Samuel namanya…
Pertama-tama saya mengucapkan selamat berbahagia untuk semua ibu yang hari ini kita kenang dan kita doakan harinya. Saya sendiri untuk pertama kali mengatakan dalam ‘kekosongan’: “Selamat hari ibu untukmu ibuku terkasih Maria Bunga Keraf di Surga, yang hari ini 22 Desember genap sebulan dipanggil Tuhan (22 November-22 Desember). Saya merasa Tuhan memang sunguh baik dan luar biasa kehendak-Nya. Ibuku meninggal dunia pada tanggal 22 November tepat pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Hari ini 22 Desember hari Ibu, tepat sebulan meninggal dunia. Dan nanti tanggal 1 Januari pas tahun baru dan hari bunda Maria, genap 40 hari, tepat pesta namanya Maria. Saya terharu sejenak sambil mendengar lagu ini: https://youtu.be/ZJpI3KTG2qA dan https://youtu.be/wY5ZMuvPUzM. Terima kasih Tuhan, itulah kata-kata terakhir doaku mala mini.
Tetapi saya dan keluarga saya tidak harus larut dalam kesedihan. Harus berani move on! Maka permenungan saya sesungguhnya adalah tentang nama Samuel. Nama Samuel ikut membantu permenungan kita menjelang perayaan Natal. Samuel lahir dari pasangan Elkana orang Efraim dan Hana. Elkana memiliki dua istri, istri pertama adalah Hana yang dianggap mandul maka Elkana menikah lagi dengan Penina dan memiliki anak. Penina lupa diri sehingga menyakiti hati Hana. Hana pun pergi ke rumah Tuhan di Silo untuk berdoa: “Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.” (1Sam 1:11). Imam Eli menyangka Hana mabuk anggur sehingga dia menegurnya. Tetapi Hana tetap bertahan dalam iman dan menjelaskan isi hatinya kepada imam Eli. Pada akhirnya imam Eli berkata kepadanya: “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya.” (1Sam 1:17). Hana mendapat berkat dari Tuhan. Ia hamil dan melahirkan anaknya bernama Samuel sebab ia mengatakan: “Aku telah memintanya dari Tuhan” (1Sam 1:20). Samuel kemudian dipersembahkan kepada Tuhan sesuai janji Hana di rumah Tuhan di Silo.
Nama Samuel (שְׁמוּאֵ֔ל) dalam Bahasa Ibrani berarti ‘nama-Nya adalah Allah’ (‘syemu’, namanya; ‘El’, Allah). Tentu saja dari kisah di atas, semuanya sesuai dengan janji Hana kepada Allah untuk menyerahkan anak yang akan dilahirkannya menjadi seorang nazir bagi Allah. Sebenarnya terjemahan harafiah lain dari nama Samuel ialah Allah mendengar (‘Shama’, mendengar; ‘El’, Allah), sesuai dengan 1Sam 1:20. di mana dikatakan bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang permohonannya kepada Allah akan seorang anak, dan Allah mendengarnya. Di sini ada dua makna nama Samuel yakni, nama-Nya adalah Allah dan Allah mendengar.
Nama Samuel sangat bermakna bagi kita dalam persiapan untuk merayakan Natal. Kita dipanggil untuk selalu siap mendengar seperti Tuhan sendiri mendengar seruan dan doa-doa kita. Tuhan telah melakukan dan menggenapi dalam diri Hana ibunya Samuel dan dalam pengalaman pribadi kita masing-masing. Ketika kita mengalami kesulitan, kita perlu tetap memiliki iman kepada Tuhan dan siap untuk mendengar-Nya dalam semua peristiwa hidup kita.
Pada hari ini kita belajar juga dari sosok dua ibu yang hebat, yang tahan banting dan berpasrah kepada Tuhan. Pertama, Hana, ibunya Samuel yang saya kisahkan di atas. Kedua, Bunda Maria yang mendengar Tuhan dan bermagnifikat kepada Tuhan. Ia berkata: Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.” (Luk 1:46-47).
Tuhan memberkati, Bunda Maria mendoakan kita semua.
P. John Laba, SDB