Homili 8 Oktober 2020

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXVII
Gal. 3:1-5
MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75
Luk. 11:5-13

Sungguh-sungguh percaya!

Ada seorang sahabat yang membagi pengalaman imannya. Ia mengaku pernah mengalami banyak kesulitan dalam hidup berkeluarga. Berbagai persoalan datang silih berganti dari pasangan hidup dan anak-anaknya. Ia sempat merasa tidak berdaya dan lebih ekstrim lagi, ingin menghabiskan hidupnya dengan membunuh diri. Di saat kalut menyelimutinya, ia datang kepada Tuhan dan memohon supaya Tuhan memberinya sebuah hadiah yakni ketenangan batin. Ia tidak meminta hadiah yang lain, hanya ketenangan batin saja sudah cukup baginya. Ternyata Tuhan tidak menutup mata dan telinga-Nya. Ia menganugerahkan kepadanya ketenangan batin sesuai kebutuhannya dan tepat pada waktunya. Ini sungguh-sungguh menjadi sebuah kekuatan yang membuatnya mampu bertahan, dan supaya bisa memulai lagi, menata kembali keluarganya. Dan sekarang ini keluarganya tetap utuh dan berjalan barsama dalam kasih. Baginya, iman kepada Tuhan, sungguh percaya kepada Tuhan melalui doa adalah segalanya.

Banyak orang, banyak keluarga tentu mengalami hal yang sama. Ada kesulitan yang datang silih berganti dalam keluarga. Kadang-kadang orang itu bertahan saja dalam kesulitan dan tidak berusaha untuk keluar dari kesulitan yang sedang dialaminya. Ketika orang hanya bertahan dalam kesulitan dan tidak mau keluar dari kesulitannya maka yang ada padanya adalah perasaan kecewa, memusuhi Tuhan dan sesama. Andaikan dia cepat sadar diri dan berusaha untuk mencari jalan keluar, berusaha untuk mengatasi segala kesulitan atau persoalan hidup dengan bantuan dari Tuhan dan sesama maka tentu ada kebahagiaan dalam hidupnya. Hal yang penting adalah selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup sebab Tuhan Yesus sendiri berkata, “Terlepas dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5) dan jangan malu untuk meminta pertolongan dari sesama.

Sharing pengalaman sahabat ini membuka pikiran kita semua untuk memahami perikop Injil hari ini. Tuhan Yesus sungguh baik. Ia tidak hanya mengajar doa Bapa Kami kepada para murid-Nya. Ia juga memberi nasihat kepada mereka untuk berdoa dengan tekun. Ada kata-kata yang sangat meneguhkan: ‘mintalah, carilah, ketuklah’. Mengapa orang mengeluh kepada Tuhan dan mengatakan Tuhan tidak memihaknya? Sebenarnya Tuhan tidak patut dipersalahkan seperti itu. Justru yang ada adalah kesombongan manusia yang tidak mau meminta, mencari dan mengetuk pintu hati Tuhan dalam doa.

Tuhan Yesus mengetahui kehidupan pribadi para murid dan Gereja-Nya yang memiliki suasana hidup seperti ini. Maka Ia mengajar mereka untuk hidup dalam harapan dan kepasrahan kepada penyelenggaraan ilahi dari Bapa. Tentu saja kepasrahan yang aktif bukan pasif di hadirat Tuhan. Sebuah kepasrahan yang terbuka kepada ketekunan untuk meminta, mencari dan mengetuk pintu hati Tuhan. Sebab itu Tuhan Yesus memberi contoh seorang sahabat yang meminta roti kepada sahabatnya yang lain. Meskipun sebenarnya ada nada keberatan tetapi karena ketekunan dalam meminta maka permintaannya dikabulkan. Yesus berkata: “Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.” (Luk 11:18).

Di hadapan Tuhan jangan ada kata ‘malu’ untuk meminta, mencari dan mengetuk pintu hati Tuhan. Kalau kita malu maka kita tidak akan menerima, mendapat, dan dibukakan pintu. Mengapa kita harus malu? Bukankah kita sedang berada di hadirat Tuhan yang mencipta dan menyiapkan segalanya bagi kita? Allah yang kita Imani adalah Bapa yang murah hati yang akan memberi kepada kita apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita sukai dan tepat pada waktunya. Tuhan menegur kita dalam perkataan ini: “Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Luk 11:13). Perhatikanlah bahwa Tuhan memberi yang terbaik bukan hanya kebutuhan fisik kita tetapi Roh Kudus diberikan-Nya kepada kita dengan cuma-cuma. Mintalah Roh Kudus dan anugerah-anugerah serta buah-buah-Nya untuk hidupmu.

Nabi Yesaya mengatakan tentang tujuh karunia Roh Kudus yang kita butuhkan dalam hidup kita setiap hari yakni: Kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, kesalehan, yaitu kesenangannya adalah takut akan Tuhan/ piety, pengenalan akan Tuhan, takut akan Tuhan” (Yes 11:2-3). Karunia-karunia ini yang kita butuhkan dalam hidup setiap hari. St. Paulus mengajarkan tentang buah-buah Roh Kudus yakni kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal 5:22-23). Kita dibantu untuk tetap memohon karunia Roh Kudus dan menghasilkan buah-buah Roh Kudus dalam hidup kita setiap hari.

Tantangan bagi kita sebagaimana diungkapkan St. Paulus kepada jemaat di Galatia. Dalam bacaan pertama, ia mengatakan tentang kerasnya hari orang-orang di Galatia. Maka ia menyampaikan pertanyaan ini kepada mereka: “Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?” (Gal 3: 5). Hingga saat ini ada orang yang mau hidup dalam Roh tetapi ada juga yang masih mau hidup dalam daging. Butuh Tuhan untuk mengubah hidup kita. Sebab itu berdoalah: mintalah, carilah dan ketuklah! Ia akan memberi yang kita butuh bukan yang kita suka, dan selalu tepat pada waktunya.

PJ-SDB