Merenungkan kasih setia Tuhan
Pada malam hari ini saya mendapat sebuah pesan berupa kutipan ayat Kitab Suci yang sangat menginspirasi saya. Ini bunyi ayat Kitab Sucinya: “Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya.” (Mzm 103:17-18). Mata saya tertuju pada kalimat ‘kasih setia Tuhan selama-lamanya’. Dengan mengulangi kalimat ini beberapa kali, lalu muncul rasa syukurku yang begitu mendalam sebab saya sedang merasakan dan mengalami kasih setia Tuhan selama-lamanya.
Apa yang saya rasakan tentang kasih setia Tuhan? Selama menghayati hidup imamat, saya merasakan kasih setia Tuhan yang begitu luar biasa. Ada banyak kelemahan yang saya lakukan tetapi karena kasih setia Tuhan membuat saya tetap kuat dan Tangguh untuk menempuh peziarahan imamat saya. Ada banyak kebajikan yang saya lakukan dalam karya pelayananku sebagai imam, untuk mewujudkan perkataan Paus Fransiskus, ‘gembala berbau domba’. Ini juga merupakan bukti kasih setia Tuhan yang luar biasa saya alami pada saat ini.
Pengalaman-pengalaman ini turut membantu saya untuk mengenal sosok seorang Allah yang penuh dengan kasih setia kepada manusia. Allah yang setia menyiapkan segalanya, lengkap dan sempurna bagi manusia. Saya teringat pada kisah Injil hari Minggu ini: “Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain.” (Mat 21:33). Tuan tanah adalah sosok Allah yang kita Imani. Dia membuka kebun anggur dan melengkapi segala yang dibutuhkan para penggarap. Tidak ada yang kurang, hanya manusia yang selalu merasa kurang sehingga menjadi tamak seperti para penggarap di kebun anggur ini. Tuhan menunjukkan kasih setia-Nya kepada manusia secara gratis dan selalu tepat waktu dan tepat guna.
Pada hari ini kita perlu bersyukur kepada Tuhan. Kalau saja kita masih memiliki hati nurani maka bersyukurlah kepada Tuhan yang penuh dengan kasih setia. Prinsip yang perlu kita bangun, sejalan dengan perkataan Paulus: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Flp 4:6). Dengan demikian kasih setia Tuhan selama-lamanya dan menjadi sempurna di dalam hidup kita.
PJ-SDB