Homili 10 Oktober 2020

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXVII
Gal. 3:22-29
Mzm. 105:2-3,4-5,6-7
Luk. 11:27-28

Pasti ibunya hebat!

Sebelum mengakhiri hari ini, saya mengingat sebuah perkataan dari Khalil Gibran. Penulis Libanon-Amerika ini pernah berkata begini: “The most beautiful word on the lips of mankind is the word ‘Mother’, and the most beautiful call is the call of ‘My mother’. It is a word full of hope and love, a sweet and kind word coming from the depths of the heart.” (Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ‘Ibu’, dan panggilan yang paling indah adalah ‘Ibuku’. Ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati). Saya merasa yakin bahwa anda dan saya sepakat dengan Gibran. Tidak pernah ada kata yang cukup tentang sosok seorang ibu. Mengapa demikian? Sebab kasih dan pengurbanannya tidak dapat dibayar atau dinilai dengan uang! Maka ada satu kata yang perlu dan harus keluar dari mulut kita semua yang pernah keluar dari Rahim sang ibu yakni “Terima kasih ibu!”

Pada suatu hari saya merayakan Ekaristi, dan menceritakan pengalaman perjalanan imamat saya. Seluruh umat yang mengikuti perayaan Ekaristi saat itu kaget ketika saya menceritakan bahwa saya adalah seorang imam dari Kongregasi Salesian Don Bosco (SDB), dan ketika masih sebagai Frater, saya belajar Teologi di Seminari Tinggi Salesian di Yerusalem, dan ditahbiskan di Yerusalem pada tanggal 3 Juni 2001. Maka saya adalah imam Indonesia pertama yang ditabiskan di Yerusalem. Ini benar dan bukan hoax. Setelah perayaan Ekaristi, banyak orang yang mendekatiku dan bertanya tentang Tanah Suci khususnya Yerusalem dan Bethlehem. Pada saat itu ada seorang ibu yang mengatakan: “Romo bisa belajar di Yerusalem dan ditahbiskan di sana, ibu dan bapamu pasti orang yang baik dan terberkati. Betapa bahagianya kedua orang tuamu”. Saya selalu mengingat pengalaman ini.

Baik buruknya perilaku anak-anak bukan hanya menjadi tanggung jawab pribadinya. Ketika anak memiliki prestasi yang bagus, orang tuanya dipuji. Ketika anak gagal dalam hidupnya maka orang tua juga dicela. Dan tentu yang lebih menderita adalah ibu yang melahirkan kita anak-anaknya. Ibu dipuji, ibu dicela. Hanya saja sang ibu tidak pernah membalas celaan dengan celaan tetapi hanya tersenyum dan menyimpan segala perkara di dalam hatinya.

Pada hari ini saya merasa sangat dikuatkan oleh Tuhan Yesus. Penginjil Lukas bercerita: “Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Luk 11:27-28). Yesus Kristus adalah Anak Allah tetapi tetap berbangga dengan Bunda Maria, ibu-Nya. Bunda Maria adalah orang pertama yang mendengar, memelihara dan melakukan Sabda di dalam hidupnya. Tidak ada seorang manusia pun yang sama dengan Maria, yang begitu akrab dengan Yesus sang Sabda.

Tuhan Yesus mengenal dan memuji ibu-Nya. Dia adalah manusia biasa seperti kita, namun kelebihannya adalah ia mendengar, memelihara dan melakukan Sabda di dalam hidupnya. Ia mendengar khabar sukacita dari Malaikat, ada inkarnasi, dia memelihara dan menampingi Yesus sampai keabadian. Mari kita memuji dan menghormati Maria. Mari kita berusaha untuk mengikuti jejaknya dengan menjadi akrab dan bersahabat dengan Yesus, Anak Maria. Maria pasti ibu yang hebat sehingga dipilih Allah.

Ave Maria dan Tuhan memberkati kita semua.

P. John Laba, SDB