehingga pewartaan kita sungguh bermakna.

PJ-SDB